AJARAN PERTAMA
Ada tiga perkara yang wajib diperhatikan oleh setiap
Mu’min di dalam seluruh keadaan, yaitu:
1. Melaksanakan segala perintah Allah
2. Menjauhkan diri dari segala yang haram
3. Ridho dengan hukum-hukum dan ketentuan Allah
Ketiga
perkara ini jangan sampai tidak ada pada seorang Mu’min. Oleh karena itu
seorang Mu’min harus memikirkan perkara ini, bertanya kepada dirinya tentang
perkara ini dan anggota tubuhnya melakukan
perkara ini.
AJARAN KEDUA
Ikutilah
dengan ikhlas jalan yang telah ditempuh oleh Nabi Besar Muhammad SAW dan
janganlah merubah jalan itu. Patuhlah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan jangan
sekali-kali berbuat durhaka. Bertauhidlah kepada Allah (meng-Esakan Allah), dan
jangan menyekutukan-Nya. Allah itu Maha Suci dan tidak memiliki sifat-sifat
tercela atau kekurangan. Janganlah ragu-ragu terhadap kebenaran Allah.
Bersabarlah dan berpegang teguhlah kepada-Nya. Bermohonlah kepada-Nya dan
tunggulah dengan sabar. Bersatu padulah dalam mentaati Allah dan janganlah
berpecah-belah. Saling mencintailah di antara sesama dan janganlah saling
mendengki. Hindarkanlah diri dari segala noda dan dosa. Hiasilah dirimu dengan
ketaatan kepada Allah. Janganlah menjauhkan diri kepada Allah dan janganlah
lupa pada-Nya. Janganlah lalai untuk bertobat kepada-Nya dan kembali
kepada-Nya. Janganlah jemu untuk memohon ampun kepada Allah pada siang dan
malam hari. Mudah-mudahan kamu diberi rahmat dan dilindungi oleh-Nya dari
marabahaya dan azab neraka, diberi kehidupan yang berbahagia di dalam surga,
bersatu dengan Allah dan diberi nikmat-nikmat oleh-Nya. Kamu akan menikmati
kebahagiaan dan kesentausaan yang abadi di surga beserta para Nabi, orang-orang
shiddiq, para syuhada’ dan orang-orang saleh. Kamu akan hidup kekal di dalam
surga itu untuk selama-lamanya.
AJARAN KETIGA
Manakala seorang hamba Allah diuji
oleh Allah, maka mula-mula ia akan melepaskan dirinya dari ujian atau cobaan
yang menyusahkannya itu. Jika tidak berhasil, maka ia akan meminta pertolongan
kepada orang-orang lain seperti para raja, para penguasa, orang-orang dunia
atau para hartawan. Jika ia sakit, maka ia akan meminta pertolongan kepada
dokter atau dukun. Jika hal inipun tidak berhasil, maka ia kembali menghadapkan
wajahnya kepada Allah SWT untuk memohon dan meratap kepada-Nya. Selagi ia masih
bisa menolong dirinya sendiri, ia tidak akan meminta pertolongan kepada orang
lain. Dan selagi pertolongan orang lain masih ia dapatkan, maka ia tidak akan
meminta pertolongan kepada Allah.
Jika ia tidak mendapatkan pertolongan Allah, maka ia akan
terus meratap, shalat, berdoa dan menyerahkan dirinya dengan sepenuh harapan
dan kecemasan terhadap Allah Ta’ala, Sekali-kali Allah tidak akan menerima
ratapannya, sebelum dia memutuskan diri dari keduniaan. Setelah ia terlepas
dari hal-hal keduniaan, maka akan tampaklah ketentuan dan keputusan Allah pada
orang itu dan lepaslah ia dari hal-hal keduniaan, selanjutnya hanya ruh sajalah
yang tinggal padanya.
Dalam peringkat ini, yang tampak olehnya hanyalah kerja
atau perbuatan Allah dan tertanamlah di dalam hatinya kepercayaan yang
sesungguhnya tentang Tauhid (ke-Esa-an Allah). Pada hakekatnya, tidak ada
pelaku atau penggerak atau yang mendiamkan, kecuali Allah saja. Tidak ada kebaikan dan tidak ada
keburukan, tidak ada kerugian dan tidak ada keuntungan, tidak ada faidah dan
tidak pula ada anugerah, tidak terbuka dan tidak pula tertutup, tidak mati dan
tidak hidup, tidak kaya dan tidak pula papa, melainkan semuanya di tangan
Allah.
Hamba Allah itu tidak ubahnya seperti bayi yang berada di
pangkuan ibunya, atau seperti orang mati yang sedang dimandikan, atau seperti
bola di kaki pemain bola; melambung, bergulir ke atas, ke tepi dan ke tengah,
senantiasa berubah tempat dan kedudukannya. Ia tidak mempunyai daya dan upaya.
Maka hilanglah ia keluar dari dirinya dan masuk ke dalam perbuatan Allah
semata-mata.
Hamba
Allah semacam ini, hanya melihat Allah dan perbuatan-Nya. Yang didengar dan
diketahuinya hanyalah Allah. Jika ia melihat sesuatu, maka yang dilihatnya itu
adalah perbuatan Allah. Jika ia mendengar atau mengetahui sesuatu, maka yang
didengar dan diketahuinya itu hanyalah firman Allah. Dan jika ia mengetahui
sesuatu, maka ia mengetahuinya itu melalui pengetahuan Allah. Ia akan diberi
anugerah Allah. Beruntunglah ia karena dekat dengan Allah. Ia akan dihiasi dan
dimuliakan. Ridhalah ia kepada Allah. Bertambah dekatlah ia kepada Tuhannya.
Bertambah cintalah ia kepada Allah. Bertambah khusyu’lah ia mengingat Allah.
Bersemayamlah ia ‘di
dalam Allah’.
Allah akan memimpinnya dan menghiasinya dengan kekayaan cahaya ilmu Allah. Maka
terbukalah tabir yang menghalanginya dari rahasia-rahasia Allah Yang Maha
Agung. Ia hanya mendengar dan mengingat Allah Yang Maha Tinggi. Maka ia
senantiasa bersyukur dan shalat di hadapan Allah SWT.
AJARAN KEEMPAT
Apabila kamu ‘mati’ dari mahluk, maka akan dikatakan
kepada kamu, “Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada kamu”. Kemudian Allah
akan mematikan kamu dari nafsu-nafsu badanniyah. Apabila kamu telah ‘mati’ dari
nafsu badanniyah, maka akan dikatakan kepada kamu, “Semoga Allah melimpahkan
rahmat-Nya kepada kamu”. Kemudian Allah akan mematikan kamu dari
kehendak-kehendak dan nafsu. Dan apabila kamu telah ‘mati’ dari kehendak dan
nafsu, maka akan dikatakan kepada kamu, “Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya
kepada kamu”. Kemudian Allah akan menghidupkan kamu di dalam suatu ‘kehidupan’
yang baru.
Setelah itu, kamu akan diberi ‘hidup’ yang tidak ada
‘mati’ lagi. Kamu akan dikayakan dan tidak akan pernah papa lagi. Kamu akan
diberkati dan tidak akan dimurkai. Kamu akan diberi ilmu, sehingga kamu tidak
akan pernah bodoh lagi. Kamu akan diberi kesentausaan dan kamu tidak akan
merasa ketakutan lagi. Kamu akan maju dan tidak akan pernah mundur lagi. Nasib
kamu akan baik, tidak akan pernah buruk. Kamu akan dimuliakan dan tidak akan
dihinakan. Kamu akan didekati oleh Allah dan tidak akan dijauhi oleh-Nya.
Martabat kamu akan menjadi tinggi dan tidak akan pernah rendah lagi. Kamu akan
dibersihkan, sehingga kamu tidak lagi merasa kotor. Ringkasnya, jadilah kamu
seorang yang tinggi dan memiliki kepribadian yang mandiri. Dengan demikian,
kamu boleh dikatakan sebagai manusia super atau orang yang luar biasa.
Jadilah kamu ahli waris para Rasul, para Nabi dan
orang-orang yang shiddiq. Dengan demikian, kamu akan menjadi titik akhir bagi
segala kewalian, dan wali-wali yang masih hidup akan datang menemui kamu.
Melalui kamu, segala kesulitan dapat diselesaikan, dan melalui shalatmu,
tanaman-tanaman dapat ditumbuhkan, hujan dapat diturunkan, dan malapetaka yang
akan menimpa umat manusia dari seluruh tingkatan dan lapisan dapat dihindarkan.
Boleh dikatakan kamu adalah polisi yang menjaga kota dan rakyat.
Orang-orang
akan berdatangan menemui kamu dari tempat-tempat yang dekat dan jauh dengan
membawa hadiah dan oleh-oleh dan memberikan khidmat (penghormatan) mereka
kepadamu. Semua ini hanyalah karena idzin Allah Yang Maha Perkasa dan Maha
Kuasa jua. Lisan manusia tak henti-hentinya menghormati dan memuji kamu. Tidak
ada dua orang yang beriman yang bertingkah kepadamu. Wahai mereka yang
baik-baik, yang tinggal di tempat-tempat ramai dan mereka yang mengembara,
inilah karunia Allah. Dan Allah mempunyai kekuasaan yang tiada batas.
AJARAN KELIMA
Apabila kamu melihat dunia dikuasai oleh ahli-ahli dunia
dengan perhiasan dan kekosongannya, dengan penipuan dan perangkapnya dan dengan
racunnya yang membunuh yang diluarnya nampak lembut tetapi di dalamnya sangat
membahayakan, cepat merusak dan membunuh siapa saja yang memegangnya, yang
menipu mereka dan yang menyebabkan mereka lengah terhadap dosa dan maksiat;
apabila kamu lihat semua itu, maka hendaklah kamu bersikap sebagai seorang yang
melihat seseorang yang sedang buang air besar yang membuka auratnya dan
mengeluarkan bau busuk. Dalam keadaan seperti itu, hendaklah kamu memalingkan
padanganmu dari ketelanjangannya dan menutup hidungmu supaya tidak mencium
baunya yang busuk. Demikian pulalah hendaknya kamu bersikap kepada dunia.
Apabila kamu melihatnya, maka hendaklah kamu memalingkan pandanganmu dari
pakaiannya dan tutuplah hidungmu supaya tidak mencium bau busuk gemerlapannya
yang tidak kekal. Semoga dengan demikian kamu dapat selamat dari bahaya dan
cobaannya. Apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, pasti akan kamu rasakan.
Allah telah berfirman kepada Nabi Muhammad SAW :
“Dan janganlah kamu tujukan
kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari
mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan
karunia Tuhan kamu adalah yang lebih baik dan lebih kekal.” (QS 20:131
AJARAN KEENAM
Hindarkanlah dirimu dari orang ramai dengan perintah
Allah, dari nafsumu dengan perintah-Nya dan dari kehendakmu dengan
perbuatan-Nya agar kamu pantas untuk menerima ilmu Allah. Tanda bahwa kamu
telah menghindarkan diri dari orang ramai adalah secara keseluruhannya kamu
telah memutuskan segala hubungan kamu dengan orang ramai dan telah membebaskan
seluruh pikiranmu dengan segala hal yang bersangkutan dengan mereka.
Tanda bahwa kamu telah putus dari nafsumu adalah apabila
kamu telah membuang segala usaha dan upaya untuk mencapai kepentingan keduniaan
dan segala hubungan dengan cara-cara duniawi untuk mendapatkan suatu keuntungan
dan menghindarkan bahaya. Janganlah kamu bergerak untuk kepentinganmu sendiri.
Janganlah kamu bergantung kepada dirimu sendiri di dalam hal-hal yang
bersangkutan dengan dirimu. Janganlah kamu melindungi dan menolong dirimu
dengan dirimu sendiri. Serahkanlah segalanya kepada Allah, karena Dia-lah yang
memelihara dan menjaga segalanya, sejak dari awalnya hingga kekal selamanya.
Dia-lah yang menjaga dirimu di dalam rahim ibumu sebelum kamu dilahirkan dan
Dia pulalah yang memelihara kamu semasa kamu masih bayi.
Tanda bahwa kamu telah menghindarkan dirimu dari
kehendakmu dengan perbuatan Allah adalah apabila kamu tidak lagi melayani
kebutuhan-kebutuhanmu, tidak lagi mempunyai tujuan apa-apa dan tidak lagi
mempunyai kebutuhan atau maksud lain, karena kamu tidak mempunyai tujuan atau
kebutuhan selain kepada Allah semata-mata. Perbuatan Allah tampak pada kamu dan
pada masa kehendak dan perbuatan Allah itu bergerak. Badanmu pasif, hatimu
tenang, pikiranmu luas, mukamu berseri dan jiwamu bertambah subur. Dengan
demikian kamu akan terlepas dari kebutuhan terhadap kebendaan, karena kamu
telah berhubungan dengan Al-Khaliq. Tangan Yang Maha Kuasa akan menggerakkanmu.
Lidah Yang Maha Abadi akan memanggilmu. Tuhan semesta alam akan mengajar kamu
dan memberimu pakaian cahaya-Nya dan pakaian kerohanian serta akan mendudukkan
kamu pada peringkat orang-orang alim terdahulu.
Setelah mengalami semua ini, hati kamu akan bertambah
lebur, sehingga nafsu dan kehendakmu akan hancur bagaikan sebuah tempayan yang
pecah yang tidak lagi berisikan air walau setetespun. Kosonglah dirimu dari
seluruh perilaku kemanusiaan dan dari keadaan tidak menerima suatu kehendak
selain kehendak Allah. Pada peringkat ini, kamu akan dikaruniai keramat-keramat
dan perkara-perkara yang luar biasa. Pada zhahirnya, perkara-perkara itu datang
darimu, tapi yang sebenarnya adalah perbuatan dan kehendak Allah semata.
Oleh karena itu, masuklah kamu ke dalam golongan
orang-orang yang telah luluh hatinya dan telah hilang nafsu-nafsu
kebinatangannya. Setelah itu kamu akan menerima sifat-sifat ke-Tuhan-an yang
maha tinggi. Berkenaan dengan hal inilah maka Nabi besar Muhammad SAW bersabda,
“Aku menyukai tiga perkara
dari dunia ini: bau-bauan yang harum, wanita dan shalat yang apabila aku
melakukannya, maka mataku akan merasa sejuk di dalamnya”. Semua ini diberikan kepadanya setelah seluruh kehendak
dan nafsu sebagaimana disebutkan di atas terlepas dari dirinya. Allah
berfirman, “Sesungguhnya Aku bersama
mereka yang telah luluh hatinya karena Aku”.
Allah Ta’ala tidak akan menyertai kamu, sekiranya semua
nafsu dan kehendakmu itu tidak diluluhkan. Apabila semua itu telah hancur dan
luluh, dan tidak ada lagi yang tersisa pada dirimu, maka telah pantaslah kamu
untuk ‘diisi’ oleh Allah dan Allah akan menjadikan kamu sebagai orang baru yang
dilengkapi dengan tenaga dan kehendak yang baru pula. Jika egomu tampil
kembali, walaupun hanya sedikit, maka Allah akan menghancurkannya lagi, sehingga
kamu akan kosong kembali seperti semula, dan untuk selamanya kamu akan tetap
luluh hati. Allah akan menjadikan kehendak-kehendak baru di dalam diri kamu dan
jika dalam pada itu masih juga terdapat diri (ego) kamu, maka Allah-pun akan
terus menghancurkannya. Demikianlah terus terjadi hingga kamu menemui Tuhanmu
di akhir hayatmu nanti. Inilah maksud firman Tuhan, “Sesungguhnya Aku bersama
mereka yang telah luluh hatinya karena Aku.”
Kamu akan mendapatkan dirimu ‘kosong’, yang sebenarnya ada hanyalah Allah.
Di dalam hadits Qudsi, Allah berfirman, “Hamba-Ku yang ta’at
senantiasa memohon untuk dekat dengan-Ku melalui shalat-shalat sunatnya.
Sehingga aku menjadikannya sebagai rekan-Ku, dan apabila Aku menjadikan dia
sebagai rekan-Ku, maka aku menjadi telinganya yang dengan itu ia mendengar,
menjadi matanya yang dengannya dia melihat, menjadi tangannya yang dengannya ia
memegang dan menjadi kakinya yang dengannya ia berjalan, yakni ia mendengar
melalui Aku, memegang melalui Aku, dan mengetahui melalui Aku.”
Sebenarnya, ini adalah keadaan ‘fana’ (hapusnya diri).
Apabila kamu sudah melepaskan dirimu dan mahluk, karena mahluk itu bisa baik
dan bisa juga jahat dan karena diri kamu itu bisa baik dan juga bisa jahat,
maka menurut pandanganmu tidak ada suatu kebaikan yang datang dari diri kamu
atau dari mahluk itu dan kamu tidak akan merasa takut kepada datangnya
kejahatan dari mahluk. Semua itu terletak di tangan Allah semata. Karenanya,
datangnya buruk dan baik itu, Dia-lah yang menentukannya semenjak awalnya.
Dengan demikian, Dia akan menyelamatkan kamu dari segala
kejahatan mahluk-Nya dan menenggelamkanmu di dalam lautan kebaikan-Nya.
Sehingga kamu menjadi titik tumpuan segala kebaikan, sumber keberkatan,
kebahagiaan, kesentausaan, nur (cahaya) keselamatan dan keamanan. Oleh karena
itu, ‘Fana’ adalah tujuan, sasaran, ujung dan dasar perjalanan wali Allah.
Semua wali Allah, dengan tingkat kemajuan mereka, telah memohon dengan
sungguh-sungguh kepada Allah untuk menggantikan kehendak atau kemauan mereka
dengan kehendak atau kemauan Allah. Mereka semuanya menggantikan kemauan atau
kehendak mereka dengan kemauan atau kehendak Allah. Pendek kata, mereka itu
mem-fana-kan diri mereka dan me-wujud-kan Allah. Karena itu mereka dijuluki
‘Abdal’ (perkataan yang diambil dari kata ‘Badal’ yang berarti ‘pertukaran’).
Menurut mereka, menyekutukan kehendak mereka dengan kehendak Allah adalah suatu
perbuatan dosa.
Sekiranya
mereka lupa, sehingga mereka dikuasai oleh emosi dan rasa takut, maka Allah
Yang Maha Kuasa akan menolong dan menyadarkan mereka. Dengan demikian mereka
akan kembali sadar dan memohon perlindungan kepada Allah. Tidak ada manusia
yang benar-benar bebas dari pengaruh kehendak egonya (dirinya) sendiri, kecuali
malaikat. Para malaikat dipelihara oleh Allah dalam kesucian kehendak mereka
dan para Nabi dipelihara dari nafsu badaniah mereka. Sedangkan jin dan manusia
telah diberi tanggung jawab untuk berakhlak baik, tetapi mereka tidak
terpelihara dari dipengaruhi oleh dosa dan maksiat. Para wali dipelihara dari
nafsu-nafsu badaniah dan ‘abdal’ dipelihara dari kekotoran kehendak datu niat.
Walaupun demikian, mereka tidak bebas mutlak, karena merekapun mungkin
mempunyai kelemahan untuk melakukan dosa. Tapi, dengan kasih saying-Nya, Allah
akan menolong dan menyadarkan mereka.
AJARAN KETUJUH
Keluarlah dari dirimu sendiri dan serahkanlah segalanya
kepada Allah. Penuhi hatimu dengan Allah. Patuhlah kepada perintah-Nya dan
larikanlah dirimu dari larangan-Nya, agar nafsu badaniahmu tidak memasuki
hatimu setelah ia keluar. Untuk
membuang nafsu-nafsu badaniah dari hatimu, kamu harus berjuang melawannya dan
jangan menyerah kepadanya dalam keadaan bagaimanapun juga dan dalam tempo
kapanpun juga. Oleh karena itu, janganlah menghendaki
sesuatu yang tidak dikehendaki oleh Allah. Kehendakmu yang tidak sesuai dengan
kehendak Allah adalah kehendak nafsu badaniah. Jika kehendak ini kamu turuti,
maka ia akan merusak dirimu dan menjauhkanmu dari Allah. Patuhilah perintah Allah, jauhilah larangan-Nya,
bertawakallah kepada-Nya dan jangan sekali-kali kamu menyekutukan-Nya. Dia-lah
yang telah menjadikan nafsu dan kehendakmu. Oleh karena itu, janganlah kamu
berkehendak, berkebutuhan atau bercita-cita untuk mendapatkan sesuatu, agar
kamu tidak tercebur ke lembah syirik. Allah berfirman :
“Barangsiapa mengharap
perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal saleh, dan
janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.” (QS 18:110)
Syirik itu bukan melulu menyembah berhala, tetapi
termasuk juga di dalamnya adalah menuruti hawa nafsu dan menyekutukan apa saja
yang ada di dunia dan di akhirat dengan Allah, karena apa saja selain Allah
bukanlah Tuhan. Oleh karena itu, jika kamu tumpukan hatimu kepada sesuatu
selain Allah, berarti kamu telah berbuat syirik. Maka, janganlah kamu
menyekutukan Allah dengan jalan apapun juga, baik dengan jalan kasar maupun
dengan jalan halus. Berjaga-jagalah selalu dan jangan berdiam diri,
berhati-hatilah selalu dan waspadalah, semoga kamu beroleh keselamatan. Segala
kedudukan dan kebaikan yang kamu peroleh, jangan kamu katakan bahwa ia datang
dari kamu sendiri atau kepunyaan kamu yang sebenarnya. Jika kamu diberi sesuatu
atau kenaikan pangkat kedudukan, janganlah kamu hebohkan kepada siapapun.
Sebab, ia dalam pertukaran suasana dari hari ke hari itu, Allah selalu
menampakkan keagungan-Nya dalam aspek-aspek yang senantiasa baru, dan Allah
berada di antara hamba-hamba-Nya dengan hati-hati mereka. Boleh jadi apa yang
dikatakan sebagai milik kamu itu akan dilepaskan-Nya dari kamu, dan boleh jadi
apa yang kamu anggap kekal itu akan berubah keadaannya. Sehingga, jika hal itu
terjadi kamu akan merasa malu kepada mereka yang kamu hebohkan itu. Maka, lebih
baik kamu berdiam diri, simpan pemberian itu di dalam pengetahuan kamu saja dan
tidak usah kamu sampaikan kepada siapapun. Jika kamu miliki sesuatu, ketahuilah
bahwa itu adalah karunia Allah, bersyukurlah kepada-Nya dan mohonlah kepada-Nya
supaya Dia menambahkan nikmat-nikmat-Nya kepadamu. Jika sesuatu itu lepas
darimu, maka Dia akan menambah ilmumu, kesadaranmu dan kewaspadaanmu. Allah
berfirman :
“Apa saja ayat yang Kami
nashkhkan atau Kami jadikan (manusia) lupa kepadanya, Kami datangkan yang lebih
baik dari padanya atau yang sebanding dengannya. Tidakkah kamu mengetahui bahwa
sesungguhnya Allah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu ?” (QS 2:106)
Oleh karena itu, janganlah kamu mengira bahwa Allah tidak
berkuasa atas segala sesuatu, janganlah kamu menduga bahwa ketentuan dan
peraturan-Nya mempunyai kekurangan dan janganlah kamu merasa ragu akan
janji-Nya. Contohlah Nabi besar Muhammad SAW, ayat-ayat yang diwahyukan
kepadanya dipraktekkan, dibaca di dalam masjid, ditulis di dalam buku, diambil
dan ditukar dengan yang lainnya, dan perhatian Nabi diarahkan kepada
wahyu-wahyu yang baru diterimanya yang menggantikan ayat-ayat yang telah lama.
Ini terjadi dalam masalah-masalah hukum yang zhahir.
Berkenaan dengan masalah-masalah kebathinan, ilmu dan
kondisi kerohanian yang didapatinya dari Tuhan, beliau senantiasa berkata bahwa
hatinya selalu diliputi, dan beliau memohon perlindungan kepada Allah sebanyak
tujuhpuluh kali didalam satu hari. Juga diceritakan bahwa sebanyak seratus kali
dalam sehari Nabi dibawa dari satu keadaan kepada satu keadaan yang lainnya
yang dengan itu beliau dibawa menuju peringkat yang paling dekat kepada Allah.
Beliau mengembara ke alam yang maha tinggi sambil diselubungi oleh ‘nur’, dari
satu peringkat kepada peringkat lainnya yang lebih tinggi. Tiap-tiap beliau
menaiki satu peringkat, maka peringkat yang di bawahnya itu tampak gelap jika dibandingkan
dengan peringkat atas itu. Semakin tinggi beliau naik, semakin bersinarlah nur
Allah meliputi hati sanubarinya. Beliau senantiasa menerima pengarahan supaya
memohon ampunan dan perlindungan Tuhan, karena sebaik-baiknya hamba Allah itu
adalah mereka yang senantiasa memohon ampunan dan perlindungan Allah dan
senantiasa pula kembali kepada-Nya. Ini dimaksudkan untuk menyadarkan kita
bahwa kita ini mempunyai dosa dan kesalahan yang keduanya terdapat pada
hamba-hamba Allah di dalam seluruh aspek kehidupannya, sebagai ahli waris Adam
as, bapak seluruh manusia dan hamba pilihan Allah. Manakala kelalaian terhadap
perintah Allah telah mengaburkan cahaya kerohanian Adam dan beliaupun
menampakkan keinginannya untuk kekal hidup di surga berada di samping Tuhan,
dan Tuhanpun berkehendak mengantarkan malaikat Jibril kepada beliau, maka
ketika itulah kehendak diri (ego) beliau nampak, kehendak Adam bercampur dengan
kehendak Allah. Oleh karena itu, kehendak beliau dihancurkan, keadaan pertama
itu dihilangkan, kedekatan kepada Tuhan di masa itu dihilangkan, cahaya
keimanan yang bersinar terang itu berubah menjadi pudar dan kesucian rohani
beliau telah menjadi sedikit kotor. Kemudian Allah hendak memberikan peringatan
kepada beliau, menyadarkan beliau akan dosa dan kesalahannya, memerintahkannya
untuk mengakui kesalahan dan dosanya serta meminta ampun kepada Allah.
Adam as berkata, “Wahai Tuhan kami, sesungguhnya kami
telah berbuat aniaya terhadap diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni
kami dan mengasihani kami, sudah barang tentu kami termasuk dalam golongan
orang-orang yang merugi”. Kemudian datanglah petunjuk kepada Beliau, kesadaran
untuk bertobat, pengetahuan tentang hakekat akibatnya dan ilmu hikmah yang
tersembunyi di dalam peristiwa inipun tersingkaplah. Dengan kasih saying-Nya,
Allah menyuruh mereka supaya tobat. Setelah itu, kehendak yang timbul dari Adam
diganti dan keadaannya yang semulapun dirubah, maka diberikanlah kepadanya
jabatan “Wilayah” yang lebih tinggi serta diberi kedudukan di dalam dunia ini
dan di akhirat kelak. Maka jadilah dunia ini sebagai tempat tinggalnya dan
tempat keturunannya, dan akhirat kelak adalah tempat kembalinya yang kekal
abadi.
Jadikanlah
Nabi besar Muhammad SAW ; seorang Rasul dan kekasih Allah, hamba-Nya yang pilihan
itu; dan Adam, yaitu bapak seluruh manusia dan hamba pilihan Allah, sebagai
contoh dan tauladan. Contohlah mereka berdua di dalam hal mengakui kesalahan
dan dosanya sendiri, di dalam meminta ampun kepada-Nya dan di dalam memohon
pertolongan-Nya dari segala noda dan dosa. Dan contohlah mereka di dalam hal
merendahkan diri kepada Allah, karena manusia adalah mahluk yang lemah dalam
segala halnya.
AJARAN KEDELAPAN
Apabila kamu berada pada suatu keadaan tertentu,
janganlah kamu meminta suatu keadaan yang lebih tinggi atau yang lebih rendah.
Apabila kamu berada di pintu istana, janganlah kamu masuk sebelum kamu disuruh
masuk. Janganlah kamu menganggap cukup dengan kebenaran masuk itu saja, karena
boleh jadi itu adalah suatu dalih atau tipuan dari raja itu. Hendaklah kamu
bersabar, sampai kamu dipaksam masuk ke dalam istana itu atas perintah raja itu
sendiri. Karena, dengan demikian kamu tidak akan dimintai pertanggungjawaban
tentang perbuatan kamu masuk ke dalam istana itu. Sekiranya kamu masih dihukum
juga, maka hal itu adalah lantaran kamu bersalah, tamak, tidak sabar, tidak
bersopan santun dan hendak menikmati kepuasan keadaan hidup yang sedang kamu
hadapi itu. Jika kamu dipaksa masuk dan kamupun masuk, maka hendaklah kamu
memasukinya dengan penuh sopan santun, penuh hormat dan memperhatikan apa yang
diperintahkan kepada kamu, tanpa meminta kenikan taraf hidup. Allah berfirman
kepada Rasul-Nya, “Dan janganlah pandanganmu
dipengaruhi oleh apa yang kami karuniakan kepadasegolongan manusia dari
kemegahan hidup di dunia ini, karena Kami menguji mereka dengan itu. Adalah
rizki yang diberikan oleh Tuhanmu itu lebih baik dan lebih kekal”.
Allah
menasehati Nabi-Nya supaya berhati-hati terhadap keadaan yang ada itu dan
supaya ridho dengan karunia Allah. Dengan kata lain, firman ini menyatakan, “Apa saja yang Aku berikan
kepadamu berupa perkara-perkara yang baik-baik, kenabian, ilmu, keridhaan,
kesabaran, kekuasaan agama dan berjihad di jalan Allah, semua itu adalah lebih
baik dan lebih berharga daripada apa yang Aku berikan kepada orang-orang lain”. Kebaikan itu terletak pada
menjaga keadaan yang telah ada, merasa puas dengannya dan menjauhkan segala
keinginan kepada yang lain. Karena perkara-perkara itu telah dikhususkan untuk
kamu, atau untuk orang lain atau bukan untuk siapa-siapa, tetapi oleh Allah
telah dijadikan sebagai suatu ujian, Jika sesuatu perkara itu telah dikhususkan
untuk kamu, maka pasti kamu akan mendapatkannya, baik kamu menyukainya maupun
tidak menyukainya. Tidaklah wajar kamu menunjukkan ketidak sopananmu atau
ketamakanmu, karena hal itu bertentangan dengan akal dan ilmu yang sempurna.
Apakah gunanya kamu mengharapkan apa yang telah ditentukan untuk orang lain,
karena kamu tidak akan mendapatkannya. Sekiranya suatu perkara itu tidak
ditentukan untuk siapa-siapa, maka itu adalah satu ujian belaka. Orang yang
berakal tidak akan bersahaja untuk mencari suatu ujian. Karenanya, kebaikan itu
adalah menjaga dan ridho dengan keadaan yang ada sekarang. Setelah kamu dibawa
ke tingkat atas lalu dari situ kamu menuju puncak istana, kamu harus
berhati-hati seperti yang telah kami nyatakan mengenai penghormatan,
berperangai baik dan tidak banyak bicara. Berhati-hatilah, dan hendaknya kamu
berbuat yang lebih dari ini, karena sekarang kamu sudah dekat dengan raja dan juga
sudah dekat dengan bahaya. Oleh karena itu, janganlah kamu meminta perubahan
keadaan, dari keadaan yang sekarang kepada keadaan yang lain, baik keadaan itu
lebih tinggi maupun lebih rendah, dan jangan pula kamu meminta supaya keadaan
itu tetap atau diganti. Kamu tidak mempunyai hak memilih di dalam perkara ini.
Jika kamu meminta, maka hal itu adalah tanda bahwa kamu kurang sopan, akan
merendahkan derajat kamu dan merugikan kamu juga. Karenanya, teruslah berbuat
sebagaimana yang kami tunjukkan, sehingga kamu dinaikkan ke suatu tingkatan dan
ditetapkan di dalam tingkatan itu. Maka ketika itu kamu akan mengetahui bahwa
semua itu adalah karunia Allah yang menunjukkan tanda-tanda kebesaran-Nya.
Tetaplah kamu berada pada tempat itu dan janganlah berubah-rubah lagi. Ahwal
(keadaan perubahan kerohanian) adalah milik Aulia (wali Allah yang biasa),
sedangkan maqamah (perhatian kerohanian) adalah kepunyaan Abdal (wali Allah
yang derajatnya lebih tinggi).
AJARAN KESEMBILAN
Perbuatan Allah itu ditampakkan kepada Aulia dan Abdal di
dalam pandangan dan pengalaman kerohanian. Ini berada di luar jangkauan akal
manusia dan keluar dari adat kebiasaan. Penampakkan atau pemanifestasian ini
ada dua jenis : yang pertama dinamakan “Jalal” (kebesaran dan keagungan) dan
yang kedua dinamakan “Jamal” (keindahan). Jalal ini menimbulkan kehebatan dan
mempengaruhi hati sedemikian rupa, sehingga tanda-tandanya tampak pada badan
kasar. Diceritakan bahwa ketika Nabi Muhammad SAW tengah melakukan shalat,
terdengarlah oleh orang bunyi seperti air mendidih dari hati beliau, karena
hebatnya dan gentarnya hati beliau ketika menghadap Allah SWT, ini adalah suatu
pengalaman yang beliau rasakan apabila Allah menunjukkan keagungan dan
kebesaran-Nya. Peristiwa seperti ini juga terjadi pada Nabi Ibrahim a.s. dan
Khalifah Umar r.a.
Pengalaman
yang akan dirasakan oleh seorang hamba apabila Allah memanifestasikan sifat
Jamal-Nya adalah hati si hamba itu akan merasa gembira, tenang, sentosa dan
selamat, ia akan mengucapkan kata-kata yang penuh kasih mesra, dan akan tampak
tanda-tanda yang menggembirakan tentang karunia-karunia yang besar, kedudukan
yang tinggi dan kedekatan kepada-Nya yang kepada-Nya-lah segala perkara mereka
itu akan kembali. Inilah karunia karunia dan rahmat Allah yang diberikan kepada
mereka di dunia ini. Hati mereka yang cinta kepada-Nya akan dipuaskan oleh-Nya,
sehingga mereka akan merasa senang. Allah mengasihi dan menyayangi mereka. Nabi
pernah bersabda kepada Bilal, “Hai Bilal, hiburlah hati kami”. Apa yang Nabi maksudkan adalah
agar Bilal mengumandangkan adzan, supaya nabi memasuki shalat dengan merasakan
manifestasi sifat Jamal Allah itu. Karena itu, Nabi bersabda, “Dan kesejukan mataku,
telah kurasakan di dalam shalatku”.
AJARAN KESEPULUH
Sesungguhnya tidak ada yang lain selain Allah dan diri
kamu sendiri. Diri manusia itu bertentangan dengan Tuhan. Segala sesuatu itu
tunduk kepada Allah dan diri manusia itupun adalah kepunyaan Allah. Pada diri
manusia timbul angan-angan dan hawa nafsu. Oleh karena itu, jika kamu masuk
kepada yang haq dan menentang diri kamu sendiri, maka kamu telah masuk ke pihak
Allah dan menentang diri kamu sendiri. Allah berfirman kepada Nabi Daus a.s., “Hai Daud, kepada-Ku-lah
kamu kembali. Oleh karena itu, berpegang teguhlah kamu kepada-Ku. Sesungguhnya
perhambaan yang sejati adalah melawan diri kamu sendiri karena Aku”. Karena itulah penghambaan kamu dan kedekatan kamu
kepada Allah menjadi kenyataan yang sungguh-sungguh. Karena itulah kamu
mencapai kesucian dan kebahagiaan. Dan karena itulah kamu akan dimuliakan serta
segalanya akan menjadi hamba kamu dan takut kepadamu, lantaran semuanya tunduk
kepada Allah. Sebab, Dia-lah Pencipta dan tempat asal mereka, dan mereka telah
menyatakan kehambaan mereka kepada Allah. Allah berfirman, “Seluruhnya memuji Allah,
tetapi kamu tidak mengetahui pujian mereka”.
Ini berarti segala yang ada di dalam alam ini sadar akan adanya Allah dan patuh
kepada-Nya.
Allah SWT berfirman, “Kemudian
Dia berkata kepadanya dan kepada dunia, Kemarilah kamu berdua dengan rela
ataupun tidak”. Mereka berkata, “Kami datang dengan rela”.
Oleh karena itu, segala penghambaan adalah melawan dirimu
sendiri dan hawa nafsumu. Allah berfirman, “Janganlah
kamu menuruti hawa nafsumu, karena dia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah”.
Selanjutnya Allah berfirman, “Jauhkanlah kehendak hawa
nafsumu, karena tidak ada yang melawan-Ku dan kerajaan-Ku melainkan hawa nafsu
manusia”.
Ada satu cerita yang masyhur tentang Abu Yazid Busthami.
Diceritakan bahwa ia telah melihat Allah SWT di dalam mimpinya. Ia bertanya
kepada Allah, “Bagaimana seseorang itu dapat sampai kepada Allah ?” Jawab
Tuhan, “Buanglah dirimu dan datanglah kepada-Ku”. “Setelah itu,” katanya,
“Akupun keluar dari diriku seperti ular keluar dari sarangnya”. Karenanya,
semua kebaikan itu terletak pada jihad melawan diri sendiri serta semua perkara
dan keadaan hidup ini. Sekiranya kamu dalam keadaan salah, lawanlah dirimu
hingga kamu terhindar dari hal yang haram, dari manusia, dari prasangka serta
dari pertolongan mereka, ketergantungan kepada mereka, takut kepada mereka dan
dari menghendaki apa yang mereka dapati dari dunia fana ini. Janganlah kamu
mengharapkan hadiah, sedekah atau pemberian mereka. Hendaklah kamu membebaskan
dirimu dari apa saja yang bersangkutan dengan keduniaan. Dan sekiranya kamu mempunyai
saudara yang hartawan, maka janganlah kamu mengharapkan dia lekas mati dengan
niat kamu ingin mendapatkan hartanya itu. Hendaklah kamu keluar dari pengaruh
mahluk dan angaplah mereka itu seperti pintu pagar yang bias terbuka dan bias
tertutup atau seperti bunglon yang kadang-kadang berubah dan kadang-kadang
tidak. Segala yang berlaku dan terjadi adalah dengan kehendak Allah dan Dia-lah
yang membuat dan merencanakan segalanya itu. Jadilah kamu yang berjiwa tauhid,
yaitu meng-Esa-kan Allah Tuhan Semesta Alam.
Jangan pula kamu mengikuti faham golongan Jabariyyah atau
Qodariyyah. Lebih baik kamu mengatakan bahwa perbuatan itu adalah kepunyaan
Allah, sedangkan manusia adalah berusaha.
Jalankanlah perintah Allah yang berhubungan dengan
manusia, pisahkanlah bagianmu dengan perintah-Nya dan janganlah kamu melampaui
batas, karena perintah Allah itu pasti berlaku dan Allah akan menjatuhkan
hukuman kepada kamu dan mereka. Janganlah kamu ingin menjadi hakim sendiri.
Keberadaan kamu bersama manusia adalah karena takdir Allah dan takdir ini
terdapat di dalam kegelapan. Oleh karena itu, masuklah ke dalam kegelapan itu
dengan membawa lampu yang juga menjadi hakim. Itulah dia Al Quran dan sunnah
Rasulullah. Janganlah kamu melanggar keduanya. Jika timbul di dalam pikiranmu
atau kamu menerima suatu ilham, kemukakanlah dulu kepada Al Quran dan Sunnah
Rasulullah.
Sekiranya suatu pikiran atau ilham bertentangan dengan Al
Quran dan hadits, maka janganlah kamu ikuti dan kamu jalankan, karena hal itu
mungkin datang dari iblis. Jika Al Quran mewajibkan seperti makan, minum dan
lain-lainnya dan ilhampun sejalan dengan yang diwajibkan itu, maka janganlah
kamu terima dan ketahuilah bahwa itu adalah ajakan atau godaan untuk memuaskan
hawa nafsu dan sifat-sifat kebinatanganmu. Oleh karena itu lawanlah dan
janganlah kamu turuti.
Jika apa yang diilhamkan kepada kamu itu tidak sesuai
dengan Al Quran dan hadits, baik yang berupa larangan maupun pembenaran, dan
tidak pula kamu ketahui dengan faham, seperti kamu disuruh untuk pergi ke suatu
tempat atau disuruh menemui seseorang yang saleh, sedangkan kamu tidak perlu
lagi pergi ke tempat itu atau berjumpa dengan orang itu, tetapi dengan
pengetahuan dan nur kamu dapat mengetahuinya, maka bersabarlah, jangan
tergesa-gesa dan bertanyalah kepada diri kamu sendiri, “Adakah ilham ini datang
dari Allah dan aku mesti melakukannya ?” Pikirkan dulu dan bersabarlah. Adalah
biasa bagi Tuhan untuk mengulang ilham seperti itu dan memerintahkan kepada
kamu untuk segera melakukan perkara ilham itu atau untuk membuka suatu tanda
yang dibukakan bagi para ahli Allah, tanda yang hanya dapat dipahami oleh para
Aulia yang bijaksana dan para Abdal. Janganlah kamu terburu-buru mengerjakan
perkara itu, karena kamu tidak mengetahui akibat dan tujuannya, dan juga kamu
tidak mengetahui ujian dan jalan yang dapat merusak dan menguji kamu.
Karena itu bersabarlah sampai Tuhan sendirilah yang
menjadi pelaku perkara itu untuk kamu. Apabila sesuatu perbuatan itu
benar-benar dari Allah, maka akan selamatlah kamu dan Dia pasti menolong kamu.
Jika kamu sendiri yang melakukannya, maka kamu sendirilah yang bertanggung
jawab atas perbuatanmu itu, Jika Allah yang melakukannya untuk kamu, maka kamu
tidak bertanggung jawab atas perbuatanmu itu, karena perbuatan itu adalah
perbuatan Allah, dan sudah barang tentu Allah sendirilah yang bertanggung jawab
atas perbuatan-Nya.
Jika kamu berada dalam peringkat hakekat, yaitu kedudukan
wilayah (kewalian), maka lawanlah nafsumu itu dan patuhlah kepada perintah itu
sepenuhnya. Kepatuhan kepada perintah ini ada dua macam : pertama, hendaknya
kamu mengambil dari dunia ini apa-apa yang kamu perlukan saja, hindarkanlah
dirimu dari keserakahan hawa nafsumu, lakukanlah ibadah-ibadahmu dan
hindarkanlah dosa-dosa, baik yang tampak maupun yang tersembunyi; kedua,
berkenaan dengan perintah batiniah. Ini adalah perintah Allah yang berupa
suruhan dan larangan untuk melakukan sesuatu. Perintah batiniah atau perintah
yang tersembunyi ini adalah perintah untuk melakukan hal-hal yang tidak haram
dan tidak pula wajib, di mana seorang hamba diberi kebebasan untuk bertindak.
Dalam hal ini, hendaknya si hamba tadi tidak mengambil inisiatif (kemauan)
sendiri, tatapi hendaklah ia menunggu perintah yang berkenaan dengannya.
Apabila perintah itu telah datang, maka patuhilah dengan segenap gerak dan
diam, karena Allah semata-mata. Jika di dalam syari’at terdapat hukum tentang
sesuatu perkara, maka tunduklah kepada hukum itu. Tetapi, jika tidak terdapat
hukum di dalam syari’at mengenai perkara itu, maka bertindaklah menurut
perintah batin atau perintah yang tersembunyi itu. Melalui inilah seseorang
dapat menjadi orang yang benar-benar telah mencapai hakekat.
Sekiranya
perintah batin ini tidak ada dan yang ada hanyalah perbuatan Allah, maka ini
memerlukan suatu penyerahan. Jika kamu telah mencapai hakekat yang sebenarnya,
yang juga disebut “keadaan tenggelam (Mahwu) atau fana”, maka kamu telah
mencapai peringkat Abdal (mereka yang luluh hatinya karena Allah), sesuatu
keadaan atau peringkat yang dimiliki oleh orang-orang yang betul-betul berjiwa
tauhid, suatu keadaan yang dimiliki oleh orang-orang yang dikaruniai cahaya
kerohanian, yaitu orang-orang yang berilmu dengan kebijaksanaannya yang tinggi,
orang-orang yang menjadi ketua dari seluruh ketua, pelindung dan penjaga khalayak
ramai, khalifah Allah dan wali-Nya serta orang-orang yang dipercayai-Nya.
Mematuhi perintah di dalam hal-hal yang demikian itu adalah melawan hawa nafsu
kamu sendiri, memisahkan diri dari ketergantungan kepada daya dan upaya apa
saja serta kosong dari segala kehendak dan tujuan apa saja yang berkenaan
dengan dunia dan akhirat. Oleh karena itu, jadilah kamu hamba raja itu dan
bukan hamba kerajaan serta hamba perintah Allah dan bukan nafsu badaniah. Dan
jadilah kamu seperti bayi yang berada dalam pelukan ibunya, atau seperti mayat
yang sedang dimandikan oleh orang-orang dan atau seperti orang sakit yang tidak
sadarkan diri di hadapan dokter, di dalam hal yang berada di luar, baik berupa
suruhan maupun larangan.
AJARAN KESEBELAS
Jika nafsu untuk kawin telah muncul di dalam pikiranmu,
tetapi kamu miskin papa lalu kamu bersabar dengan harapan menunggu pertolongan
Allah yang menjadikan kamu dan nafsu kamu itu, maka Allah pasti menolong kamu,
baik dengan menghilangkan nafsu itu dari kamu maupun dengan memberimu rizki
ataupun dengan mencukupkan kamu dengan berbagai cara, dengan meringankan beban
dan meningkatkan derajat kamu di akhirat kelak. Allah pasti menolongmu karena
kesabaran dan keridhaanmu itu. Allah pasti menambah kesucian dan kekuatanmu.
Jika Allah mencukupimu di dalam masalah rizki, maka kesabaranmu itu akan
bertukar dengan syukur. Allah SWT menjanjikan akan menambahkan karunia-Nya
kepada mereka yang bersyukur. Firman Allah : “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami
akan menambahkan (ni’mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni’mat-Ku), maka
sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”
(QS 14:7)
Jika
sesuatu itu telah ditakdirkan bukan untuk kamu, maka janganlah kamu merasa
kesal. Singkirkanlah perasaan itu jauh-jauh dari hatimu, baik sifat-sifat
kebinatanganmu itu suka maupun tidak. Bersabarlah dan lawanlah kehendak nafsumu
itu serta bertawakallah dan berpegang teguhlah kepada perintah-perintah Allah.
Ridhalah dengan takdir Tuhan, dan dalam keadaan ini, berharaplah akan mendapat
keridhaan dan karunia-Nya. Allah berfirman, “Hanya orang sabar itu
sajalah akan diberi ganjaran sepenuhnya tanpa batas.”
AJARAN KEDUABELAS
Apabila
Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Kaya memberimu harta kekayaan, maka janganlah
kamu terpengaruh oleh harta kekayaan itu, sehingga kamu lupa dan tidak ta’at
lagi kepada Allah. Jika kamu lupa dan tidak ta’at kepada Dia karena adanya
harta itu, maka akan tertutup dari Dia di dunia ini dan diakhirat kelak.
Mungkin juga harta itu akan diambil-Nya kembali, sehingga kamu menjadi miskin
papa, lantaran kamu lupa kepada Yang Memberi. Jika kamu tetap ingat dan ta’at
kepada Allah dan hatimu sekali-kali tidak terpengaruh oleh harta benda itu,
maka Allah akan memberikan kepadamu begitu saja tanpa menguranginya walau
sedikitpun. Harta benda itu adalah hamba Allah dan kamupun adalah hamba Allah.
Oleh karena itu, hendaklah kamu hidup di dunia ini berada dalam penjagaan
Allah, agar di akhirat nanti kamu dimuliakan dan diberi surga sebagai tempat
tinggalmu yang kekal abadi bersama orang-orang yang benar, para syuhada, dan
orang-orang saleh.
AJARAN KETIGABELAS
Janganlah
kamu bersusah payah untuk mendapatkan keuntungan dan jangan pula kamu mencoba
menghindarkan diri dari malapetaka. Keuntungan itu akan datang kepadamu jika
memang sudah ditentukan oleh Allah untuk kamu, baik kamu sengaja untuk
mencarinya maupun tidak. Malapetaka itupun akan datang menimpamu, baik kamu
membencinya, maupun kamu mencoba menghindarkannya dengan doa dan shalat atau
kamu menghadapinya dengan penuh kesabaran, karena hendak mencari keridhaan
Allah.
Hendaklah
kamu berserah diri dan bertawakal sepenuhnya kepada Allah di dalam segala hal,
agar Dia memanifestasikan kerja-Nya melalui kamu. Jika kebaikan yang kamu
dapati, maka bersyukurlah. Dan jika bencana yang menimpa kamu, maka bersabarlah
dan kembalilah kepada Dia. Kemudian, rasakanlah keuntungan yang kamu dapati
dari apa yang kamu anggap sebagai bencana itu, lalu tenggelamlah di dalam Dia
melalui perkara itu sejauh kemampuan yang kamu miliki dengan cara keadaan
rohani yang telah diberikan kepadamu. Dengan cara inilah kamu dinaikkan dari
satu peringkat ke peringkat lainnya yang lebih tinggi dalam perjalanan menuju
Allah, supaya kamu dapat mencapai Dia.
Kemudian
kamu akan disampaikan kepada satu kedudukan yang telah dicapai oleh orang-orang
shiddiq, para syuhada dan orang-orang saleh sebelum kamu. Dengan demikian kamu
akan dekat dengan Allah, agar kamu dapat melihat kedudukan orang-orang sebelum
kamu dengan menuju Raja Yang Maha Agung itu. Di sisi Tuhan Allah-lah kamu
mendapatkan kesentosaan, keselamatan dan keuntungan. Biarlah bencana itu
menimpa kamu dan jangan sekali-kali kamu mencoba menghindarkannya dengan doa
dan shalatmu, dan jangan pula kamu merasa tidak senang dengan kedatangan
bencana itu, karena panas api bencana itu tidak sehebat dan sepanas api neraka.
Telah
diceritakan bahwa Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, “Sesungguhnya api neraka akan berkata kepada
orang-orang yang beriman; ‘Lekaslah kamu pergi wahai orang-orang mu’min, karena
cahayamu akan memadamkan apiku’”
Bukankah
cahaya si Mu’min yang memadamkan api neraka itu serupa dengan cahaya yang
terdapat padanya di dunia ini dan yang membedakan orang-orang yang ta’at kepada
Allah dengan orang-orang yang durhaka kepada-Nya ? Biarkanlah cahaya itu
memadamkan api bencana, dan biarkanlah kesabaranmu terhadap Tuhan itu
memadamkan hawa panas yang hendak menguasai kamu.
Sebenarnya,
bencana yang datang kepada kamu itu bukannya akan menghancurkan kamu, melainkan
sebenarnya adalah akan menguji kamu, mengesahkan kesempurnaan iman kamu,
menguatkan dasar kepercayaanmu dan memberikan kabar baik ke dalam batinmu.
Allah berfirman, “Dan sesungguhnya Kami benar-benar
akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar
di antara kamu; dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu.” (QS 47:31)
Oleh
karena itu, manakala kebenaran keimanan kamu telah terbukti dan kamu dapat
menyesuaikan diri dengan kehendak dan perbuatan Allah, dan dengan idzin Allah
juga, maka hendaklah kamu tetap bersabar dan ridho serta patuh kepada-Nya. Janganlah
kamu melakukan apa saja yang dilarang oleh Allah. Apabila perintah-Nya telah
datang, maka dengarkanlah, perhatikanlah, bersegeralah melakukannya,
senantiasalah kamu bergerak dan jangan bersikap pasif terhadap takdir dan
perbuatan-Nya, tetapi pergunakanlah seluruh daya dan upayamu untuk melaksanakan
perintah-Nya itu.
Sekiranya
kamu tidak sanggup melaksanakan perintah itu, maka janganlah lalai untuk
kembali menghadap Tuhan. Mohonlah ampunan-Nya dan memintalah dengan penuh
merendahkan diri kepada-Nya. Carilah sebab musabab mengapa kamu tidak sanggup
melaksanakan perintah itu. Mungkin saja kamu tidak sanggup melaksanakan
perintah itu lantaran kejahatan syak wasangka yang tedapat di dalam pikiranmu,
atau kamu kurang bersopan santun di dalam mematuhi-Nya, atau kamu terlalu
sombong dan bangga, atau kamu terlalu menggantungkan diri kepada daya dan
upayamu sendiri, dan atau kamu menyekutukan Allah dengan dirimu atau mahluk.
Akibat semua itu, kamu berada terlalu jauh dari Dia, membuatmu lupa untuk
mematuhi Dia, kamu dijauhkan dari pertolongan-Nya, Dia murka kepadamu dan
membiarkanmu asyik terlena dengan hal-hal keduniaan dan menuruti nafsu
18
angkara
murkamu. Tahukah kamu, bahwa semua itu menyebabkan kamu lupa kepada Allah dan
menjauhkan kamu dari Dia yang menjadikan dan mengasuhmu serta memberimu rizki
yang tiada terkira. Oleh karena itu waspadalah terhadap apa saja yang dapat
menjauhkan kau dari Allah. Berhati-hatilah terhadap apa saja selain Allah yang
hendak memalingkan kamu dari Allah. Apa saja selain Allah bukanlah Allah.
Karenanya, kamu jangan mengambil apa saja selain Allah lalu kamu membuang
Allah, karena Allah menciptakan kamu itu hanya untuk mengabdi kepada-Nya saja.
Maka janganlah kamu menganiaya dirimu sendiri dengan melupakan Allah dan
perintah-Nya, karena hal ini akan menyeretmu masuk neraka yang bahan bakarnya
terdiri atas manusia dan batu. Ketika itu kamu akan menyesal, sesal yang tiada
berguna lagi. Tobat pada waktu itu sudah tidak berguna lagi. Merataplah dan
menangislah, tetapi siapakah yang berdaya untuk menolongmu ? Kamu memohon ampun
kepada Allah, tetapi Allah tidak menerima permohonanmu lagi ketika itu.
Kemudian kamu berangan-angan hendak kembali lagi ke dunia untuk membetulkan
ibadahmu kepada Allah, tetapi apa daya dunia sudah tidak ada lagi bagi kamu.
Kasihanilah
diri kamu itu. Gunakanlah segala daya dan upayamu untuk mengabdikan diri kepada
Allah SWT. Gunakanlah apa saja yang telah diberikan Allah kepadamu, berupa
ilmu, akal, kepercayaan dan cahaya kerohanian kamu untuk mengabdikan diri kepada
Allah, agar kamu diliputi cahaya yang terang benderang dan tidak lagi berada di
dalam kegelapan. Berpegang teguhlah kepada Allah dan hukum-hukum-Nya, dan
mengembaralah kamu menuju Allah menurut aturan-aturan yang telah ditentukan
oleh Allah. Dia-lah yang telah menciptakan dan memelihara kamu seta menjadikan
kamu seorang manusia yang sempurna. Janganlah kamu mencari apa-apa yang tidak
diperintahkan-Nya dan janganlah kamu mengatakan bahwa sesuatu itu buruk sebelum
Dia mengharamkannya. Apabila telah terdapat keserasian antara kamu dengan Allah
dan perintah-Nya, maka seluruh alam ini akan menghambakan diri kepada kamu. Dan
apabila kamu menghindarkan apa-apa yang diharamkan oleh Allah, maka semua
perkara yang tidak diinginkan itu akan lari dari kamu di manapun juga kamu
berada. Allah berfirman, “Wahai
manusia, Aku-lah Tuhan. Tidak ada Tuhan selain Aku. Jika Aku mengatakan kepada
sesuatu, “Jadilah !” maka jadilah ia. Patuhlah kepada-Ku sehingga jika kamu
mengatakan kepada sesuatu, “Jadilah !” maka jadilah ia.” Allah juga berfirman, “Wahai
bumi, barangsiapa menghambakan dirinya kepada-Ku, maka berkhidmadlah engkau
kepadanya. Dan barangsiapa menghambakan dirinya kepadamu, maka buatlah ia susah.” Demikianlah firman-firman Tuhan di dalam kitab-Nya.
Oleh
karena itulah, jika datang larangan dari Allah, maka jadikanlah dirimu
seolah-olah orang yang letih, lesu dan tiada berdaya; atau seperti tubuh yang
tiada bersemangat, tiada berkehendak dan bernafsu, bebas dari dunia kebendaan,
lepas dari nafsu-nafsu kebinatangan; atau bagaikan halaman rumah yang gelap
gulita; dan atau seperti bangunan yang hendak roboh yang tidak berpenghuni.
Hendaknya kamu menjadi seperti orang yang telah tuli, buta, bisu, sakit gigi,
lumpuh, tidak bernafsu, tidak berakal dan badan kamu seolah-olah mati dan
dibawa kabur.
Hendaklah
kamu memperhatikan dan segera melaksanakan perintah-perintah Allah. Bencilah
dan malaslah untuk melakukan apa-apa yang dilarang oleh Allah, beraksilah
terhadapnya seperti orang mati dan serahkanlah bulat-bulat dirimu kepada Allah.
Minumlah minuman ini, ambillah obat ini dan makanlah makanan ini, supaya kamu
bebas dari nafsu-nafsu kebinatangan dan kesetanan, agar kamu sembuh dari
penyakit dosa dan maksiat serta terlepas dari ikatan hawa nafsu. Semoga kamu
mencapai kesehatan jiwa yang sempurna.
AJARAN KEEMPATBELAS
Wahai
mereka yang menjadi hamba hawa nafsu mereka ! Janganlah kamu mengira bahwa diri
kamu masuk ke dalam golongan mereka yang menjadi ahli Allah. Kamu telah
menghambakan diri kamu kepada hawa nafsu kamu, sedangkan mereka menghambakan
diri mereka kepada Allah SWT. Kamu menghendaki dunia, sedangkan mereka
menghendaki akhirat. Kamu hanya melihat dunia ini saja, sedangkan mereka
melihat Tuhan yang menjadikan langit dan bumi. Kesenanganmu terletak pada
mahluk, sedangkan kesenangan mereka terletak pada Allah. Hati kamu terikat
kepada Dunia, tetapi hati mereka terikat kepada Allah Yang Maha Agung. Kamu
adalah mangsa setiap apa yang kamu lihat, tetapi mereka adalah mangsa apa yang
tidak kamu lihat, mereka melihat Allah yang menjadikan segala perkara yang
tidak dapat dilihat dengan mata kepala. Mereka telah mencapai tujuan hidup dan
mendapatkan kesejahteraan, sedangkan kamu masih saja terbenam di dalam nafsu
keduniaanmu.
Mereka
menghilang dari mahluk, dari nafsu keduniaan dan dari kehendak mereka sendiri.
Sehingga dengan demikian, mereka dapat sampai ke hadlirat Illahi yang memberi
mereka kekuatan untuk mencapai puncak wujud mereka, seperti menta’ati dan
memuji Allah. Inilah karunia Illahi yang diberikan-Nya kepada siapa saja yang
dikehendaki-Nya. Mereka menjadikan keta’atan kepada Allah dan pujian
terhadap-Nya sebagai kewajiban mereka. Mereka berpegang teguh kepada-Nya dengan
pertolongan yang diberikan-Nya kepada mereka. Semua ini mereka lakukan tanpa
mengalami kesukaran apa-apa. Maka jadilah ketaatan mereka itu sebagai nyawa dan
santapan mereka.
Dengan
demikian, dunia ini menjadi berkat bagi mereka dan memberikan nikmat kepada
mereka, seakan-akan dunia ini telah menjadi surga bagi mereka. Karena, apabila
mereka melihat sesuatu, maka sebelum mereka melihatnya, mereka terlebih dahulu
melihat perbuatan Allah yang menjadikan segalanya itu. Orang-orang ini
membekali diri dengan kekuatan yang ada di bumi dan di langit, serta
menyenangkan mereka yang telah mati dan masih hidup. Karena Tuhan mereka telah
menjadikan mereka seperti pasak bumi (gunung) yang dijadikan-Nya ini. Oleh
karena itu, mereka menjadi seperti gunung yang berdiri dengan megah dan agung.
Janganlah kamu mengacau mereka dan jangan pula kamu menghalangi perjalanan
mereka yang ibu-bapak dan sanak-saudara mereka tidak dapat menyelewengkan
mereka dari tujuan mereka. Mereka adalah orang-orang terbaik yang dijadikan
Allah di muka bumi ini. Keridhaan dan kesejahteraan dikaruniakan oleh Allah
kepada mereka, selagi langit dan bumi masih ada
AJARAN KELIMABELAS
Aku
bermimpi seolah-olah aku berada di dalam sebuah tempat seperti sebuah masjid.
Di dalam tempat itu terdapat beberapa orang yang sedang mengasingkan diri
mereka dari orang ramai. Aku berkata dalam diriku sendiri, “Jika si Anu itu
berada di sini, tentu dia dapat mengatur orang-orang ini dan memberikan
pandangan-pandangan yang baik kepada mereka.” Aku teringat kepada seorang saleh
tertentu. Orang-orang itu datang mengelilingi aku. Kemudian salah seorang di
antara mereka berkata kepadaku, “Apa yang telah terjadi padamu ? Mengapa kamu
tidak berbicara ?”. Maka akupun berkata, “Jika tuan mengijinkan, maka aku akan
berkata.” Lalu kataku, “Apabila kamu telah mengasingkan diri dari khalayak
ramai karena Yang Haq, maka janganlah kamu meminta dengan lidahmu. Apabila kamu
telah berhenti meminta dengan lidah, maka janganlah kamu meminta dengan hatimu.
Sebab, meminta dengan hati itu sama halnya dengan meminta dengan lidah.
Ketahuilah, bahwa dalam setiap hari Allah berada dalam keagungan-Nya yang baru,
serta menukar, mengganti, meninggikan dan merendahkan manusia. Tarap setengah
manusia ditinggikan-Nya dan tarap setengah lainnya direndahkan-Nya. Kemudian,
kepada mereka yang mempunyai tarap atau derajat tinggi, diingatkan bahwa tarap
mereka yang tinggi itu bisa Dia rendahkan, dan mereka diberi harapan bahwa Dia
akan memelihara mereka dan menetapkan kedudukan mereka itu. Kepada mereka yang
bertarap rendah, juga diingatkan bahwa mereka akan dibiarkan berada dalam
kehinaan. Mereka tidak diberi harapan untuk naik ke tarap yang tinggi.” Setelah
itu, akupun terjaga dari mimpiku.
AJARAN KEENAMBELAS
Tidak
ada yang dapat menghalangi kamu untuk mendapatkan keridhaan dan pertolongan
langsung dari Allah, selain dari pada kebergantungan kamu kepada manusia dan
tatacara penghidupan dan pendapatan kamu. Manusia menjadi penghalang bagi kamu
untuk mencapai kehidupan yang diamalkan oleh Nabi, yaitu yang berkenaan dengan
pendapatan. Selagi kamu masih mengharapkan hadiah dan keridhaan manusia serta
meminta-minta kepada mereka, maka berarti kamu telah menyekutukan Allah dengan
yang lain. Dengan demikian, kamu tidak akan dapat mencapai kehidupan yang telah
diamalkan oleh Nabi, yaitu pendapatan secara halal dari dunia ini.
Apabila
kamu menjauhkan kehidupan kamu dengan manusia, dengan menyekutukan mereka
dengan Allah, dengan bergantung kepada pendapatan kamu, dengan berpuas hati
dengannya, dan dengan lupa kepada karunia Allah, maka berarti kamu telah
bersikap seperti orang musyrik. Syirik di sini lebih halus daripada syirik yang
terdahulu. Karenanya, Allah akan menghukum kamu dan menjauhkan kamu dari
keridhaan-Nya.
Apabila
kamu telah keluar dari keadaan semacam ini dan membuang syirik jauh-jauh;
melepaskan kebergantungan hati kamu kepada pendapatan kamu dan kepada daya dan
upaya kamu; kamu melihat bahwa Allah-lah yang sebenarnya memberi kehidupan itu,
menjadikan sebab dan akibat, memberi kekuatan untuk mencari pendapatan dan
memberi kekuatan kepada segala yang baik; dan kamu mengetahui bahwa kehidupan
itu berada di tangan-Nya, yang kadang-kadang dibawa-Nya kepada kamu melalui
manusia dengan cara kamu meminta kepada mereka pada masa ujian dan perjuangan,
atau melalui permohonanmu kepada-Nya, atau kadang-kadang melalui pemberian
manusia, dan atau melalui karunia-Nya yang sedemikian rupa, sehingga kamu tidak
melihat sebab dan cara datangnya; maka kamu menuju kepada Dia dan kembali ke
hadirat-Nya Yang Maha Agung dan Maha Perkasa. Yang demikian itu jika Dia
menyingkapkan tirai yang melindungi kamu dari keridhaan-Nya dan membuka pintu
rizki dengan kehendak-Nya di dalam keadaan perlu, bersesuaian dengan keperluan
kamu ketika itu, misalnya dokter yang menjadi sahabat bagi pasien. Inilah
perlindungan dari Dia Yang Maha Mulia dan Maha Agung, untuk membersihkan kamu
dari kecenderungan kepada yang lain selain Dia. Dan dengan itu, maka Dia
meridhai kamu.
Oleh
karena itu, apabila Dia telah mengosongkan hati kamu dari setiap tujuan, nafsu
dan kehendak, maka Dia akan memenuhi hati kamu dengan tujuan dan kehendak-Nya
semata-mata. Apabila Dia hendak memberikan bagianmu kepadamu dan bukan bagian
orang lain, maka kamu pasti bisa mendapatkan bagian kamu itu dan Dia akan
mengarahkanmu untuk mendapatkan bagian kamu itu, lalu bagian kamu itu akan
sampai kepadamu pada saat-saat kamu memerlukannya. Kemudian, Dia akan memberi
kekuatan kepada kamu untuk bersyukur kepada-Nya. Hal ini akan menambah
keinginan kamu untuk menjauhkan diri dari orang banyak dan untuk mengosongkan
hati kamu dari apa saja selain Allah.
Apabila
ilmu da kepercayaanmu telah bertambah kuat dan teguh, hati kamu telah lapang
dan bercahaya, kamu bertambah dekat kepada Allah dan kamu telah pantas untuk
memelihara rahasia-rahasia-Nya, maka kamu akan diberi ilmu untuk mengetahui
terlebih dahulu waktu bagian kamu itu akan sampai kepadamu. Dan ini adalah
tanda bahwa kamu telah diberi kemuliaan dan keridhaan-Nya. Inilah karunia-Nya,
kasih sayang-Nya, pengarahan dan bimbingan-Nya. Firman Allah, “Dan Kami jadikan di antara mereka itu
pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka
sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.” (QS 32:24) Dan firman-Nya pula, “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari
keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan
Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS 29:69)
Allah
juga berfirman, “Dan takutlah kamu kepada Allah,
dan Dia akan mengajar kamu. Kemudian akan diberi-Nya kamu kekuatan untuk
mengawal alam dengan kebenaran yang terang, yang tidak ada kegelapan di dalamnya,
dengan tanda-tanda yang nyata dan terang seperti terangnya matahari, dengan
perkataan yang manis-manis yang lebih manis dari segala yang manis dan dengan
wahyu yang sebenarnya, tanpa kegelapan apapun, dan bebas dari nafsu-nafsu
kebinatangan dan dari hasutan setan yang dilaknat.”
Allah
berfirman dalam kitabnya, “Wahai
anak Adam, Aku-lah Tuhan. Tidak ada yang patut disembah selain Aku. Apabila Aku
berkata kepada seuatu, “Jadilah !”, maka jadilah ia. Patuhlah kepada-ku,
sehingga Aku jadikan kamu bila berkata kepada sesuatu “Jadilah !”, maka jadilah
ia.” Yang semacam itu telah Dia lakukan
kepada kebanyakan para Nabi dan para Wali serta orang-orang khusus yang
diridhai-Nya dari anak Adam.
AJARAN KETUJUHBELAS
Yang
dimaksud dengan dekat dan bersatu dengan Tuhan itu ialah, kamu mengosongkan
hati kamu dari mahluk, hawa nafsu dan lain-lain selain Allah, sehingga hati
kamu hanya dipenuhi oleh Allah dan perbuatan-Nya saja. Kamu tidak bergerak,
kecuali dengan kehendak Allah saja. Kamu akan bergerak jika Allah menggerakkan
kamu. Keadaan seperti ini dinamakan ‘fana’. Fana inilah yang dimaksud dengan
‘bersatu dengan Tuhan’. Tetapi harus diingat, bahwa bersatu dengan Tuhan itu
tidak seperti bersatu dengan mahluk atau dengan yang selain Tuhan.
Tidak
ada sesuatupun yang serupa dengan Dia. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi
Maha Melihat.
Al-Khaliq
itu tidak sama dengan apa saja yang kamu duga. Hanya orang yang telah mengalami
dan menyadari bersatu dengan Tuhan itu sajalah yang dapat mengerti dan memahami
apa yang dimaksud dengan ‘bersatu dengan Tuhan’ itu. Orang yang belum pernah
merasakan atau mengalaminya tidak akan dapat mengerti apa yang dimaksud
dengannya. Setiap orang yang pernah merasakan pengalaman tersebut mempunyai
perasaan dan pengalaman tersendiri. Dan masing-masing mempunyai perasaan dan
pengalaman yang tersendiri pula.
Pada
setiap Nabi, Rasul dan Wali Allah terdapat rahasia. Masing-masing mempunyai
rahasianya tersendiri. Seseorang tidak akan dapat mengetahui rahasia seseorang
lainnya. Kadang-kadang seorang murid mempunyai rahasia yang tidak diketahui
oleh gurunya. Ada kalanya pula, rahasia yang dimiliki oleh guru itu tidak dapat
diketahui oleh muridnya, meskipun murid itu sudah hampir sederajat dengan
gurunya. Apabila seorang murid dapat mencapai keadaan kerohanian yang ada pada
gurunya, maka murid itu diperintahkan untuk memisahkan dirinya dari gurunya
itu. Dengan kata lain, dia sekarang telah setarap dengan gurunya. Murid itupun
berpisahlah dari gurunya dan Allah sajalah yang menjadi penjaganya. Kemudian
Allah akan memisahkannya dari seluruh mahluk.
Bolehlah
diibaratkan bahwa guru itu laksana ibu dan murid itu laksana bayinya yang masih
menyusu. Apabila si bayi telah mencapai usia dua tahun, maka berhentilah dia
meyusu dari ibunya. Tidak ada lagi kebergantungan kepada mahluk, setelah hawa
nafsu amarah dan kehendak-kehendak kemanusiaan hapus. Guru atau syaikh itu
hanya diperlukan selagi murid masih mempunyai hawa nafsu angkara murka dan
kehendak-kehendak badaniah yang perlu dihancurkan. Setelah semua itu hilang dari
hati si murid tadi, maka guru itu tidak lagi diperlukan, karena si murid
sekarang sudah tidak lagi memiliki kekurangan atau dia telah sempurna.
Oleh
karena itu, apabila kamu telah bersatu dengan Tuhan, maka kamu akan merasa aman
dan selamat dari apa saja selain Dia. Kamu akan mengetahui bahwa tidak ada yang
wujud melainkan Dia saja. Kamu akan mengetahui bahwa untung, rugi, harapan,
takut dan bahkan apa saja adalah dari dan karena Dia juga. Dia-lah yang patut
ditakuti dan kepada Dia sajalah meminta perlindungan dan pertolongan.
Karenanya, lihatlah selalu perbuatan-Nya, nantikanlah selalu perintah-Nya dan
patuhlah selalu kepada-Nya. Putuskanlah hubunganmu dengan apa saja yang
bersangkutan dengan dunia ini dan juga dengan akhirat. Janganlah kamu
melekatkan hatimu kepada apa saja selain Allah.
Anggaplah
seluruh yang dijadikan Allah ini sebagai seorang manusia yang telah ditangkap
oleh seorang raja yang agung dan gagah; raja itu telah memotong kaki dan tangan
orang tadi dan menyalibnya pada sebatang pohon yang terletak di tepi sebuah
sungai yang besar lagi dalam, raja itu bersemayam di atas singgasana yang
tinggi dengan dikawal oleh hulu balang yang gagah berani yang dilengkapi
persenjataan yang lengkap dan raja itu melempar orang tadi dengan seluruh
senjata yang ada padanya. Bagaimana pendapatmu tentang orang yang melihat
keadaan ini, lalu memalingkan pandangannya dari raja itu dan takut kepadanya,
sebaliknya ia berharap dan meminta kepada orang itu dan bukannya kepada raja
yang agung itu ?Jika ada orang yang gentar dan takut kepada orang yang tersalib
itu, dan bukannya kepada raja, maka orang ini adalah orang yang bodoh, gila dan
tidak sadar.
Oleh
karena itu, mintalah perlindungan kepada Allah dari menjadi buta setelah Dia
memberikan penglihatan, dari berpisah setelah disatukan-Nya, dari berjauhan
setelah didekatkan-Nya, dari tersesat setelah Dia memberikan petunjuk dan dari
kekufuran setelah Dia memberikan keimanan.
Dunia
ini bagaikan sebuah sungai yang lebar, airnya senantiasa mengalir dan selalu
bertambah setiap hari. Begitu juga halnya dengan nafsu kebinatangan, manusia
itu selalu merasa tidak puas, semakin tampak dan semakin tak sadarkan diri.
Hidup manusia di dunia ini senantiasa penuh dengan ujian dan cobaan. Di samping
mendapatkan kebahagiaan, kadangkala manusia juga dikelilingi oleh penderitaan.
Orang
yang mempunyai akal pikiran yang sempurna, mau berpikir dan mengetahui hakekat,
akan mengetahui bahwa pada hakekatnya tidak ada kehidupan yang sebenarnya
melainkan kehidupan akhirat saja. Oleh karena itu, Nabi besar Muhammad SAW
bersabda, “Tidak ada kehidupan, kecuali
kehidupan di akhirat.” Bagi orang yang beriman, hal ini adalah
benar. Nabi Muhammad selanjutnya mengatakan, “Dunia
ini adalah penjara bagi orang yang beriman dan surga bagi orang kafir.” Nabi juga pernah menyatakan bahwa, “Orang yang baik itu terkekang.”
Pada
hakekatnya, kesentosaan dan kebahagiaan itu terletak dalam hubungan yang
langsung dengan Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, tawakal yang
bulat kepada-Nya dan senantiasa ridha dengan-Nya. Jika kamu telah dapat
melakukan hal yang demikian itu, maka bebaslah kamu dari dunia ini dan Allah
akan memberimu kesenangan, keselamatan, kesentosaan, kasih sayang dan ridha
Illahi.
AJARAN KEDELAPANBELAS
Kunasehatkan
kepadamu supaya kamu tidak muram atau mengeluhkan tentang kesusahan yang
menimpa kamu dan mengadukannya kepada sahabatmu atau musuhmu. Dan jangan pula
kamu menyalahkan Tuhanmu yang menjadikan kesusahan atau ujian itu. Adalah lebih
baik kamu menerangkan kebaikan yang diberikan Allah kepadamu dan kesyukuranmu
terhadap kebaikan itu. Kamu berbuat bohong dengan menerangkan kesyukuranmu atas
karunia apa saja adalah lebih baik daripada kamu menyatakan dan menghebohkan
dengan benar kesusahan yang kamu alami. Siapakah orangnya yang tidak pernah mendapatkan
karunia Allah ? Allah SWT berfirman, “Dan
Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan
kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung ni’mat Allah, tidaklah dapat kamu
menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zhalim dan sangat
mengingkari (ni’mat Allah)” (QS 14:34)
Berapa
banyakkah karunia yang telah diberikan Allah kepadamu, sehingga kamu masih
tidak sadar juga ? Janganlah kamu merasa senang kepada mahluk, janganlah kamu
cinta kepada mahluk dan janganlah kamu menceritakan hal ihwal kamu kepada
siapapun. Hendaklah cintamu itu kamu tujukan hanya kepada Allah semata,
hendaklah kamu hanya merasa senang kepada-Nya dan hendaklah kamu mengadukan
kesusahanmu hanya kepada-Nya pula.
Janganlah
kamu melihat yang lain selain Allah, karena yang lain selain Allah iti tidak
dapat memberikan mudharat atau manfaat, untung atau rugi, kebaikan atau
kejahatan, menghina atau memuliakan, meninggikan atau merendahkan, memiskinkan,
menggerakkan dan mendiamkan. Segala apa saja selain Allah, itu adalah ciptaan
Allah dan berada di dalam kekuasaan-Nya serta pergerakan merekapun dengan ijin
dan kehendak-Nya pula. Mereka akan tetap ada, selagi Allah masih menghendaki
mereka untuk ada. Segala sesuatu itu ada di dalam masa yang telah ditentukan oleh
Allah. Apa yang telah didahulukan tidak dapat dikemudiankan, dan apa yang telah
dikemudiankan tidak dapat di didahulukan. Jika Allah hendak menimpakan bahaya
kepada kamu, maka tidak ada yang dapat mengelakkan bahaya itu selain Dia juga.
Jika Dia hendak memberikan kebaikan kepada kamu, maka tidak ada yang dapat
mengelakkan kebaikan itu datang kepadamu, selain Dia jua.
Oleh
karena itu, jika kamu muram dan mengeluh karena hatimu tidak puas ketika kamu
mendapatkan kesenangan dan kemewahan, hanya lantaran kamu menginginkan untuk
dilebihi dan ditambah nikmat kemewahan dan kesenangan itu, dan kamu menutup
mata dari kesenangan dan kemewahan yang telah ada pada kamu dengan menuduh
bahwa Allah SWT itu tidak berbuat baik kepadamu, maka Dia akan murka kepadamu,
akan menarik kembali kesenangan dan kemewahan dari kamu, akan menyusahkanmu
lebih berat lagi dan kamu akan dijauhkan daripada-Nya.
Maka,
janganlah kamu mengeluh dan merintihm walaupun badanmu dipotong-potong dengan
gunting. Peliharalah diri kamu. Takutlah kepada Allah dan berhati-hatilah.
Sesungguhnya
kebanyakan bencana yang menimpa anak Adam itu adalah akibat keluhan dan ketidak
ridhaan terhadap Allah. Patutkah seorang hamba Allah untuk mengeluh, muram dan
tidak berpuas hati, padahal Allah itu Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Adil,
Maha Tahu dan Maha Bijaksana ?
Nabi
Muhammad pernah bersabda, “Kasih
Allah kepada hamba-Nya adalah melebihi kasih ibu kepada anaknya.”
Wahai
manusia, tunjukkanlah sopan santunmu yang baik. Bersabarlah di dalam menghadapi
kesusahan, walaupun kamu merasa lesu letih untuk bersabar itu. Bersabarlah, di
samping kamu bertawakal dan berserah diri kepada Allah. Ridhalah dengan Dia.
Jika
kamu masih mendapatkan dirimu masih ada, maka hapuskanlah ke-ada-an kamu itu.
Jika kamu sudah tidak ada, maka berada di manakah kamu ? Pernahkah kamu
mendengar firman Tuhan, “Diwajibkan
atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci.
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi
(pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui,
sedang kamu tidak mengetahui.” (QS
2:216)
Pengetahuan
tentang hakekat sesuatu telah jauh dari kamu dan kamu telah tertutup dari
hakekat itu. Oleh karena itu, janganlah kamu menunjukkan ketidaksopananmu jika
kamu menyukai atau tidak menyukai sesuatu. Jika kamu berada dalam peringkat
pertama, yaitu peringkat orang-orang yang saleh, maka patuhlah kepada syari’at
dalam semua perkara yang terjadi kepada kamu. Jika kamu berada pada peringkat
kedua, yaitu peringkat wilayah (kewalian), maka ikutilah segala perintah dan
janganlah kamu melampaui batas. Pada peringkat terakhir, hendaklah kamu ridha
dengan ketentuan Allah, serasikanlah dirimu dengan-Nya, lenyaplah dan masuklah
kamu ke dalam kedudukan dan posisi Abdal, Ghauts dan Shiddiq. Janganlah kamu
mencoba menentang takdir, hadapkanlah selalu diri dan kehendak kamu kepada
Allah dan janganlah kamu mengeluh dan tidak berpuas hati.
Apabila
kamu telah berbuat demikian dan takdirmu adalah baik, maka Allah akan menambah
lagi kebaikan untuk kamu, kehidupan yang sentosa dan kebahagiaan. Jika takdir
untuk kamu itu tidak baik, maka Allah akan melindungi kamu dari perkara-perkara
yang tidak baik itu melalui kepatuhan kamu kepada-Nya, dan Dia akan
menghindarkan kamu dari kesalahan hingga berakhir masanya. Inilah nasehat
untukmu.
Ketahuilah,
bahwa di dalam diri manusia itu terdapat bermacam-macam kesalahan, dosa dan
noda yang semua itu akan menjauhkan manusia dari Allah, kecuali jika manusia
itu dibersihkan dari segala dosa dan noda itu. Tidak ada seorangpun yang dapat
dekat dengan Allah, kecuali jika orang itu telah bersih dari kotoran takabur
dan dosa, sebagaimana halnya orang itu tidak dapat duduk dekat raja, jika orang
itu berbau busuk dan berbadan kotor. Oleh karena itu, bencana itu adaah
pembersih dan penukar untuk mendapatkan yang baik. Nabi pernah bersabda, “Demam sehari itu akan menyapu bersih dosa setahun.”
AJARAN KESEMBILANBELAS
Apabila
iman kamu masih lemah lalu kamu berjanji, maka hendaklah kamu menepati janji
itu. Jika tidak, maka keimananmu itu akan berkurang dan kepercayaanmu semakin
hilang. Tetapi, jika iman kamu itu telah kuat dan tertanam kokoh di dalam hati
sanubarimu lalu kamu banyak menerima firman Allah, “Dan raja berkata, “Bawalah Yusuf kepadaku, agar aku memilih
dia sebagai orang yang rapat padaku.” Maka tatkala raja telah bercakap-cakap
dengan dia, dia berkata, “Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang
yang berkedudukan tinggi lagi dipercaya pada sisi kami.” (QS 12:54). Maka kamupun akan menjadi orang pilihan Tuhan,
lalu kehendak, nafsu dan perbuatanmu sendiri akan hilang, kamu terus menjadi
dekat dengan Tuhan yang kedekatan-Nya itu tidak terlihat olehmu dan kamu terus
tenggelam di hadirat Illahi.
Maka
jadilah kamu seperti bak yang bocor, tidak ada air yang dapat tinggal di dalam
bak itu, dan jadilah kamu seperti tong kosong yang berlubang. Dengan demikian,
hati kamu hanya dipenuhi oleh Allah, tidak ada yang lain di dalam hatimu itu,
kecuali Dia dan kamu bersih dari segala sesuatu selain Allah. Sehingga Allah
meridhai kamu, kamu dijanjikan akan mendapatkan rahmat, nikmat dan ampunan-Nya
dan kamu merasa senang kepada-Nya.
Kemudian
kamu akan diberi suatu janji, dan apabila kamu merasa puas dengan janji itu dan
tampak tanda keinginanmu padanya, maka janji itu akan ditukar dengan janji yang
lebih tinggi lagi, kamu akan diberi perasaan cukup diri (self sufficiency),
pintu ilmu akan dibukakan untuk kamu, kamu akan disinari dengan pengetahuan
untuk memahami rahasia-rahasia ke-Tuhan-an dan kamu akan merasakan bertambahnya
keadaan kerohanianmu.
Selanjutnya
kamu akan menerima pangkat kerohanian yang tinggi, kamu akan diberi
rahasia-rahasia ke-Tuhan-an, dadamu menjadi lapang, lidahmu berkata lantang,
ilmumu tinggi dan kamu cinta kepada Allah. Kamu akan dikasihi oleh semua orang,
semua manusia, jin dan mahluk-mahluk lainnya di dunia ini dan di akhirat.
Apabila kamu telah menjadi kekasih Allah, maka semua mahlukpun akan
mengasihimu, lantaran semua mahluk itu takluk kepada Allah, kasih mereka masuk
ke dalam kasih Allah, sebagaimana benci mereka masuk ke dalam benci Allah.
Kamupun
dinaikkan ke pangkat ini, di mana kamu tidak lagi mempunyai kehendak kepada
yang lain selain Allah.
Setelah
ini kamu akan diberi kehendak kepada sesuatu lalu kehendak itu akan dilepaskan
dari kamu dan kamupu terhindar darinya. Kamu tidak akan diberi perkara-perkara
yang kamu kehendaki di dunia ini, dan di akhirat kelak kamu akan diberi
gantinya, kamu akan lebih didekatkan kepada Allah SWT dan segala sesuatu yang
kamu kehendaki itu akan menyejukkan matamu di surga.
Jika
kamu tidak meminta sesuatu, tidak berharap atau berangan-angan untuk
mendapatkannya di masa hidupmu di dunia ini - tempat sementara dan tempat ujian
– dan kamu hidup di dunia ini semata-mata hanya ingin mencapai keridhaan Tuhan
yang menjadikan langit dan bumi serta semesta alam, maka di dunia ini kamu akan
dikarunia apa-apa yang seimbang dengannya dan Allah akan menambahkan
karunia-Nya, sedangkan di akhirat nanti Dia akan menambahkan yang lebih banyak
lagi. Sesungguhnya di sisi Allah terdapat ganjaran yang besar dan kekal. Allah
memberikan karunia-Nya kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya menurut ketentuan
dan ketetapan-Nya.
AJARAN KEDUAPULUH
Nabi
Muhammad SAW bersabda, “Buanglah
apa saja yang menyebabkan pikiranmu ragu terhadap halal atau haramnya sesuatu
dan ambillah yang tidak menimbulkan keraguan kepadamu.”
Jika
hal-hal yang meragukan bercampur dengan hal-hal yang tidak meragukan, maka
ambillah yang tidak meragukan itu dan buanglah yang meragukan itu. Mengenai
perkara yang menimbulkan keraguan dan senantiasa mengacaukan pikiranmu tentang
halal atau haramnya perkara itu, Nabi SAW bersabda, “Berdosalah kamu, jika kamu menimbulkan kekacauan dalam
hatimu.” Dalam hal ini, hendaklah kamu menunggu
perintah batinmu. Jika kamu diperintahkan untuk melakukannya, maka lakukanlah
dan jika kamu dilarang untuk melakukannya, maka janganlah kamu melakukannya,
lupakanlah perkara itu dan kembalilah kepada Allah.
Jika
kamu merasa bosan dan jenuh untuk bersabar, ridha dan bertawakal dengan tulus ikhlas
kepada Allah dan di dalam keadaan ‘fana’, maka ketahuilah bahwa Allah Yang Maha
Agung dan Maha Perkasa tidak butuh supaya Dia diingat, dan Dia tidak lupa
kepada kamu dan mahluk-mahluk yang lain. Dia Maha Kaya dan Dia juga yang
memberi makan dan rizki kepada orang-orang kafir, munafik dan orang-orang yang
tidak patuh kepada-Nya. Tidak mungkin Allah itu lupa, wahai orang-orang yang
beriman, yang percaya kepada keesaan-Nya, yang patuh kepada perintah-Nya dan
yang berpegang teguh kepada-Nya siang dan malam.
Sekali
lagi Nabi Muhammad SAW bersabda, “Buanglah
apa saja yang meragukan pikiranmu dan ambillah yang tidak meragukannya.” Ini juga berarti kamu tidak boleh berkeinginan untuk
mengambil apa-apa yang ada pada tangan orang lain, tidak boleh berangan-angan
supaya orang lain memberimu sesuatu dan tidak boleh takut atau khawatir kepada
mereka. Bertawakallah kepada Allah, harapkanlah pertolongan dari-Nya dan
terimalah pemberian-Nya yang mungkin juga datang melalui mahluk-Nya. Inilah
yang tidak menimbulkan keraguan dalam pikiranmu.
Jadikanlah
satu saja sebagai tempatmu meminta, satu pemberi saja dan satu tujuan saja,
yaitu Allah. Karena Dia-lah Tuhan Yang Maha Kaya dan Maha Agung. Dia-lah yang
menguasai segala Raja dan mengontrol seluruh hati manusia yang diibaratkan
sebagai raja bagi badan, lantaran hati itu mengontrol badan. Badan dan harta
benda yang dimiliki oleh manusia itu, sebenarnya adalah kepunyaan Allah jua.
Manusia adalah wakil Allah atau pemegang amanat-Nya. Apabila manusia memberimu
sesuatu, maka sesungguhnya gerak tangan mereka itu adalah dengan ijin dan
perintah Allah, dan sebenarnya adalah gerak Allah juga. Begitu juga, jika
sesuatu itu ditahan untuk tidak sampai kepadamu. Pendek kata, Dia-lah yang
memberi dan Dia jualah yang menahan pemberian itu.
Allah
Yang Maha Tinggi berfirman, “Mintalah
kepada Allah karunia-Nya.” Dia juga
berfirman, “Sesungguhnya apa saja yang kamu
sembah selain Allah tidak langsung dapat mengontrol rizki kamu. Oleh karena
itu, mintalah rizki kepada Allah, sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya.” Dia juga berfirman, “Apabila
hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka katakanlah bahwa Aku sangat
dekat. Aku akan mengabulkan permintaan orang-orang yang meminta, apabila mereka
meminta kepada-Ku.” Firman-Nya pula, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku akan mengabulkan
doamu itu.” Firman-Nya lagi, “Sesungguhnya Allah itulah yang memberi rizki, Tuhan
Yang Maha Gagah lagi Maha Perkasa.”
Selanjutnya Tuhan berfirman, “Sesungguhnya
Allah memberi rizki kepada siapa yang dikehendaki-Nya dengan tiada terhingga.”
AJARAN KEDUAPULUH SATU
Di
dalam mimpiku aku melihat setan dan seakan-akan aku berada di tengah-tengah
kumpulan orang banyak. Kemudian aku bersiap-siap hendak membunuh setan, namun
setan itupun berkata, “Mengapa kamu hendak membunuhku, apakah dosaku ? Jika
Tuhan telah menakdirkan kejahatan itu terjadi, maka aku tidak berkuasa untuk
merubahnya dan menjadikannya kebaikan. Demikian sebaliknya, jika Tuhan telah
menakdirkan sesuatu kebaikan itu terjadi, maka akupun tidak berkuasa untuk
merubahnya menjadi kejahatan. Maka apakah yang berada dalam kekuasaanku ?”
Kemudian, kudapati setan itu berupa seperti orang kasim (eunuch), suaranya
lembut, rambutnya terurai sampai ke dagunya dan mukanya sangat pucat,
seakan-akan ia tersenyum kepadaku, penuh rasa malu dan takut. Itu terjadi pada
malam Ahad, 12 Dzul Hijjah 401 H.
AJARAN KEDUAPULUH DUA
Biasanya
Allah SWT menguji hamba-hamba-Nya yang beriman sesuai dengan derajat keimanan
mereka. Sekiranya keimanan seseorang itu kuat, maka ujian keimanannya itupun
kuat pula. Oleh karena itu, ujian kepada Rasul lebih hebat daripada ujian
kepada Nabi, ujian kepada Nabi lebih hebat daripada ujian kepada Abdal dan
ujian kepada Abdal lebih hebat daripada ujian kepada Wali. Setiap orang diuji
menurut tinggi atau rendahnya keimanannya. Nabi pernah bersabda, “Sesungguhnya ujian bagi kami, para Nabi, lebih hebat
daripada ujian bagi orang-orang lain.”
Allah
akan terus memberikan ujian ini kepada mereka sesuai dengan tingkatan mereka,
agar mereka senantiasa berada di samping Tuhan dan tidak pernah lalai. Allah
mengasihi mereka dan Allah tidak mau orang yang dikasihi-Nya itu jauh dari-Nya.
Oleh
karena itu, ujian diibaratkan sebagai pengikat hati dan penjara mereka serta
menjauhkan mereka dari kecenderungan kepada apa saja yang bukan tujuan hidup
mereka dan menjauhkan mereka dari perasaan senang dan condong kepada apa saja
selain Allah Yang Maha Pencipta. Apabila ini telah menjadi keadaan mereka yang
abadi, maka hancurlah diri dan hawa nafsu amarah dan kebinatangan mereka.
Dapatlah mereka membedakan antara yang haq (benar) dengan yang bathil (palsu).
Segala tanda-tanda keserakahan dan kehendak mereka terhadap kemewahan dan
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat hilang lenyap dari sisi mereka dan
mereka merasa tenteram berada di sisi Tuhan, ridha dengan Allah, sabar terhadap
ujian, selamat dari kejahatan mahluk-Nya dan mereka mendapat kepuasan di sisi
Allah SWT.
Dengan
demikian, kekuasaan hati akan bertambah hebat dan dapat mengontrol
anggota-anggota badan. Ujian dan bencana itu menguatkan hati dan meneguhkan
iman dan kesabaran serta melemahkan nafsu-nafsu kebinatangan yang berada dalam
diri. Karena, apabila kesusahan datang menimpa si mu’min dan ia menunjukkan
kesabaran dan keridhaannya serta berserah bulat kepada Allah, Allah ridha dan
menolong mereka serta memberi kekuatan kepada mereka. Allah SWT berfirman, “Jika kamu bersyukur, sesungguhnya aku akan menambah
lagi karunia itu.”
Apabila
diri manusia itu menggerakkan hatinya untuk mecari sasaran pemuasan hawa nafsu
dan berfoya-foya, dan hati itupun menurutinya saja tanpa perintah dan ijin
Allah, maka akibatnya adalah lupa kepada Allah, menyekutukan-Nya dan berbuat
dosa, lalu Allah akan menimpakan bencana, kesusahan dan derita kepada mereka
yang lupa itu dan pikiran serta hati mereka akan sakit.
Jika
hati mereka tidak mengindahkan panggilan pemuasan tersebut sampai Allah
mengijinkannya melalui ilham (bagi Wali) dan wahyu (bagi Nabi dan Rasul), lalu
tindakan diambil atas dasar ilham dan wahyu tersebut, baik berupa pemberian karunia
maupun bukan, maka Allah akan memberikan ganjaran kepada hati itu berupa
rahmat, ampunan, kesentosaan, keridhaan, cahaya dan ilmu, kedekatan kepada
Allah, terlepas dari segala kebutuhan dan selamat dari bahaya dan bencana. Oleh
karena itu, ketahuilah dan ingatlah selalu serta selamatkan dirimu dari ujian
dengan sungguh-sungguh dan waspada, tanpa tergesa-gesa menuruti panggilan
pikiran dan kehendaknya, tetapi hendaklah kamu menunggu dengan sabar ijin
Allah, agar kamu selamat di dunia dan di akhirat kelak.
AJARAN KEDUAPULUH TIGA
Puaskanlah
hatimu dengan apa yang ada pada kamu, sampai datang takdir Allah untuk
meninggikan derajatmu, di mana kamu diselamatkan dari kesusahan hidup di dunia
dan di akhirat dan dari dosa serta noda. Kamu akan dinaikkan ke derajat yang
lebih tinggi, sehingga kamu puas dan bahagia. Apa yang telah ditetapkan untuk
kamu, pasti akan kamu dapatkan dan apa yang tidak ditetapkan untuk kamu, tidak
akan kamu dapatkan. Karenanya, senantiasalah kamu bersabar dan ridha dengan
keadaan yang telah ada pada kamu. Janganlah kamu berpura-pura pintar dan
menuruti kehendakmu sendiri, melainkan tunggulah sampai kamu mendapatkan
perintah.
Janganlah
kamu bertindak sendiri dan jangan pula kamu berdiam diri, karena hal ini akan
merendahkan kedudukanmu dan menganiaya dirimu sendiri. Tuhan tidak akan lupa
kepada orang yang berbuat aniaya (zhalim). Firman Allah, “Dan demikianlah Kami jadikan sebagian orang-orang yang
zhalim itu menjadi teman sebagian yang lain, disebabkan apa yang mereka
usahakan.”
Ketahuilah
bahwa kamu berada dalam istana Raja Yang Maha Berkuasa dan Maha Agung, yang
tentara-Nya banyak tiada terhingga, yang perintah-Nya tidak boleh dibantah,
yang kerajaan-Nya tidak boleh diganggu gugat, yang kekal dan abadi selamanya,
yang ilmu-Nya meliputi segala sesuatu, bahkan dapat melihat apa yang terdetik
dalam hati sanubari. Kamu akan berbuat zhalim terhadap dirimu sendiri, jika
kamu digerakkan oleh hawa nafsu kebinatangan, berbuat sesuka hatimu sendiri dan
berbuat sesuatu yang menyekutukan Allah. Firman Allah, “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa
mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa selain syirik itu
bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa mempersekutukan (sesuatu)
dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sangat jauh.” (QS 4:116)
Jauhkanlah
dirimu dari syirik dan janganlah kamu mendekatinya. Segala gerak dan diammu
pada siang dan malam hari, baik kamu seorang diri maupun kamu berada di tempat
yang ramai, hendaklah dibebaskan dari syirik itu. Berhati-hatilah terhadap dosa
yang berbentuk bagaimanapun juga di dalam hati dan anggota badanmu. Jauhkanlah
dosa batin dan dosa lahir. Janganlah kamu lari dari Tuhan, karena kamu tidak
akan dapat melarikan dirimu dari-Nya. Janganlah kamu melawan-Nya, karena kamu
akan dibinasakan oleh-Nya. Janganlah kamu menentang perintah-Nya, karena jika
kamu berbuat demikian, kamu akan dihinakan-Nya. Janganlah kamu melupakan-Nya,
karena kamu akan dilupakan-Nya pula dan dilemparkan ke dalam kesusahan.
Janganlah kamu mencoba memindahkan rumah-Nya, karena jika kamu berbuat
demikian, kamu akan dibinasakan oleh-nya. Janganlah kamu berbicara tentang
agama-Nya menurut hawa nafsumu semata, karena jika kamu berbuat demikian, kamu
akan dihancurkan-Nya, hatimu akan digelapkan-Nya, imanmu akan dicabut-Nya, dan
ilmu kerohanianmu akan dihilangkan-Nya. Kemudian, kamu akan dikuasakan kepada
setan: nafsu kebinatanganmu, keluargamu, tetanggamu, sahabatmu, jin, binatang
dan seluruh mahluk akan menguasai dan mempengaruhi kamu. Dengan demikian, kamu
akan hidup di dunia ini berada dalam kegelapan dan adzab neraka akan kamu
terima di akhirat kelak.
AJARAN KEDUAPULUH EMPAT
Janganlah
kamu ingkar kepada Allah. Berpegang teguhlah kepada-Nya. Kembalilah kepada-Nya
dengan penuh kekhusyuan dan dengan merendahkan diri. Bertawakallah kepada-Nya
dengan sepenuh penyerahan. Janganlah kamu menuruti hawa nafsu kebinatanganmu.
Janganlah kamu hanya mencari kepentingan di dunia atau di akhirat saja atau
mencari kedudukan yang lebih tinggi atau lebih mulia. Ketahuilah bahwa kamu itu
adalah hamba-Nya. Sedangkan hamba dan segala yang dimilikinya adalah kepunyaan
tuannya. Si hamba tidak mempunyai apa-apa. Tuannyalah yang memiliki segalanya.
Hendaklah kamu bersopan santun dan jangan pula menyalahkan tuan kamu itu.
Segalanya telah ditentukan olehnya. Apa yang telah didahulukan olehnya tidak
dapat dikemudiankan dan apa yang dikemudiankan tidak dapat didahulukan. Dia
telah memberi kamu tempat kediaman yang kekal di akhirat. Dialah Tuan kamu. Dia
memberimu karunia yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar
oleh telinga dan tidak pernah dirasa oleh hati. Firman Tuhan, “Seorangpun tidak mengetahui apa yang disembunyikan
untuk mereka, yaitu (bermacam-macam ni’mat) yang menyedapkan pandangan mata
sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (QS 32:17).
Ini
adalah ganjaran bagi mereka dari perbuatan mereka di dunia ini, seperti
mematuhi hukum-hukum Allah, bersabar diri untuk tidak melakukan dosa dan
maksiat serta bertawakal penuh kepada Allah dan ridha dengan-Nya.
Jika
Allah memberikan perkara-perkara keduniaan kepada mereka dan menjadikannya
sebagai tuannya, maka hal itu karena kedudukan iman mereka itu seperti tanah
tandus yang berpasir, tidak dapat menampung air dan tidak dapat menghidupkan
tumbuh-tumbuhan. Kemudian ia membubuhi pupuk supaya akar tanaman itu tumbuh.
Inilah gambaran dunia dan perhiasannya, mudah-mudahan dapat menumbuhkan
keimanan dan amal saleh mereka. Jika pupuk-pupuk ini tidak dibubuhkan, maka
akan matilah tumbuh-tumbuhan itu dan negeripun akan kosong dari manusia. Tapi
Allah Yang Maha Suci dan Maha Tinggi menghendaki negeri itu bermanusia lagi dan
subur dengan tumbuh-tumbuhan.
Oleh
karena itu, pangkal iman yang ada pada orang kaya itu lemah dan tidak subur.
Ketahuilah bahwa sesungguhnya iman itu lebih berharga dari segala kekayaan
dunia. Semoga Allah senantiasa mengasihi kita dan mengarahkan kita ke jalan
yang lurus dan benar. Orang yang kaya harta tetapi miskin iman akan bisa
menjadi munafik atau kafir, jika kekayaan harta bendanya itu dicabut darinya.
Jika Allah tidak memberikan kesabaran, keimanan yang kokoh dan cahaya ilmu yang
hakiki kepada orang kaya itu, maka akan binasalah ia. Orang kaya yang penuh
iman tidak akan pernah takut atau khawatir jika kekayaan harta bendanya dan
keduniaannya itu hilang darinya, asalkan bukan kekayaannya itu yang hilang.
AJARAN KEDUAPULUH LIMA
Wahai
orang-orang yang miskin harta benda, mereka yang dijauhkan dari dunia dan wahai
orang-orang yang tidak terkenal, yang lapar dan dahaga, yang tidak berpakaian,
yang remuk hatinya, yang berkelana dari satu mesjid ke mesjid lainnya dan
tempat-tempat sunyi, yang dibenci oleh orang-orang lain dan yang jauh dari
cita-citanya, janganlah kamu menyangka bahwa Allah telah menjadikan kamu miskin
papa, mencabut dunia dari kamu, memurkai kamu, memusuhi kamu dan menghinakan
kamu, padahal saudara-saudara kamu dilebihkan oleh Allah dengan kesenangan dan
kekayaan dunia ini. Janganlah kamu mengira bahwa Tuhan itu menganiaya kamu.
Sebab, kamu, keluargamu dan sudara-saudaramu adalah orang-orang Islam dan
beriman juga serta keturunanmu dan keturunannya adalah keturunan Adam dan Hawa
pula.
Allah
menjadikan kamu seperti itu, karena kamu adalah orang yang suci dan rahmat
Allah yang berupa kesabaran, tawakal, keridhaan, keimanan dan ilmu senantiasa
meliputimu dengan tiada henti-hentinya. Cahaya Iman dan Tauhid akan menyelimuti
hati kamu. Sehingga timbullah pokok-pokok keimanan di dalam dirimu dengan
suburnya dan penuh dengan buah-buah yang ranum serta lezat dengan cita rasanya.
Pokok keimanan itu semakin bertambah besar dan tinggi serta daunnya rindang
tanpa diberi pupuk lagi. Apa yang telah ditentukan untuk kamu, pasti akan kamu
terima, baik kamu sukai maupun tidak. Oleh karena itu, janganlah kamu tamak dan
terburu nafsu dan jangan pula kamu merasa sedih lantaran kamu tidak mendapati
apa yang telah didapati oleh orang lain.
Apa
yang tidak kamu miliki itu mempunyai dua kemungkinan; pertama, ia adalah milik
kamu, maupun kedua, ia adalah milik orang lain. Apa yang telah ditetapkan untuk
kamu, pasti akan datang kepada kamu dan kamu akan dibawa untuk mendapatkannya
dengan segera. Dan apa yang bukan milikmu, akan dijauhkan dari kamu, kamu akan
dijauhkan darinya dan kamu pasti tidak akan mendapatinya. Oleh karena itu,
berpuas hatilah kamu dengan apa yang ada pada kamu, patuhlah kepada Allah dan
janganlah kamu melihat selain Allah.
Firman
Allah, “Dan janganlah kamu tujukan kedua
matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada sebagian dari mereka sebagai
bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Tuhan kamu
adalah lebih baik dan lebih kekal.”
Oleh
karena itu, Allah tidak menyukai kamu menjadi tamak dan menginginkan kepunyaan
orang lain. Tapi, hendaknya kamu berpuas hati dan rela dengan apa yang telah
ada pada kamu, dan hendaklah kamu berserah diri kepada Allah. Apa yang tidak
kamu punyai itu adalah ujian bagi orang lain yang mempunyai. Apa yang kamu
punyai itu adalah lebih baik dan lebih bersih daripada apa yang tidak kamu
punyai. Jadikanlah ini sebagai jalan hidupmu dan perilakumu, agar kamu selamat
dan diberi kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Firman
Allah, “Tidak ada seorangpun yang
mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu (bermacam-macam ni’mat)
yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka
kerjakan.”
Oleh
karena itu, tidak usah kamu melebihi lima cara penyembahan dan mengelakkan
segala dosa yang disebutkan itu serta tidak ada yang lebih besar, lebih mulia,
lebih disukai dan lebih diridhai oleh Allah daripada apa yang telah kami sebutkan
itu. Semoga Allah memberikan daya dan upaya kepada kita semua untuk melakukan
apa yang disukai dan diridhai-Nya dengan karunia-Nya juga.
AJARAN KEDUAPULUH ENAM
Hijab
atau tabir yang menghalangi kamu itu tidak akan terbuka, sekiranya kamu tidak
keluar dari mahluk dan membebaskan hati dari mahluk dalam semua keadaan dan
kedudukan hidup. Hijab itu juga tidak akan terbuka, sekiranya hawa nafsu kamu
tidak hancur lebur, begitu juga tujuan dan kerinduan kamu kepada mahluk serta
kepada dunia dan akhirat. Hendaklah kamu menjadi seperti bak yang bocor yang
tidak berisikan air. Hendaklah kamu mengosongkan hatimu dari apa saja selain
Allah dan hendaklah hanya kamu penuhi dengan Allah semata-mata. Sehingga kamu
akan menjadi penjaga pintu hatimu dan kamu akan diberi pedang Tauhid, kekuatan
dan kekuasaan. Apa saja selain Allah yang hendak merasuk ke dalam hatimu,
hendaknya kamu penggal dengan pedang Tauhid, agar tidak ada lagi diri kamu,
nafsu kamu dan kerinduan kamu kepada dunia dan akhirat. Hendaklah Allah saja
yang bersemayam di dalam hatimu itu. Jadilah kamu hamba Allah yang sejati dan
janganlah kamu menjadi hamba manusia, atau hamba pendapat mereka, atau hamba
perintah mereka dan atau hamba apa saja selain Allah.
Apabila
semua ini telah melekat di dalam dirimu dalam hidup ini, maka tabir kehormatan
akan digantungkan di sekeliling hatimu, parit kemuliaan akan digali di
sekelilingnya, kawasan keagungan akan mengelilinginya dan hatimu akan dikawal
oleh tentara haq dan tauhid, di samping itu, pengawal-pengawal yang haq akan
ditempatkan di dekatnya. Dengan demikian, setan, hawa nafsu kebinatangan,
pengaruh manusia yang meruntuhkan, angan-angan kosong dan apa saja yang
merusakmu tidak akan dapat menawan dan menerobos masuk ke dalam hatimu yang
terkawal rapat itu.
Jika
telah ditakdirkan manusia datang dengan tiada henti-hentinya kepada kamu,
karena mereka hendak mengunjungi kamu yang telah diberi kemuliaan oleh Allah,
agar mereka juga diberi cahaya, tanda-tanda yang terang dan ilmu yang mendalam
dan agar mereka melihat kekeramatan dan perkara luar biasa dari kamu yang semua
itu dapat menunjang usaha mereka untuk mendekatkan diri dan patuh kepada Allah,
maka semua itu tidak akan dapat menggoncangkan dan mempengaruhimu untuk merasa
sombong dan bangga, ‘ujub dan riya’ serta menuruti nafsu yang merusakkan dan
lain sebagainya, tetapi kamu akan tetap bersama Allah dan merendahkan diri
kepada-Nya.
Sekiranya
kamu dikarunia Allah seorang istri yang cantik jelita, istrimu itupun tidak
akan mampu menggoncangkan iman kamu dan kamu akan diselamatkan dari
kejahatannya serta akan diselamatkan dari memikul bebannya atau
saudara-saudaranya. Istri adalah karunia Allah yang dilimpahkan kepadamu dan
Allah akan memelihara istrimu itu dari kerusakan akhlak, tidak dapat dipercaya,
berbuat kejahatan dan menyeleweng dari jalan yang lurus. Dia akan takluk kepada
kamu, Dia dan saudara-saudaranya akan membebaskan kamu dari beban nafkahnya dan
menjauhkan kamu dari segala kesusahan karenanya. Sekiranya dia melahirkan
anakmu, maka anak itu akan menjadi anak yang saleh, bersih dan menyenangkan
pandanganmu. Firman Allah, “Maka
Kami memperkenankan doanya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya, dan Kami
jadikan istrinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang
selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka
berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang
khusyu’ kepada Kami.” (QS 21:90)
Allah
SWT berfirman, “Dan orang-oran yang berkata, “Ya
Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami
sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang
bertakwa.” (QS 25:74)
Allah
juga berfirman, “…yang akan mewarisi aku dan
mewarisi sebagian keluarga Ya’qub; dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorang yang
diridhai.” (QS 19:6)
Semua
permintaan atau doa yang tersebut dalam ayat-ayat di atas akan kamu terima dan
berlaku bagi kamu, baik permintaan itu kamu tujukan kepada Allah maupun tidak.
Karena doa-doa itu khusus untuk orang-orang yang layak menerima karunia-Nya dan
dekat kepada-Nya.
Sekiranya
hal-hal keduniaan datang kepadamu, kamu tidak akan dapat dibahayakannya. Apa
yang telah ditentukan untukmu, dengan kehendak dan ketentuan Allah, akan kamu
rasakan dengan keadaan bersih. Tetapi hendaklah kamu patuh kepada-Nya, seperti
dengan melakukan shalat lima waktu dan berpuasa pada bulan Ramadhan. Kamu
diperintahkan untuk membagikan apa yang bukan bagian kamu yang terdapat dalam
rizkimu itu kepada sahabatmu, tetanggamu, orang-orang yangmeminta sedekah dan
orang-orang yang patut menerima zakat sesuai dengan keadaan. Keadaan yang
sebenarnya akan diberitahukan kepadamu, sehingga kamu dapat membedakan antara
orang-orang yang patut diberi dengan orang-orang yang tidak patut diberi.
Semuanya akan tampak terang olehmu, tidak ada keraguan dan tidak ada kesamaran
lagi padamu.
Oleh
karena itu, hendaklah kamu bersabar, ikhlas dalam bertawakal kepada Allah,
perhatikan apa yang ada sekarang, hilangkan syak wasangka, diam dan jangan
banyak bicara, berlomba-lombalah menuju ridha Illahi, bertawakallah kepada-nya,
bertawadhu’-lah dan khusyu’-lah kepada-Nya serta bersikap sederhana, sehingga
takdir datang kepadamu dan kamu dibawa maju ke depan dengan tangan kamu.
Kemudian,
segala sesuatu yang memberatkan kamu akan diringankan. Setelah itu, kamu akan
ditenggelamkan di dalam lautan ridha, rahmat dan kasih sayang Allah serta kamu
akan dihiasi dengan pakaian ‘nur’, rahasia ke-Tuhan-an yang maha tinggi dan
ilmu yang datang dari Allah. Kamu akan dibawa dekat kepada-Nya, berkata
dengan-Nya, diberi karunia oleh-Nya dan dibebaskan dari segala keperluan. Kamu
akan diberi keberanian, kemuliaan dan ketinggian serta firman ini akan
ditujukan kepada kamu : “Dan
raja berkata, “Bawalah Yusuf kepadaku, agar aku memilih dia sebagai orang yang
rapat kepadaku.” Maka tatkala raja telah bercakap-cakap dengan dia, dia
berkata, “Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan
tinggi lagi dipercayai pada sisi kami.” (QS
12:54)
Kemudian,
cobalah perhatikan keadaan Nabi Yusuf as ketika kata-kata tersebut di atas
ditujukan kepada beliau melalui lidah raja Mesir atau Fir’aun di negeri itu.
Pada lahirnya, memang raja itu yang berkata, tetapi sebenarnya adalah Tuhan
yang berkata itu. Allah berfirman melalui lidah ilmu. Nabi Yusuf diberi
kerajaan lahir, yaitu kerajaan Mesir dan juga kerajaan batin, yaitu kerajaan
ilmu, kerohanian, akal pikiran, kedekatan kepada Allah, kemuliaan dan
ketinggian di sisi Allah.
Allah
berfirman, “Dan demikianlah kami memberi
kedudukan kepada Yusuf di negeri Mesir; (dia berkuasa penuh) pergi menuju ke
mana saja ia kehendaki di bumi Mesir itu. Kami melimpahkan rahmat Kami kepada
siapa yang Kami kehendaki dan Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang
berbuat baik.” (QS 12:56)
Berkenaan
dengan kerajaan kerokhanian, Allah berfirman, “Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan
perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan
wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar
Kami memalingkan dari padanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu
termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih.” (QS
12:24)
Berkenaan
dengan kerajaan ilmu, Allah berfirman, “Yusuf
berkata, “Tidak disampaikan kepada kamu berdua makanan yang diberikan kepadamu,
melainkan aku telah dapat menerangkan jenis makanan itu, sebelum makanan itu
sampai kepadamu. Yang demikian itu adalah sebagian dari apa yang diajarkan
kepadaku oleh Tuhanku. Sesungguhnya aku telah meninggalkan agama orang-orang
yang tidak beriman kepada Allah, sedangkan mereka ingkar kepada hari kemudian.” (QS 12:37)
Apabila
kata-kata seperti tersebut di atas ditujukan kepada kamu sekalian, wahai
orang-orang yang beriman, maka kamu telah diberi ilmu yang agung dan diberkati
oleh Allah serta diberi kekuatan, kebaikan, kekuasaan, kewalian dan perintah
yang melibatkan kerohanian dan bukannya kerohanian lalu kamu diberi kekuasaan
untuk menjadikan segalanya dengan ijin Allah. Kemudian, di akhirat kelak kamu
akan diberi tempat yang kekal, kamu akan diberi kebahagiaan di surga dan kamu
akan melihat wajah Allah dan mendapatkan keridhaan-Nya. Inilah karunia yang
tiada terhingga.
AJARAN KEDUAPULUH TUJUH
Anggaplah
kebaikan dan kejahatan itu sebagai dua biji dari dua dahan yang berbeda, tetapi
berasal dari satu akar yang sama. Satu dahan mengeluarkan buah yang pahit,
sedangkan satu dahan lagi mengeluarkan buah buah yang manis. Oleh karena itu,
tinggalkanlah kampung dan pasar tempat buah-buahan itu dijajakan dan jauhkanlah
dirimu dari orang-orangnya. Pergila ke akar itu sendiri, jadilah penjaga akar
itu dan dapatkanlah pengetahuan tentang kedua dahan dan buah tersebut serta
tentang sekitarnya, kemudian tetaplah kamu tinggal berada dekat dahan yang
mengeluarkan buah-buahan yang manis. Makanlah buah yang manis itu dan
jadikanlah ia sumber kekuatanmu. Jauhkanlah dirimu dari dahan yang mengeluarkan
buah-buahan yang pahit, karena buah-buahan itu mungkin dapat meracuni kamu.
Jika kamu bersikap demikian, maka akan selamatlah kamu dari semua kejahatan,
karena kejahatan dan bencana itu datang dari buah-buahan yang pahit itu. Jika
kamu menjauhi akar itu dan berada di tempat-tempat yang jauh, lalu buah-buah
itu dibawa ke hadapanmu setelah dicampur adukkan antara buah-buah yang manis
dengan buah-buah yang pahit, sehingga kamu tidak lagi dapat membedakannya,
kemudian kamu terus memakannya, maka mungkin kamu akan mengambil buah yang
pahit dan terkena racun buah yang pahit itu.
Jika
pada mulanya kamu memakan buah yang manis lalu manisnya itu masuk meresap ke
dalam tubuhmu dan kamu mendapatkan manfaat darinya serta menjadi bahagia, maka
besar kemungkinan kamu tidak akan merasa puas dengannya dan bersar kemungkinan
pula kamu akan memakan buah yang pahit, sedangkan kamu tidak yakin bahwa buah
yang kamu makan itu adalah buah yang pahit, sehingga kamu akan mengalami apa
yang telah aku katakana, yakni keracunan.
Oleh
karena itu, tidaklah baik kamu menjauhkan diri dari akar dan tidak tahu tentang
buah-buah itu. Keselamatan akan kamu dapatkan, jika kamu berada dekat akar itu.
Kebaikan kejahatan adalah ketentuan Allah Yang Maha Kuasa. Firman Allah, “Mereka berkata, “Dirikanlah suatu bangunan untuk
(membakar) Ibrahim; lalu lemparkanlah dia ke dalam api yang menyala-nyala itu.” (QS 37:97)
Nabi
Muhammad SAW pernah bersabda, “Allah
telah menjadikan manusia yang menyebelih dan juga binatang yang disembelih.”
Perbuatan
hamba Allah itu adalah ciptaan Allah, begitu pula hasil atau akibat perbuatan
itu. Allah berfirman, “…(yaitu)
orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan
mengatakan (kepada mereka), “Salamun ‘alaikum, masuklah kamu ke dalam syurga
itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan”.”
(QS 16:32)
Segala
puja dan puji adalah bagi Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Allah
memberikan perbuatan itu kepada mereka. Dan Allah mengatakan bahwa masuknya
mereka ke dalam surga itu adalah karena perbuatan mereka, padahal sebenarnya
adalah karena pertolongan, idzin dan rahmat Allah juga.
Nabi
Muhammad SAW bersabda, “Tidak
ada orang yang masuk surga karena perbuatannya sendiri.” Beliau ditanya, “Apakah engkau juga tidak, wahai Nabi Allah
?” Beliau menjawab, “Ya, walaupun aku sendiri, kecuali
jika Allah melimpahkan rahmat-Nya kepadaku.”
Ketika beliau mengucapkan hal itu, beliau meletakkan tangannya di atas
kepalanya. Cerita ini disebutkan dalam satu hadits yang dibawa oleh Aisyah ra.
Oleh
karena itu, jika kamu dapat melaksanakan perintah Allah, dapat melakukan
kebaikan dan mampu manjauhkan dirimu dari hal-hal yang haram, maka hendaklah
kamu kembali dan berserah diri kepada Allah yang telah menjadikan kamu dapat
berbuat demikian. Dia akan melindungi kamu dari noda dan dosa serta menambahkan
kebaikan kepadamu. Dia akan memelihara kamu dari ternoda oleh dosa, baik
berkenaan dengan hal agama maupun dengan hal keduniaan. Berkenaan dengan hal
keduniaan, Allah berfirman, “Mengapa
di waktu kamu mendengar berita bohong itu orang-orang mu’minin dan mu’minat
tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri, dan (mengapa tidak) berkata,
“Ini adalah suatu berita bohong yang nyata.”
(QS 24:12)Berkenaan dengan hal keagamaan, Allah berfirman, “Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan
beriman ? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.” (QS 4:147)
Apa
yang dapat dilakukan oleh bencana dan malapetaka terhadap orang yang beriman
dan bersyukur, sedangkan dia lebih dekat kepada keselamatan daripada
malapetaka, bahkan dia dalam keadaan senang lantaran dia bersyukur ? Allah
berfirman, “Dan (ingatlah juga), tatkala
Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan
menambahkan (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengikari (ni’mat-Ku), maka
sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS
14:7)
Bahkan
iman kamu itu dapat memadamkan api neraka di akhirat kelak, api yang akan
membakar orang-orang yang berdosa. Dapatkah iman itu memadamkan api malapetaka
dalam hidup di dunia ini ? Dapat, ini telah dirasakan oleh orang-orang yang
beriman kuat dan oleh orang-orang yang telah mencapai derajat Wali dengan ijin
dan pilihan Allah sendiri. Setiap orang tidak akan lepas dari malapetaka yang
menimpanya, tetapi hal ini dapat diatasi dengan keimanan yang benar-benar.
Keimanan setiap orang akan diuji dengan malapetaka, bencana, kesusahan dan
penderitaan, tetapi semua itu hendaklah diatasi dengan keimanan yang kuat.
Orang yang lulus dalam ujian itu dapat membersihkan dirinya dan dalam dirinya
akan timbul semangat tauhid, hatinya akan dipenuhi dengan ilmu hakekat dan
rahasia-rahasia Allah yang ghaib lalu orang itupun akan bertambah dekat kepada
Tuhan semesta alam. Hati itu diibaratkan sebagai sebuah rumah dan rumah itu
tidak boleh dihuni oleh dua orang, tetapi rumah itu harus dihuni oleh Yang Satu
saja, yaitu Allah.
Allah
berfirman, “Sekali-kali Allah tidak
menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya; dan Dia tidak
menjadikan istri-istrimu yang kamu zhihar itu sebagai ibumu, dan Dia tidak
menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu (sendiri). Yang demikian
itu hanyalah perkataanmu di mulutmu saja. Dan Allah mengatakan yang sebenarnya
dan Dia menunjukkan jalan (yang benar).” (QS
33:4)
Allah
juga berfirman, “Dia berkata, “Sesungguhnya
raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasakannya dan
menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina, dan demikian pulalah yang akan
mereka perbuat.” (QS 27:34)
Mereka
menghinakan orang-orang yang mulia dan menyusahkan orang-orang yang senang.
Jika hatimu dikawal oleh setan dan oleh hawa nafsumu, maka hati itupun akan
mengawal anggota-anggota badan lalu melakukan hal-hal yang tidak senonoh. Jika
hati itu telah dibersihkan dari perkara-perkara tadi, maka iman akan subur dan
hati itupun akan diduduki oleh tauhid, iman dan ilmu Allah.
Semua
ini baru akan didapati setelah menempuh berbagai cobaan dan godaan.
Nabi
Muhammad pernah bersabda, “Kami,
para Nabi adalah golongan yang paling berat diuji, sedangkan yang lainnya
adalah sesuai dengan tarap mereka.”
Nabi
juga bersabda, “Aku lebih mengetahui Allah
daripada kamu dan aku lebih takut kepada Allah daripada kamu.”
Orang
yang dekat kepada raja harus selalu waspada dan bersopan santun. Apabila
derajat di sisinya dinaikkan, maka resikonyapun semakin besar, karena orang itu
harus berterimakasih kepadanya, mengabdikan dirinya kepadanya dan jika sedikit
saja dia menyeleweng dari perintahnya, maka berarti dia menentangnya.
Allah
berfirman, “Hai istri-istri Nabi, barangsiapa
di antara kamu mengerjakan perbuatan keji yang nyata, niscaya akan
dilipatgandakan siksaan kepada mereka dua kali lipat. Dan adalah demikian itu
mudah bagi Allah.” (QS 33:30)
Allah
berfirman demikian kepada mereka, karena karunia-Nya kepada mereka telah
disempurnakan dengan membawa mereka berada di sisi Nabi. Bagaimanakah kedudukan
seseorang yang dekat kepada Tuhan: Allah Maha Tinggi dan tidak ada sesuatupun
yang serupa dengan-Nya. Allah berfirman, “(Dia)
Pencipta langit dan bumi, Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri 38
berpasang-pasangan dan dari jenis binatang ternak
berpasang-pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu.
Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar
lagi Maha Melihat.” (QS 42:11)
AJARAN KEDUAPULUH DELAPAN
Kamu
menginginkan kesentosaan, kebahagiaan, keselamatan, kedamaian, keberkatan dan
kemerdekaan, sedangkan kamu masih saja berada dalam proses penghapusan
nafsu-nafsu kebinatanganmu, kamu masih berjuang dengan hawa nafsumu, masih juga
ingin kembali ke dunia atau ke akhirat dan masih ada sisa-sisa semua itu dalam
diri kamu. Berjuanglah lagi sampai kamu kuat. Jangan terburu-buru. Berjalanlah
dengan lambat, asalkan kamu selamat. Bersihkan diri kamu dari sisa-sisa semua itu.
Kamu belum masuk ke dalam ‘fana’, selagi kamu masih mempunyai
keinginan-keinginan kepada dunia atau mahluk-mahluk lain. Dengan lain
perkataan, kamu masih juga menginginkan selain Allah. Jika kamu telah dapat
melepaskan hati kamu dari apa saja selain Allah, maka barulah kamu terlepas
dari ikatan-ikatan yang menambat kamu untuk menuju kepada Allah. Apabila kamu
telah terlepas dari semua itu dan kamu sedang berada di hadapan Allah, maka
kamu akan dimuliakan dan firman Allah berikut ini akan ditujukan kepada kamu, “Dan raja berkata, “Bawalah Yusuf kepadaku, agar aku
memilih dia sebagai orang yang rapat kepadaku.” Maka tatkala raja telah
bercakap-cakap dengan dia, dia berkata, “Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini
menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi dipercayai pada sisi kami.” (QS 12:54)
Setelah
itu, barulah kamu akan diberi kebahagiaan, kesentosaan, kasih saying dan ridha
Illahi. Kamu akan didekatkan kepad-Nya dan segala rahasia Illahi tidak lagi
tertutup bagi kamu. Kamu akan dibebaskan dari seluruh keperluan apa saja dan
kamu berada di sisi Tuhan.
Tidakkah
kamu melihat mas, baik buatannya itu baik maupun buruk, dari berbagai bentuk
dan rupa, bertukar-tukar tangan pada pagi hari ataupun petang hari, dari dan ke
tangan penjual barang, penjual obat, penjual daging, tukang kulit, tukang kayu,
penjual minyak, tukang sapu dan orang-orang lainnya ? Mas-mas itu dipungut,
dikumpulkan dan diletakkan dalam alat pelebur oleh tukang-tukang mas, lalu
dilebur dengan menggunakan api. Setelah itu, mas-mas itu dikeluarkan dari
tempat pelebur itu, ditumbuk, dilembutkan dan diukir supaya menjadi alat
perhiasan yang indah. Mas itu dijadikan perhiasan dan disimpan di tempat-tempat
yang aman, rumah-rumah orang kaya, di dalam lemari, di dalam peti dan lain
sebagainya. Mas itu juga mungkin dijadikan perhiasan badan oleh kaum wanita.
Boleh jadi orang yang memakainya itu adalah seorang yang ternama atau
raja-raja. Begitulah mas itu diambil dari tempatnya semula sampai berada di
tempat-tempat yang baik seperti istana-istana dan lain sebagainya. Oleh karena
itu, wahai orang-orang yang beriman, jika kamu bersabar dan mengikuti takdir
Illahi serta dengan tulus ikhlas berserah diri kepada Allah dalam seluruh
keadaan, maka kamu akan didekatkan oleh Allah ke sisi-Nya dalam dunia fana ini
dan kamu akan dikaruniai ilmu-nya dan ilmu-ilmu serta rahasia-rahasia lainnya,
kemudian di akhirat kelak kamu akan ditempatkan di dalam surga yang aman damai
beserta para Rasul, para Nabi, orang-orang shiddiq, para syuhada dan
orang-orang saleh di dalam kedekatannya kepada-Nya dan di dalam rumahnya dengan
menikmati kasih saying-Nya.
Oleh
karena itu, bersabarlah dan janganlah terburu-buru. Ridhalah dengan takdir
Illahi dan janganlah muram, karena jika kamu berbuat demikian, kamu akan sulit
untuk mendapatkan ampunan-Nya, ilmu-Nya, kasih saying-Nya dan keridhaan-Nya
AJARAN KEDUAPULUH SEMBILAN
Nabi
Muhammad SAW pernah bersabda, “Kemiskinan
itu hampir dapat membawa kekufuran.”
Orang
yang benar-benar hamba Allah akan percaya kepada-Nya dan menyerahkan seluruh keadaan
dirinya kepada-Nya. Ia percaya kepada karunia-Nya, pemberian rizki-Nya dan
yakin bahwa apa saja yang telah ditetapkan oleh Allah baginya, pasti akan ia
dapati serta apa saja yang dijauhkan oleh Allah darinya, pasti tidak akan ia
dapati.
Firman
Allah, “Apabila mereka telah mendekati
akhir iddahnya, maka rujukilah mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka
dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu
dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah. Demikianlah diberi
pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. Barang
siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan
keluar. Dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan
barang siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya.
Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS 65:2-3)
Allah
berfirman demikian itu, ketika hamba-Nya berada dalam keadaan senang dan damai.
Kemudian Allah mengujinya dengan bencana dan kemiskinan, maka hamba itupun
bermohon dan menyerahkan dirinya kepada Allah, namun Allah tidak menghindarkan
bencana dan kemiskinan itu darinya. Ketika itu betullah apa yang disabdakan
oleh Nabi Muhammad SAW, “Kemiskinan
itu hampir dapat membawa kekufuran.”
Mereka
yang dilayani oleh Allah dengan lemah lembut, akan dihindarkan oleh Allah dari
bencana dan kemiskinan itu. Mereka diberi kesentosaan, keamanan dan kekuatan untuk
bersyukur kepada-Nya dan memuji-Nya. Mereka terus berada dalam keadaan seperti
itu sampai bertemu dengan Tuhan mereka. Apabila Allah hendak menguji mereka,
maka Allah mendatangkan malapetaka kepada mereka dan memutuskan
pertolongan-Nya. Kemudian, merekapun menunjukkan kekufurannya dengan
menyalahkan dan menuduh Allah tidak mengasihi dan menolong mereka. Maka matilah
mereka dalam kekufuran dan ingkar kepada tanda-tanda Allah serta marah
kepada-Nya. Kepada orang semacam inilah Nabi bersabda, yang maksudnya kurang
lebih adalah, “Sesungguhnya orang yang paling berat hukumannya di hari
berbangkit adalah orang yang diberi kemiskinan di dunia ini dan hukuman di
akhirat kelak. Kami berlindung kepada Allah dari yang demikian itu.”
Kemiskinan
yang dimaksud dalam sabda beliau itu adalah kemiskinan yang menyebabkan
seseorang lupa kepada Allah. Dari kelupaan semacam inilah beliau memohon untuk
dilindungi. Kepada beliau Allah melimpahkan kesabaran, tawakal, ridha dan fana
dalam perbuatan Allah. Beliau adalah manusia pilihan, Rasul-Nya, pemimpin
seluruh Nabi, raja seluruh Wali, yang dipertuan-agungkan oleh seluruh hamba
Allah, seorang alim dan seorang yang besar di sisi Tuhan, yang dapat memberikan
syafa’at dan bimbingan kepada seseorang untuk sampai ke hadirat Tuhan serta
sekalian alam. Allah memelihara beliau dengan kasih sayang-Nya, baik pada waktu
siang maupun malam hari, baik di kala beliau sendirian maupun di kala beliau
berada di tengah-tengah khalayak ramai dan baik secara terang-terangan maupun
secara sembunyi, sampai beliau kembali menemui Tuhannya.
AJARAN KETIGAPULUH
Mungkin
kamu bertanya-tanya, “Apa yang harus aku lakukan dan cara apa yang harus aku
pergunakan untuk mencapai tujuanku ?” Untuk ini, kamu diperintahkan untuk
menetap di tempatmu dan jangan melanggar batasmu sampai diberi jalan oleh Allah
yang memerintahkan kepadamu untuk menetap di tempat manapun kamu berada.
Allah
berfirman, “Hai orang-orang yang beriman,
bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu, tetaplah bersiap-siap di
perbatasan negerimu dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.” (QS 3:200)
Wahai
orang-orang yang beriman, Allah menyuruhmu supaya bersabar, berlomba-lomba
dalam kesabaran, berpegang teguh kepada kesabaran itu dan senantiasa
berhati-hati. Semua ini dijadikan sebagai bagian dari diri kamu. Selanjutnya,
kamu diperintahkan supaya ta’at kepada Allah, jika kamu kehilangan kesabaran.
Oleh karena itu, janganlah kamu menghilangkan kesabaranmu. Ketahuilah bahwa
kebaikan dan keselamatan itu terletak pada kesabaran. Nabi Muhammad SAW telah
bersabda, “Perumpamaan sabar dengan iman itu bagaikan kepala dengan badannya.”
Dinyatakan
bahwa segala sesuatu itu akan ada balasannya sesuai dengan ukurannya
masing-masing. Tetapi, balasan kesabaran itu tidak ada batasnya. Allah
berfirman, “Katakanlah, “Hai hamba-hamba-Ku
yang beriman, bertakwalah kepada Tuhanmu.” Orang-orang yang berbuat baik di
dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya
hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS 39:10)
Oleh
karena itu, apabila kamu ta’at kepada Allah, bersabar dan selalu menjaga
batas-batas yang telah ditentukan oleh Allah maka Allah akan memberi kamu
pahala. Allah berfirman, “Apabila
mereka telah mendekati akhir iddahnya, maka rujukilah mereka dengan baik atau
lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang
adil di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah.
Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari
akhirat. Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan
baginya jalan keluar. Dan memberinya rizki dari arah yang tiada
disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya
Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan
(yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi
tiap-tiap sesuatu.” (QS 65:2-3)
Tetaplah
kamu bersabar bersama orang-orang yang menyerahkan dirinya kepada Allah,
sehingga jalan keluar datang kepadamu, karena Allah telah menjanjikan kecukupan
kepadamu, sebagaimana firman-Nya di atas, “Dan
barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)-nya.”
Tetaplah
kamu bersabar bertawakal kepada Allah bersama orang-orang yang berbuat baik
kepada orang lain. Allah menjanjikan pahala untuk ini, seperti firman-Nya, “Ketika mereka duduk di sekitarnya.” (QS 85:6) dan Allah mengasihimu karena kebaikan ini,
sebagaimana firman-Nya, “Dan
bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya
seluas langit dan bumi, yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS 3:133)
Karenanya,
maka kesabaran adalah sumber segala kebaikan dan keselamatan, baik di dunia ini
maupun di akhirat kelak. Dan melalui kesabaran ini, si Mu’min meningkat naik ke
tarap keadaan berserah diri dengan tulus ikhlas kepada Allah, menyesuaikan
dirinya dengan perbuatan Allah, dan kemudian ia mencapai keadaan tenggelam atau
fana’ di dalam perbuatan Allah, dan ini adalah keadaan Badaliyyat atau Ghaibiyyat. Maka,
hendaklah kamu bersungguh-sungguh untuk mencapai peringkat atau keadaan ini,
supaya kamu tidak menjadi hina di dunia ini dan di akhirat kelak, dan supaya
kamu tidak kehilangan kebaikan serta kenikmatan ini
AJARAN KETIGAPULUH SATU
Jika
terdapat di dalam hatimu suatu perasaan benci atau sayang kepada seseorang,
maka telitilah perbuatannya itu berdasarkan Al Qur’an dan hadits. Jika benci
kamu itu sesuai dengan Al Qur’an dan hadits, maka bergembiralah kamu, karena
kamu bertindak sesuai dengan Allah dan Rasul-Nya. Tetapi, jika benci kamu itu
tidak sesuai dengan Al Qur’an dan hadits, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya
kamu telah mengikuti hawa nafsu kamu. Jika kamu membenci orang itu karena
terpengaruh oleh hawa nafsu kamu, maka berarti kamu tidak berlaku adil dan kamu
telah menentang Allah dan Rasul-Nya. Oleh karena itu, kembalilah kamu kepada
Allah, bertobatlah karena kebencian kamu itu dan bermohonlah kepada-Nya supaya
kamu mengasihi orang itu dan orang-orang lain, yang terdiri atas orang-orang
yang beriman, wali-wali-Nya, orang-orang pilihan-Nya dan orang-orang saleh dari
hamba-hamba-Nya serta hendaklah kamu menyesuaikan dirimu dengan Allah di dalam
mengasihi orang itu.
Bersikaplah
kamu terhadap seseorang, seperti kamu bersikap terhadap orang yang kamu kasihi.
Pendek kata, hendaklah kamu meneliti perbuatan orang itu berdasarkan Al Qur’an
dan hadits. Sekiranya Al Qur’an dan hadits membenarkan dan menyukai perbuatan
orang itu, maka kamupun harus membenarkan dan menyukainya. Tetapi, jika keduanya
membencinya, maka kamupun hendaklah membencinya. Jelasnya, kamu harus
menyayangi dan membenci sesuai dengan Al Qur’an dan hadits. Sesuaikanlah
perasaan dan perbuatanmu dengan Al Qur’an dan hadits. Jika kamu mengasihi
seseorang, sedangkan Al Qur’an dan hadits membencinya, maka janganlah kamu
mengasihinya, supaya kamu tidak menuruti hawa nafsumu. Kamu diperintahkan untuk
melawan hawa nafsumu, sebagaimana firman Allah, “Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah
(penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia
dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan
kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah
akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.” (QS 38:26)
AJARAN KETIGAPULUH DUA
Mungkin
kamu berkata, “Siapa saja yang aku kasihi, maka kasihku padanya itu tidak akan
kekal. Kami selalu saja berpisah, baik karena berjauhan, mati, bermusuhan atau
kehilangan harta.” Oleh karena itu, kamu diberi tahu, dan sadarkah kamu, wahai
orang-orang yang percaya kepada Allah bahwa kamu diberi karunia, dipelihara dan
dijaga dengan sebaik-baiknya ? Tidakkah kamu mengetahui bahwa Allah itu cemburu
? Dia menciptakan kamu hanya untuk Dia saja. Mengapa kamu menghendaki yang lain
selain Dia ? Tidakkah kamu mendengar firman-Nya ini, “Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara
kamu murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang
Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut
terhadap orang Mu’min, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang
berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka
mencela. Itulah karunia Allah yang diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya,
dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS 5:54) Dan tidakkah kamu mendengar pula firman-Nya ini, “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan
supaya mereka menyembah Aku.” (QS 51:56) Dan
apakah kamu belum pernah mendengar sabda Nabi Muhammad SAW, “Apabila Allah mengasihi hamba-hamba-Nya, maka
diberilah hamba itu ujian. Jika hamba itu bersabar, maka hamba itu akan
dijaga-Nya.” Beliau ditanya, “Wahai Nabi Allah, apakah yang dijaga-Nya itu ?” Beliau menjawab, “Dia
tidak akan meninggalkan anak dan harta kepada hamba itu.”
Ini
disebabkan, jika si hamba itu mempunyai anak dan harta, maka cintanya itu akan
terbagi-bagi. Cinta yang seharusnya diserahkan bulat-bulat kepada Allah, telah
ia bagikan kepada anak dan hartanya. Allah tidak mau untuk disekutukan. Dia
cemburu. Dia menguasai segalanya. Karenanya, Dia menghancurkan segala apa yang
menjadi sekutu bagi-Nya, agar Dia dapat menguasai sepenuh hati hamba untuk Dia
saja dan tidak ada yang lain selain Dia di hatinya. Setelah itu, barulah Allah
akan membuktikan firman-Nya, “Dia
akan mencintai mereka dan mereka akan mencintai-Nya.”
Sehinga
hati si hamba itu benar-benar bebas dan bersih dari sekutu-sekutu Allah seperti
anak, istri, harta-benda, pangkat, kekuasaan, kemuliaan, keadaan atau peringkat
kerohanian, makan, kedudukan, dunia, surga, kedekatan kepada Tuhan dan bahkan
apa saja selain Dia tidak ada lagi di dalam hatinya. Tidak ada nafsu dan tidak
pula ada cita-cita. Kosongkanlah hati itu sampai seperti tong yang penuh dengan
lubang, sehingga tidak lagi dapat menampung air. Leburlah hati itu dengan
perbuatan Allah. Apabila selalu ada suatu tujuan yang tumbuh di dalam hatimu,
maka hati akan dihancurkan oleh perbuatan Allah, karena Dia cemburu. Kemudian,
si hamba itu akan dipenuhi dengan kemuliaan, kekuatan, keagungan, dan
kesempurnaan Illahi.
Dengan
demikian, maka tidak ada sesuatupun yang dapat menembus hati semacam itu. Harta
benda, anak dan istri, teman dan handai tolan, mu’jizat dan keramat serta
kekuasaan dan pengetahuan tentang masa depan tidak akan dapat mempengaruhi dan
merusak hati itu. Semua itu akan tinggal di luar hati dan tidak akan masuk ke
dalamnya. Semua ini adalah tanda-tanda kemuliaan, kehormatan, kasih sayang dan
rizki yang diberikan Allah kepada hamba-hamba yang benar-benar mau menuju
kepada-Nya. Hamba-hamba seperti ini senantiasa akan diberi perlindungan,
pertolongan dan keridhaan dari dunia hingga akhirat.
AJARAN KETIGAPULUH TIGA
Ada
empat macam manusia. Pertama, mereka yang tidak mempunyai lidah dan hati. Mereka
ini adalah rang-orang bertarap bebas, berotak tumpul dan berjiwa kerdil, yang
tidak mau mengingat Allah dan tidak memiliki kebaikan. Mereka ini bagaikan
molekul yang ringan kecuali bila mereka itu dikaruniai kasih sayang-Nya, hati
mereka dibimbing supaya beriman dan anggota-anggota tubuh mereka digerakkan
supaya patuh kepada Allah. Berhati-hatilah, agar jangan sampai kamu termasuk ke
dalam golongan mereka. Janganlah kamu melayani mereka dan jangan pula kamu
bergaul dengan mereka. Merekalah orang-orang yang dimurkai oleh Allah dan
penghuni neraka. Kita memohon kepada Allah supaya melindungi kita dari pengaruh
mereka. Sebaliknya, hendaklah kamu berupaya menjadikan diri kamu sebagai orang
yang dilengkapi dengan ilmu ke-Tuhan-an, guru yang mengajarkan kebaikan,
pembimbing manusia dalam agama Allah dan pemimpin serta pengajak manusia kepada
jalan Allah. Berhati-hatilah jika kamu hendak mempengaruhi mereka supaya mereka
patuh kepada Allah dan memberikan peringatan kepada mereka tentang apa-apa yang
memusuhi Allah. Jika kamu berjuang di jalan Allah untuk mengajak mereka menuju
Allah, maka kamu akan menjadi seorang pejuang dan pahlawan di jalan Allah, dan
kamu akan diberi pahala seperti yang diberikan kepada para Nabi dan para Rasul.
Nabi
Muhammad SAW pernah bersabda kepada Sayyidina Ali, “Jika Allah membimbing seseorang melalui bimbinganmu
yang diberikan kepadanya, maka hal itu adalah lebih baik bagimu dari apa saja
yang disinari oleh matahari.”
Kedua,
mereka yang mempunyai lidah, tetapi tidak mempunyai hati. Mereka pandai
berbicara, tetapi tidak melakukan apa yang mereka bicarakan. Mereka mengajak
manusia untuk menuju Allah, tetapi mereka sendiri lari dari Allah. Mereka
membenci maksiat yang dilakukan oleh orang lain, tetapi mereka sendiri
bergelimang di dalam maksiat itu. Mereka menunjukkan kepada orang lain bahwa
mereka itu saleh, tetapi sebenarnya mereka sendiri melakukan dosa-dosa besar.
Bila mereka sedang menyendiri, maka mereka bersikap seperti harimau yang
berpakaian. Inilah orang-orang yang seperti disabdakan oleh Nabi SAW, “Orang yang paling ditakuti di kalangan umatku dan
akupun menakutinya adalah orang alim yang jahat.”
Kita
berlindung kepada Allah dari orang alim seperti itu. Oleh karena itu, larilah
dan jauhilah orang-orang seperti itu. Jika tidak, maka kamu akan terpengaruh
oleh kata-kata manisnya yang muluk itu, api dosanya itu akan membakar kamu dan
kekotoran hatinya akan membunuh kamu.
Ketiga,
mereka yang mempunyai hati, tetapi tidak mempunyai lidah, sedangkan dia adalah
orang yang beriman. Allah telah menutup mereka dari mahluk-Nya, menggantungkan
tabir-Nya di sekeliling mereka dan memberikan kesadaran kepada mereka tentang
cacad-cidera diri mereka. Allah menyinari hati mereka dan menyadarkan mereka
akan kejahatan yang timbul akibat bercampur dengan orang banyak serta kejahatan
akibat banyak berbicara. Mereka mengetahui bahwa keselamatan itu terletak dalam
‘diam’ dan berkhalwat (menyendiri).
Nabi
pernah bersabda, “Barangsiapa ‘diam’, maka ia akan
mencapai keselamatan.” Sabdanya pula, “Sesungguhnya berkhidmat kepada Allah itu terdiri atas
sepuluh macam, sembilan di antaranya adalah terletak dalam ‘diam’.
Oleh
karena itu, mereka yang termasuk dalam golongan ini adalah wali Allah yang
secara tersembunyi. Mereka akan diberi perlindungan dan keselamatan. Mereka
adalah orang-orang yang bijaksana dan rekan Allah. Mereka akan diberkati dengan
keridhaan-Nya dan segala yang baik akan diberikan kepada mereka. Maka,
hendaklah kamu berteman dan bergaul dengan orang-orang ini serta berikanlah
pertolongan kepada mereka. Jika kamu berbuat demikian, maka kamu akan dikasihi
oleh Allah, kamu akan dipilih oleh-Nya dan akan dimasukkan ke dalam golongan
mereka yang menjadi wali Allah dan hamba-hamba-Nya yang saleh.
Keempat,
mereka yang diajak ke dunia tidak nyata dan diberi pakaian kemuliaan, seperti
dalam sabda Nabi, “Barangsiapa menuntut ilmu lalu ia
mengamalkan ilmu dan mengajarkannya kepada orang lain, maka ia akan dibawa ke
alam ghaib dan dimuliakan.”
Orang-orang
yang termasuk dalam golongan ini mempunyai ilmu-ilmu ke-Tuhan-an dan
tanda-tanda Allah. Hati mereka akan menjadi gedung ilmu Allah yang sangat agung
dan Allah akan memberinya rahasia-rahasia yang tidak diberikan kepada orang
lain. Allah telah memilih mereka dan membawa mereka dekat kepada-Nya. Allah
akan membimbing mereka dan membawa mereka ke sisi-Nya. Hati mereka akan dibuka
untuk menerima rahasia-rahasia dan ilmu-ilmu yang tinggi ini. Allah akan
menjadikan mereka sebagai pelaku perbuatan-Nya, pengajak manusia ke jalan Allah
dan pelarang mereka untuk berbuat dosa dan maksiat. Mereka menjadi
‘orang-orang’ Allah. Mereka mendapatkan bimbingan yang benar. Mereka dapat
memberikan pertolongan kepada orang-orang yang menuju jalan Allah. Mereka
menjadi orang-orang yang benar dan mengesahkan kebenaran orang lain. Mereka diibaratkan
sebagai pantulan sinar para Nabi dan Rasul Allah. Mareka senantiasa mendapat
taufiq dan hidayah dari Allah Yang Maha Agung.
Orang
yang termasuk dalam golongan ini berada dalam peringkat terakhir atau puncak
kemanusiaan yang tidak ada kedudukan lain di atasnya, kecuali ke-Nabi-an. Oleh
karena itu, berhati-hatilah, agar tidak sampai kamu memusuhi dan menentang
orang-orang seperti ini. Dengarkanlah dan perhatikanlah pembicaraan dan nasehat
mereka. Karena, keselamatan itu berada dalam memperhatikan pembicaraan mereka
dan berdampingan dengan mereka. Sebaliknya, kebinasaan dan kerusakan akan
datang jika berjauhan dengan mereka, kecuali bagi mereka yang diberi kekuasaan
dan pertolongan oleh Allah untuk menerima hak dan ampunan.
Demikianlah,
aku telah membagi manusia atas empat golongan. Sekarang, terserah kepada kamu
untuk mengintrospeksi diri kamu sendiri, jika memang kamu berpikir. Dan
selamatkanlah diri kamu, jika memang kamu menginginkan keselematan.
Mudah-mudahan Allah mebimbing kita dalam menuju kesenangan dan keridhaan-Nya di
dunia ini dan di akhirat kelak.
AJARAN KETIGAPULUH EMPAT
Sungguh
mengherankan, jika kamu membuat Tuhanmu murka, menyalahkan-Nya atau mengatakan
bahwa Dia tidak adil, merendahkan pemberian atau menyingkirkan marabahaya.
Tidakkah kamu mengetahui bahwa setiap kejadian atau peristiwa itu telah
ditetapkan masanya dan setiap marabahaya itu telah ditetapkan temponya yang
tidak boleh ditangguhkan atau dipercepat: Masa bahaya tidak dapat ditukar
dengan masa aman dan masa aman pun tidak dapat ditukar dengan masa huru-hara.
Oleh karena itu, hendaklah kamu bersopan-santun, diam dan jangan banyak bicara,
bersabar, berserah diri sepenuhnya dengan tulus ikhlas kepada-Nya, menyesuaikan
kehendakmu dengan kehendak-Nya dan bertobat kepada Allah karena kesalahan yang
telah kamu perbuat.
Manusia
dan mahlukalah yang tunduk takluk kepada Allah, dan bukannya Allah yang tunduk
takluk kepada manusia dan mahluk. Kembalilah kepada manusia untuk meminta
kepadanya, dia akan memberikan permintaannya, tetapi tidak musti Allah akan
memberi permintaan hamba-hamba-Nya. Kembalilah kepada Allah, baik Dia akan
mengabulkan maupun tidak mengabulkan permintaan hamba-hamba-Nya. Dia-lah Yang
Maha Agung dan Maha Kaya, dan Dia-lah Yang Maha Berdiri Sendiri, tanpa mempunyai
sekutu. Dia menjadikan sesuatu dan Dia menentukan kebaikan atau kejahatan. Dia
mengetahui awal dan akhir serta tujuan mahluk. Allah Yang Maha Tinggi dan Maha
Agung itu Maha Bijaksana di dalam berbuat dan Maha Tegas di dalam membuat
peraturan, tidak ada yang berlawanan di dalam perbuatan-Nya itu. Dia tidak
menjadikan sesuatu dengan sia-sia atau tanpa tujuan. Pekerjaan-Nya bukan
merupakan permainan. Tidaklah wajar, jika di dalam perbuatan-Nya itu terdapat
cacad atau cela, karena Dia Maha Bijaksana dan Maha Tahu. Hendaklah kamu
bersabar menanti, jika kamu belum dapat menyesuaikan dirimu dengan Dia, belum
dapat menunjukkan penyerahanmu kepada-Nya dan mem-fana’-kan dirimu kepada-Nya,
sampai takdir Illahi datang pada tempo yang telah cukup dan masa bertukarpun telah
datang bagaikan siang berganti malam atau musim panas berganti musim dingin.
Jika
kamu meminta cahaya siang di waktu malam, tentulah kamu tidak akan diberi.
Malam tetap malam, tidak ada cahaya siang di waktu itu. Oleh karena itu,
sabarlah menanti sampai malam itu berakhir dan siangpun datang. Demikian
sebaliknya, jika pada waktu siang kamu meminta kegelapan malam, maka tidak
mungkin kamu akan mendapatkannya. Sebab, siang itu tetap siang, dan kamu
meminta bukan pada tempatnya. Maka, hendaklah kamu selalu ridha, sabar dan
berpegang teguh kepada Tuhan Yang Maha Tahu itu. Percayalah bahwa apa yang
telah ditetapkan untuk kamu itu pasti akan kamu dapatkan dan apa saja yang
telah ditetapkan untuk orang lain itu pasti tidak akan pernah kamu dapatkan.
Demikianlah yang aku percayai, kecuali jika kamu meminta kepada Allah dengan
mengharapkan pertolongan-Nya dengan shalat dan berdoa bersungguh-sungguh,
menyembah-Nya, patuh kepada-Nya dan menjalankan perintah-Nya, seperti
firman-Nya, “Dan Tuhanmu berfirman, “Berdoalah
kepada-Ku, niscaya akan Ku-perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang
menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan
hina dina.” (QS 40:60) Dan firman-Nya pula, “Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang
dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain.
(Karena) bagi orang laki-laki ada bagian daripada apa yang mereka usahakan, dan
bagi para wanita (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah
kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
segala sesuatu.” (QS 4:32)
Dan
masih banyak lagi keterangan-keterangan lainnya, baik dari ayat-ayat maupun
sabda-sabda Nabi. Jika kamu berdoa kepada-Nya, maka Dia akan mengabulkan doamu
itu dalam tempo yang telah ditentukan-Nya dan di akhir tempo itu. Itupun bila
Dia menghendaki dan ada kebaikan bagi kamu di dalam hal ini, baik di dunia ini
maupun di akhirat kelak. Atau karena semua itu bertepatan dengan takdir-Nya dan
di ujung waktu yang telah ditetapkan oleh-Nya.
Janganlah
kamu menyalahkan Tuhanmu jika permohonanmu lambat Dia terima. Dan janganlah
kamu bosan untuk meminta, kerena sebenarnya kamu tidak akan merasa untung dan
juga tidak akan merugi. Jika permintaan kamu itu tidak diterima di dunia ini,
maka Allah akan memenuhinya di akhirat kelak. Ada suatu hadits Nabi yang
menyatakan bahwa di hari kebangkitan kelak, hamba-hamba Allah akan mendapatkan
buku yang memuat catatan-catatan tentang perbuatan hamba-hamba-Nya. Dalam buku
itu diterangkan bahwa ada perbuatan baik yang tidak diketahui oleh hamba itu.
Maka ketika itu akan diberitahukan kepadanya bahwa balasan yang diterimanya ini
adalah sebagai ganti dari doanya di dunia yang ditakdirkan untuk tidak
diterimanya. Sekurang-kurangnya, hamba itu harus selalu ingat kepada Allah,
berpegang teguh kepada-Nya dan bertauhid kepada-Nya
sambil
memohon kepada-Nya. Janganlah kamu meminta kepada mahluk, tetapi memintalah
kepada Allah. Oleh karena itu, dalam pertukaran siang dengan malam, sehat
dengan sakit, waktu perang dengan waktu aman atau waktu senang dengan waktu
susah, kamu berada dalam salah satu di antara dua kedaan di bawah ini :
1.
Baik kamu memohon, tetap berpuas hati, rela dan menyerah kepada perbuatan Allah
seperti mayat yang sedang dimandikan, atau seperti bayi yang berada di pangkuan
ibunya dan atau seperti bola yang berada di kaki pemain. Orang seperti ini,
dengan sukarela, selalu mengikuti apa yang ditakdirkan Tuhan. Jika kebaikan
datang kepadanya, maka ia bersyukur, sebagaimana firman-Nya, “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu mema’lumkan,
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni’mat-Ku)
kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni’mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku
sangat pedih.” (QS 14:7)
Dan
jika malapetaka yang datang kepadanya, maka ia bersabar dan ridha, dengan
pertolongan daya upaya Allah, dengan keteguhan hati dan dengan rahmat Allah,
seperti firman-Nya, “Hai orang-orang yang beriman,
jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta
orang-orang yang sabar.” (QS 2:153)
Dengan
kata lain, Dia beserta orang-orang yang sabar dengan karunia-Nya yang berupa
pertolongan dan kekuatan, sebagaimana firman-Nya, “…jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan
menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS
47:7)
Apabila
kamu telah menolong Allah dengan jalan menumpaskan hawa nafsumu, tidak
menyalahkan Dia, dengan menghindarkan diri dari tidak rela terhadap
perlakuan-Nya kepadamu, kamu menjadi musuh bagi diri kamu sendiri karena Allah,
bersedia memancungnya dengan pedang jika ia bergerak hendak kufur atau syirik
dan memenggalnya dengan kesabaran dan bersesuaian dengan Allah, dan dengan kamu
rela terhadap perbuatan dan janji-janji-Nya, maka Allah akan menjadi penolong
kamu. Allah berfirman, “…dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang
yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan “Inna Lillahi wa inna ilaihi
raaji’uun” (Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami
kembali).” (QS 2:155-156)
Mereka
inilah yang mendapatkan limpahan rahmat Allah dan merekalah pengikut-pengikut
jalan yang benar.
2.
Maupun kamu bermohon kepada Allah dengan shalat dan berdoa dengan sepenuh
harapan, mengagungkan-Nya dan patuh kepada-Nya. Ya, serulah Allah. Itulah yang
baik untuk kamu lakukan, karena Allah sendiri menyuruh kamu untuk bermohon
kepada-Nya, menghadapkan diri kepada-Nya dan menjadikan-Nya sebagai jalan untuk
mencapai kesenanganmu, utusanmu kepada Dia dan perhubunganmu dengan-Nya. Dengan
syarat, kamu tidak menyalahkan-Nya dan membuat-Nya murka, sekiranya
permohonanmu Dia tangguhkan sampai masa yang akan datang yang telah
ditentukan-Nya.
Oleh
karena itu, perhatikanlah perbedaan diantara dua alternatif itu. Janganlah kamu
melampaui batas-batas keduanya, karena tidak ada alternatif lain selain dua
alternatif tersebut. Maka berhati-hatilah kamu agar jangan sampai kamu menjadi
orang yang dholim dan melampaui batas. Jika kamu dholim dan melampaui batas,
maka Allah akan membinasakan kamu dan membiarkan kamu seperti orang-orang
sebelum kamu yang telah dibinasakan dan dihancurkan oleh Tuhan di dunia ini,
dan di akhirat kelak kamu akan disiksa dan dihukum dengan siksaan yang amat
pedih. Segala puja dan puji hanyalah bagi Allah Yang Maha Besar dan Maha Agung.
Wahai Tuhan Yang Maha Mengetahui keadaanku, hanya kepada-Mu-lah aku menyerahkan
diriku.
AJARAN KETIGAPULUH LIMA
Kamu
harus menjauhkan dirimu dari perkara-perkara yang haram. Jika tidak, maka kamu
akan dibinasakan. Kamu tidak akan dapat lepas dari cengkeraman bahaya
perkara-perkara yang haram itu, kecuali jika Allah menolongmu dengan kasih
sayang-Nya. Ada satu hadits yang menerangkan bahwa dasar agama itu adalah
menjauhkan diri dari hal-hal yang haram dan yang merusakkan agama itu adalah
ketamakan. Janganlah kamu mendekati perkara-perkara yang haram itu, karena
boleh jadi kamu akan mencoba-coba merasakannya. Mendekatpun jangan.
Dikhawatirkan kamu akan terpengaruh. Mar bin Khattab pernah berkata, “Biasanya
kami menjauhkan diri dari sembilan persepuluh perkara-perkara yang halal,
karena kami khawatair terjerumus ke dalam perkara-perkara yang haram.”
Abu
Bakar Shiddiq ra pernah berkata, “Kami biasa menjauhkan diri kami dari
tujuhpuluh pintu menuju perkara-perkara yang diolehkan, karena khawatir
terjerumus ke dalam dosa.”
Baik
Umar maupun Abu Bakar, keduanya sangat menjauhkan diri dari mendekati
perkara-perkara yang haram, dan di dalam berbuat demikian, mereka mengambil
sikap bagaimana yang disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW, “Berhati-hatilah ! Sesungguhnya setiap raja itu
mempunyai taman larangannya sendiri-sendiri, sedangkan taman larangan Allah itu
adalah perkara-perkara yang diharamkan-Nya.”
Barang
siapa berjalan di sekeliling taman itu, maka mungkin ia akan masuk ke dalamnya.
Tetapi, barangsiapa memasuki pintu istana raja dan terus melewati pintu kedua dan
ketiga, hingga akhirnya sampai ke kamar raja, maka hal itu adalah lebih
daripada orang yang berada di luar pintu pertama, karena ia berada di luar.
Jika pintu ketiga tertutup, maka orang ini tidak akan terkena bahaya. Sebab, ia
berada di antara dua pintu dan berada dekat dengan raja dan bala tentaranya.
Sebaliknya bagi orang yang berada di luar tadi, jika pintu pertama itu
tertutup, maka tetap saja ia berada di luar, tanpa tempat berlindung dan
mungkin ia akan dimakan binatang buas atau dibunuh musuh.
Begitu
pula halnya bagi orang yang patuh kepada Allah dan mengikuti jalan Allah.
Kemudian, jika pertolongan kekuasaan dan karunia-Nya diambil darinya, ia
terputus dari pertolongan-Nya, tetapi ia masih tetap menjalankan
hukum-hukum-Nya, maka apabila ia mati, ia masih berada dalam keta’atan dan
menyembah kepada Allah, lalu segala amal baiknya itu akan menjadi saksi
baginya.
Lain
halnya dengan orang yang tidak menjalankan kewajiban-kewajibannya terhadap
Allah. Jika Allah tidak menolongnya, hawa nafsu kebinatangannya menguasainya,
dia terus melakukan perkara-perkara yang haram, keluar dari hukum-hukum
syari’at Allah, ia terus menjadi sekutu setan yang dikutuk Allah dan ia jauh
dari jalan yang lurus dan benar, maka jika ia mati sebelum bertobat, ia akan
termasuk dalam golongan orang-orang yang merugi, kecuali jika Allah mengampuni
dan memberinya rahmat. Oleh karena itu, orang-orang yang menjalankan kewajiban
berada dalam keselamatan dan orang-orang yang tidak menjalankan kewajiban
berada dalam bahaya.
AJARAN KETIGAPULUH ENAM
Jadikanlah
hidup setelah mati itu sebagai uang modal kamu dan hidup di dunia ini sebagai
keuntungannya. Pergunakanlah waktumu, pertama-tama, untuk hidup setelah mati.
Jika ada waktu yang lebih, maka pergunakanlah waktu itu untuk kehidupan duniamu.
Janganlah kamu menggunakan hidupmu di dunia ini sebagai uang modal dan hidup
setelah mati sebagai keuntungan, di mana kamu memanfaatkan waktu lebihmu itu
untuk hidup setelah mati, di samping menunaikan shalat lima waktu; seakan-akan
mengubah semuanya di dalam satu gerakan, memasukkan bagian-bagiannya dan
merusakkan susunannya, tanpa ruku dan sujud serta tanpa thuma’ninah; atau
apabila kamu merasa penat dan letih, kamu tidur dengan membiarkan segalanya
tidak terpelihara; seperti mayat di waktu malam yang pada siang harinya
memuaskan nafsu kebinatangannya dan nafsu iblisnya. Jangan pula kamu menjual
akhiratmu untuk duniamu dan kamu menjadi hamba nafsu kebinatanganmu.
Kamu
diperintahkan untuk menguasai hawa nafsu kamu dan membawa diri kamu ke jalan
yang lurus dan benar. Tetapi kamu membiarkan diri kamu dikuasai hawa nafsu
iblis, sehingga merugilah kamu di dunia ini dan di akhirat kelak kamu akan
diazab dengan api neraka. Di hari perhitungan kelak, kamu akan menjadi orang
yang paling miskin dan paling merugi serta segala apa yang kamu kumpulkan untuk
duniamu hilang lenyap dari sisimu. Maka benar-benar kamu menjadi orang yang
merugi. Sebaliknya jika kamu mengikuti jalan akhirat dan menjadikannya sebagi
uang modal, maka kamu akan beruntung di dunia dan di akhirat, serta apa yang
ditakdirkan untuk kamu di dunia ini akan datang kepadamu dan kamu mendapatkan
keselamatan dan dihormati.
Nabi
pernah bersabda, “Sesungguhnya Allah akan memberi
keselamatan kepadamu dalam kehidupan duniamu, jika kamu menunjukkan niatmu di akhirat.
Tapi, keselamatan akhirat tidak akan diberikan, jika niatmu kamu tujukan ke
kehidupan dunia.”
Niat
yang ditujukan ke akhirat itu adalah keta’atan kepada Tuhan, karena niat itu
ialah jiwa ibadah. Oleh karena itu, apabila kamu ta’at kepada Allah dan mengharapkan
akhirat, maka kamu akan menjadi orang yang dipilih oleh Allah dan masuk ke
dalam golongan orang-orang yang ta’at dan cinta kepada Allah serta kehidupan
akhirat akan kamu dapati, yaitu surga dan kedekatan kepada Allah. Kemudian,
dunia ini akan mengabdi kepadamu dan segala sesuatu yang telah ditentukan untuk
kamu, pasti akan kamu terima sepenuhnya, karena segala sesuatu itu tunduk
kepada Allah Yang Maha Menguasai segalanya.
Jika
kamu terlena dan tenggelam di dalam kehidupan dunia dan tidak lagi mau
memperhatikan kehidupan akhiratmu, maka Tuhan akan murka kepada kamu. Kamu
tidak akan mendapatkan akhirat dan dunia tidak akan takluk kepadamu. Kamu
merasakan kesulitan di dalam mendapatkan bagian-bagian yang telah ditentukan
untukmu, karena Allah murka kepadamu, sedangkan semua yang tersebut itu
sebenarnya adalah kepunyaan Allah belaka. Barangsiapa mendurhakai Allah, maka
Allah akan menghinakannya.
Nabi
Muhammad SAW bersabda, “Dunia
dan akhirat itu bagaikan sepasang suami istri. Jika kamu melayani salah seorang
saja di antara keduanya, maka yang lainnya akan marah kepadamu.”
Allah
SWT berfirman, “… di antara kamu ada orang yang
menghendaki dunia dan di antara kamu ada yang menghendaki akhirat…” (QS 3:152)
Orang
yang menghendaki dunia saja disebut ahli dunia dan orang yang menghendaki
akhirat disebut ahli akhirat. Perhatikanlah diri kamu, termasuk golongan
manakah kamu ? Dalam dunia ini, ke dalam golongan manakah di antara dua ahli
itu kamu ingin termasuk ? Ketika kamu berada di alam akhirat, sesudah mati nanti,
kamu akan megetahui bahwa sebagian di antara kamu masuk ke dalam surga dan satu
golongan lagi masuk ke dalam neraka. Dan ada satu golongan manusia lagi, yaitu
yang tetap tinggal di tempatnya sambil menjalani perhitungan dan pembicaraan.
Satu hari di sana, menurut firman Tuhan, seperti 15.000 tahun di dunia. Ada
pula satu golongan manusia yang duduk di tempat makan sambil makan makanan yang
enak-enak, buah-buahan, manis-manisan yang lebih putih daripada es, sebagaimana
diriwayatkan di dalam hadits, “Mereka
akan melihat tempat tinggal mereka di surga. Apabila Allah telah selesai
menanyai manusia, mereka akan memasuki surga itu. Mereka akan pergi menuju
tempat tinggal mereka, seperti halnya orang-orang di dunia ini menuju tempat
tinggal mereka.”
Mereka
yang memasuki surga itu adalah orang-orang yang meninggalkan dunia mereka dan
berusaha mencapai kebahagiaan akhirat dan Allah. Sedangkan orang-orang yang
malang adalah mereka yang tidak langsung menghiraukan akhirat dan yang
menghabiskan masa hidupnya di dunia dengan hal-hal keduniaan saja serta bimbang
dengannya. Mereka melupakan hari perhitungan mereka di hadapan Allah dan mereka
tidak mau memperdulikan Al Qur’an dan sabda-sabda Nabi.
Perhatikanlah
dan kasihanilah diri kamu serta pilihlah golongan yang lebih baik di antara
kedua golongan tersebut. Hindarkanlah diri kamu dari persahabatan dan pergaulan
dengan orang-orang jahat atau setan. Ikutilah Al Qur’an dan sunnah Nabi.
Perhatikan, pikirkan dan amalkanlah keduanya. Janganlah kamu terpengaruh oleh
kata-kata kosong dan ketamakan. Firman Allah, “Apa saja harta rampasan (fai-I) yang diberikan Allah
kepada Rasul-Nya yang berasal dari penduduk kota-kota, maka adalah untuk Allah,
untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang
yang dalam perjalanan, supaya harta-harta itu jangan hanya beredar di antara
orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka
terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah; dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.” (QS 59:7)
Janganlah
kamu menentang Nabi dan jangan pula kamu mengubah peraturan dengan berpura-pura
pandai, baik dalam perbuatan kamu maupun di dalam beribadah. Allah berfirman, “Kemudian Kami iringi di belakang mereka dengan
rasul-rasul Kami dan Kami iringi (pula) dengan Isa putra Maryam; dan Kami
berikan kepadanya Injil dan Kami jadikan dalam hati orang-orang yang
mengikutinya rasa santun dan kasih sayang. Dan mereka mengada-adakan
rahbaniyyah, padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka tetapi (mereka
sendirilah yang mengada-adakannya), untuk mencari keridhaan Allah, lalu mereka
tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya. Maka Kami berikan
kepada orang-orang yang beriman di antara mereka pahalanya dan banyak di antara
mereka orang-orang fasik.” (QS 57:27)
Allah
telah membersihkan Nabi-Nya dan menjauhkannya dari yang batil. Firman Allah, “Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur’an) menurut
kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan
(kepadanya).” (QS 53:3-4). Dengan kata lain, firman
ini bermaksud, “Apa saja yang dibawanya kepada
kamu adalah dari Aku, dan bukannya dari dirinya atau hawa nafsunya. Oleh karena
itu, ikutilah dia.”
Firman
Allah lagi, “Pada hari ketiga tiap-tiap diri
mendapati segala kebajikan dihadapkan (ke hadapannya), begitu (juga) kejahatan
yang telah dikerjakannya; ia ingin kalau kiranya antara ia dengan hari itu ada
masa yang jauh; dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan
Allah sangat Penyayang kepada hamba-hamba-Nya.”
(QS 3:30)
Jalan
untuk menempuh kasih sayang-Nya itu adalah mematuhi sabda-sabda dan perbuatan
Nabi. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Berusaha
itu adalah jalanku dan tawakal kepada Allah itu adalah keadaanku.”
Oleh
karena itu, kamu harus berada di antara perbuatan dan keadaannya. Jika iman
kamu lemah, maka hendaklah kamu berusaha, dan ini adalah perbuatannya. Dan jika
iman kamu kuat, maka pergunakanlah keadaan kamu, yaitu bertawakal kepada Allah.
Allah
berfirman, “Dan kepada Allah-lah kamu patut
bertawakal.” (QS 5:26). Allah juga berfirman, “… dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya
Allah akan mencukupkan (keperluan)nya…” (QS
56 – 3) Selanjutnya Allah berfirman, “Dan
sungguh jika kamu meninggal atau gugur, tentulah kepada Allah saja kamu
dikumpulkan.” (QS 3:158)
Allah
menyuruhmu untuk bertawakal dan berpegang teguh kepada Allah, sebagaimana Nabi
pun disuruh berbuat demikian. Nabi SAW bersabda, “Barangsiapa berbuat sesuatu yang bukan dari perintah
kami, maka perbuatannya itu tidak akan diterima.”
Hal
ini mencakup kehidupan, perbuatan dan perkataan. Kita tidak mempunyai Nabi lagi
selain beliau yang harus kita ikuti dan tidak ada kitab, selain Al Qur’an yang
harus kita patuhi. Oleh karena itu, janganlah kamu melanggar keduanya. Jika
tidak, maka kamu akan mendapatkan kehancuran dan
51
kamu
akan dipimpin oleh hawa nafsu kebinatangan dan iblis yang membawa ke jalan yang
sesat. Allah berfirman, “… dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan
Allah …” (QS 38:26)
Keselamatan
itu terletak pada Kitab Allah dan sunnah Nabi. Sedangkan kerusakan akan datang,
jika kamu menyimpang dari keduanya. Dengan Al Qur’an dan sunnah Nabi itulah
maka si hamba dapat naik ke derajat wilayah,
badaliyyat dan ghautsiyyat.
AJARAN KETIGAPULUH TUJUH
Wahai
orang-orang yang beriman, mengapa aku melihat ada di antara kamu yang merasa
dengki dan iri hati kepada tetangga-tetangga kamu, karena mereka mendapatkan
kelebihan karunia Allah yang berupa makanan, minuman, tempat tinggal, pakaian
dan sebagainya ? Tidakkah kamu mengetahui bahwa perasaan dengki itu akan
mengubah keimananmu, menjauhkan diri kamu dari sisi Allah dan menyebabkan kamu
dimurkai Allah ? Tidakkah kamu pernah mendengar bahwa Nabi SAW bersabda yang Allah
berfirman, “Orang yang dengki itu adalah
musuh kasih sayang kami.” ?
Mengapa
kamu dengki kepada orang lain, hai manusia ? Dengkikah kamu kepada apa yang
telah ditentukan Allah kepadanya ? Apa yang ada padanya itu, sebenarnya adalah
karunia Allah juga. Maka, mengapa kamu merasa dengki ? Allah berfirman, “Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu ? Kami
telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan
Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat,
agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu
lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.”
(QS 43:32)
Jika
kamu dengki kepada orang lain, maka sesungguhnya kamu adalah orang yang dholim.
Kamu dholim terhadap orang yang telah diberi karunia oleh Allah. Padahal,
karunia itu telah dikhususkan baginya dan bukan bagi orang lain. Jika kamu
masih juga dengki kepada orang yang diberi karunia oleh Allah itu, maka hal itu
menunjukkan bahwa kamu itu orang dholim, jahil dan jahat. Jika kamu mendengki
orang lain, karena kamu mengira bahwa yang dimilikinya itu adalah bagian kamu,
maka kamu adalah orang jail. Sebab, apa yang telah ditentukan untuk kamu itu
tidak akan lepas ke tangan orang lain, melainkan pasti akan kamu dapati. Allah
tidak dholim, sebagaimana firman Allah yang maksudnya kurang lebih, “Ayat yang datang dari Kami tidak boleh diubah-ubah,
dan Kami tidak dholim kepada haba-hamba Kami.”
Allah
tidak dholim. Dia tidak akan mengambil dari kamu apa yang telah ditentukan
untukmu lalu diberikan-Nya kepada orang lain. Tidak. Apa yang telah ditentukan
untuk kamu, pasti akan kamu dapatkan. Dan apa yang telah ditentukan untuk orang
lain, pasti akan ia dapatkan. Oleh karena itu, janganlah kamu dengki kepada
orang lain. Lebih baik kamu mendengki bumi yang menjadi toko harta benda dunia
seperti mas, perak dan intan berlian sebagai simpanan raja-raja dahulu kala
seperti ‘Ad, Tsamud dan raja Persia dan Romawi. Kamu lebih baik mendengki semua
ini daripada mendengki saudara-saudara kamu.
Ibarat
orang yang melihat seorang raja yang agung dan mempunyai tentara yang banyak
sekali, mengontrol daratan dan lautan luas serta memungut pajak untuk
keperluannya sendiri dan kerakusannya sendiri. Melihat keadaan ini, orang itu
tidak dengki kepadanya, tetapi dia dengki melihat seekor anjing liar yang
datang pada malam hari mendekati dapur istana raja itu untuk mencari makanan
dari sisa-sisa makanan yang dibuang oleh tukang masak dan makanan itu sudah
busuk dan basi. Orang itu dengki kepada anjing liar itu, sehingga memusuhinya
dan ingin membunuhnya. Apakah ini bukan suatu kebodohan ? Jika orang itu
benar-benar dengki kepada anjing lapar itu dan ia tidak dengki kepada raja yang
tamak itu, maka sebenarnya orang itu adalah orang yang jahil, bodoh dan tidak mau
menimbang rasa.
Ketahuilah
wahai insan, apakah yang akan dihadapi oleh tetanggamu itu di hari perhitungan
kelak, sekiranya ia telah diberi nikmat oleh Allah dan karunia yang baik di
dunia ini, tetapi ia tidak memanfaatkan karunia itu sesuai dengan aturan-aturan
yang telah ditentukan oleh Allah, bahkan sebaliknya ia ingkar dan memusuhi
Allah serta tidak patuh kepada-Nya. Ketahuilah, bahwa ia akan ditanya dan
dimintai pertanggung jawabannya tentang apa yang telah ia perbuat dengan
karunia itu. Jika karunia dan nikmat itu tidak ia pergunakan sesuai dengan
keridhaan Allah, maka ia akan menyesal. Bahkan ia merasa bahwa lebih baik ia
tidak menerima karunia itu di dunianya dulu. Apa yang ia sesalkan ? Sudah
terlambat.
Nabi
SAW pernah bersabda, “Sebenarnya ada segolongan manusia
di hari perhitungan nanti yang menginginkan daging badannya dipotong-potong
dengan gunting apabila mereka melihat balasan yang diterima oleh orang-orang
yang mendapat azab dan kesusahan.”
Mungkin
tetangga kamu itu, di akhirat kelak, ingin agar ia berada di tempat kedudukanmu
dalam kehidupan dunia ini, manakala ia merasakan masa yang sangat panjang
berada dalam perhitungan di hadapan Tuhan itu dengan merasakan kepedihan dan
kesusahan berdiri selama 50.000 tahun di bawah panas terik matahari untuk
dimintai pertanggungjawabannya tentang apa yang telah diperbuatnya dengan
kekayaan yang diberikan Allah kepadanya dahulu, sedangkan sementara itu kamu
berada dalam perlindungan Allah: makan, minum, bersenang-senang dan bersuka
ria, karena kamu telah sabar dalam menempuh kesusahan hidup di dunia ini sambil
ridha dengan ketentuan Allah, menyesuaikan diri kamu dengan Allah dan kamu
tidak mendengki orang lain lantaran ia diberi kelebihan kehidupan dunia oleh
Allah. Semoga Allah menjadikan aku dan kamu bersabar di dalam menempuh godaan
dan perjuangan hidup di dunia ini serta bersyukur kepada-Nya karena karunia-Nya
yang tidak terhingga kepada kita sekalian. Mudah-mudahan kita bertawakal kepada
Allah, Tuhan sekalian alam.
AJARAN KETIGAPULUH DELAPAN
Barangsiapa
menjalankan tugas-tugasnya karena Allah dengan ikhlas dan benar, maka ia tidak
akan terpengaruh oleh apa saja selain Allah. Wahai manusia, janganlah kamu
menuntut apa yang tidak ada pada kamu. Bertauhidlah kepada Allah dan janganlah
kamu menyekutukan Dia dengan apa saja. Jadikanlah diri kamu sasaran anak panah
takdir yang akan mengena dirimu, bukan untuk membunuh melainkan untuk
mencederakan kamu. Barangsiapa yang luluh hatinya karena Allah, maka ia akan
menerima balasan dari Allah.
AJARAN KETIGAPULUH SEMBILAN
Mengambil
sesuatu berdasarkan hawa nafsu kebinatangan, tanpa ada perintah dari Allah,
berarti menyeleweng dari tugas kamu terhadap Allah dan melawan kebenaran.
Sedangkan mengambil sesuatu tanpa didorng oleh hawa nafsu kebinatangan adalah
suatu kebaikan dan sejalan dengan kebenaran atau yang haq. Dan jika berlawanan
dengan kebenaran itu, maka itu adalah perbuatan yang tidak ikhlas dan sikap
munafiq.
AJARAN KEEMPATPULUH
Janganlah
kamu mengira bahwa diri kamu termasuk dalam golongan kerohanian, kecuali jika
kamu telah menjadi musuh diri kamu, terpisah dari anggota-anggota badan kamu,
kaki dan tangan kamu serta memutuskan hungunganmu dengan wujud kamu, dengan
gerak dan diam kamu, dengan pendengaran dan penglihatan kamu, dengan percakapan
dan pegangan kamu, dengan usaha dan tindak tanduk kamu dan dengan apa saja yang
kamu anggap datang dari diri kamu sendiri. Setelah semua itu lenyap, maka
barulah wujud kerohanian dihembuskan kepada kamu, karena semua itu adalah tabir
yang menghalangi kamu dengan Tuhan kamu. Apabila ruh kamu telah bersih dan
suci, maka rahasia di atas segala rahasia dan yang ghaib dari segala yang ghaib
akan terbuka bagi kamu akan dapat membedakan antara musuh dengan sahabat dan
yang haq dengan yang batil serta tauhid dengan syirik.
Allah
SWT berfirman lewat lidah Ibrahim as, “Karena
sesungguhnya apa yang kamu sembah itu adalah musuhku, kecuali Tuhan semesta
alam.” (QS 26:77)
Yang
dimaksud dengan musuh di sini adalah berhala. Oleh karena itu anggaplah diri
kamu dan seluruh mahluk ini sebagai berhala, dan dengan demikian, janganlah
kamu mematuhi dan menuruti semua itu. Hanya dengan itu saja kamu akan
dikaruniai rahasia-rahasia dan ilmu-ilmu ketuhanan serta perkara-perkara yang
jarang ditemui orang. Kemudian kamu akan diberi kekuasaan untuk menjadikan dan
keramat, dan ini adalah suatu macam kekuasaan yang diberikan Allah kepada
orang-orang yang percaya kepada Allah dan perkara ghaib.
Apabila
kamu berada dalam keadaan seperti ini, maka seakan-akan kamu bangkit kembali
hidup sesudah mati di hari akhir. Jadi, semata-mata kamu adalah manifestasi
kekuasaan Allah. Kamu mendengar melalui Allah, melihat melalui Allah, berbicara
melalui Allah, memegang melalui Allah, berjalan melalui Allah, mengetahui
melalui Allah dan susah serta sentosa melalui Allah. Sehingga kamu buta
terhadap apa saja selain Allah dan tuli terhadap apa saja selain Dia. Selagi
kamu memperhatikan batas-batas hukum dan mengikuti undang-undang Tuhan, maka
tidak ada sesuatupun yang tampak ada oleh pandanganmu, kecuali wujud Allah.
Jika ada diantara kehendak-kehendak hukum Allah yang hilang dari dalam diri
kamu, maka ketahuilah bahwa kamu sedang diuji dan dipermainkan oleh setan. Oleh
karena itu, kembalilah untuk mengikuti hukum-hukum Allah, berpegang teguh
kepada-Nya dan jauhkan diri kamu dari nafsu kebinatanganmu. Sebab, setiap
perkara yang tidak sah menurut hukum-hukum atau undang-undang Allah adalah
tidak termasuk dalam iman.
AJARAN KEEMPATPULUH SATU
Kusajikan
sebuah perumpamaan untuk dijadikan bahan renungan :
Katakanlah
bahwa ada seorang Raja yang telah melantik seorang biasa menjadi gubernur untuk
memerintah di suatu bandar. Orang itu diberi pakaian kerajaan dengan bendera,
panji-panji, gendang kerajaan dan sepasukan tentara yang cukup lengkap. Masa
pun berlalu. Akhirnya ia mengira bahwa kedudukan atau keadaan itu akan kekal,
sehingga timbullah rasa bangga dan sombongnya. Ia lupa kepada keadaannya
sebelum ia dilantik menjadi gubernur dahulu. Kemudian, karena bangga dan
sombongnya itu, maka jabatannya itu dicabut oleh raja. Ia dimintai pertanggungjawabannya
di depan raja dan dimintai keterangannya tentang sebab ia melakukan kesalahan
itu. Akhirnya ia diputuskan bersalah, lalu dipenjarakan dan menyesallah ia
berada di dalam penjara yang sempit dan gelap. Karena lamanya ia berada di
dalam penjara, maka perasaan bangga dan sombongnya itupun hilang. Hatinya luluh
dan api hawa nafsunya pun padam. Kemudian, semua keadaannya ini diketahui oleh
raja dan lama kelamaan raja itupun merasa kasihan kepadanya. Ia dilepaskan dari
penjara, dan raja itu menyerahkan kembali jabatan yang pernah dipegangnya
dahulu untuk menjadi gubernur di bandar yang lain, sebagai hadiah dari raja
itu. Setelah itu, ia tetap memangku jabatan gubernur dengan keadaan baik hati
dan tidak lagi berperangai buruk seperti dahulu. Akhirnya, ia menjadi orang
yang baik dan bersih.
Demikianlah
perumpamaan seorang mu’min dengan Allah yang membawa mu’min dekat dengan-Nya
dan menjadi orang pilihan-Nya. Dibukanya pintu hati si mu’min itu untuk
menerima kasih sayang dan karunia-Nya. Maka tampaklah oleh si mu’min itu dengan
mata hatinya sesuatu yang tidak tampak oleh mata kepala, dan dingernya dengan
telinga hatinya sesuatu yang tidak pernah didengar oleh telinga kepala.
Terlihat olehnya perkara-perkara ghaib dari kerajaan Tuhan Yang Maha Besar,
yang meliputi langit dan bumi dan sebagainya. Semakin dekatlah ia kepada Allah.
Shalat dan doanya diterima oleh Allah. Ia dikaruniai kasih sayang dan perkataan
yang baik-baik dan manis dari Allah. Dengan karunia-Nya pula, maka
ilmu-ilmu-Nya yang pelik-pelik akan dapat ia ketahui. Allah akan menyempurnakan
karunia-Nya kepada si Mu’min itu, baik dari segi batiniah maupun dari segi
lahiriah seperti kesehatan badan, minuman, pakaian, makanan, istri yang baik
dan perkara-perkara yang halal serta sesuai dengan peraturan dan ketentuan
Allah. Jadi, Allah akan menetapkan keadaan ini kepada hamba-Nya yang beriman
dan dekat kepada-Nya, untuk beberapa masa lamanya, sampai si hamba itu merasa
selamat dan kekal dalam keadaan itu. Setelah itu, Allah akan mendatangkan malapetaka,
kesusahan hidup dan bencana kepadanya. Sehingga, si hamba itupun merasa sedih,
heran, hatinya menjadi remuk dan ia terputus dari hubungannya dengan
orang-orang segolongannya.
Jika
ia melihat keadaan itu dari segi lahirnya saja, maka ia akan melihatnya sebagai
suatu kejahatan yang menimpanya, dan jika ia melihatnya dengan hati dan
batinnya saja, maka ia melihatnya sebagai sesuatu yang mendukacitakannya. Jika
ia meminta kepada Allah untuk melenyapkan kesusahan yang tengah dihadapinya
itu, maka Allah tidak akan menerimanya; jika ia meminta janji-janji yang baik,
maka ia tidak akan mendapatkannya dengan segera; jika ia berjanji tentang
sesuatu, maka ia tidak akan diberitahukan tentang hasilnya; jika ia memimpikan
sesuatu, maka ia tidak dapat mengetahui maksudnya; dan jika ia hendak bergabung
kembali dengan orang-orang segolongannya, maka iapun tidak dapat melakukannya.
Pendek kata, segalanya telah tertutup baginya dan doanya tidak lagi diterima.
Sehingga
dengan demikian, dirinya menjadi hancur, hawa nafsunya menjadi hilang dan
lenyaplah niat serta cita-citanya. Segalanya telah kosong baginya. Untuk
sementara, keadaan ini akan terus berlangsung dan mungkin penderitaannya itu
akan diperhebat lagi. Sehingga sampailah masanya, bila ia merasakan
tabiat-tabiat dan sifat-sifat kemanusiaannya hilang setahap demi setahap yang
akhirnya ia tinggal mempunyai ruh saja, maka ia akan mendengar suara batinnya
memanggil, “(Allah berfirman), “Hantamkanlah
kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum.” (QS 38:42). Ayat ini difirmankan kepada Nabi Ayyub as.
Kemudian
Allah akan melimpahkan lautan rahmat dan kasih sayang-Nya kepadanya dan hatinya
merasa aman dan tenteram serta disinari dengan cahaya iman dan ilmu. Pintu
keridhaan Allah dibukakan untuk-Nya. Manusia akan datang berkunjung kepadanya
untuk memberikan bermacam-macam hadiah dan orang-orang akan mengabdi kepadanya.
Manusia akan memuji dan menghormatinya. Kata-katanya dijunjung tinggi.
Orang-orang akan merasakan kebahagiaan berada di majelisnya. Raja-raja dan
orang-orang besarpun akan tunduk kepadanya. Allah akan menyempurnakan
karunia-Nya
kepadanya, baik lahiriah maupun batiniah. Allah akan memelihara lahirnya
melalui mahluk-Nya dan batinnya melalui kasih sayang dan rahmat-Nya. Kekallah
ia berada dalam keadaan itu sampai akhir hayatnya. Setelah itu, Allah akan
memasukkannya ke tempat yang tidak terlihat oleh mata, tidak terdengar oleh
telinga dan tidak terlintas di dalam hati siapapun, sebagaimana firman Allah, “Seorangpun tidak mengetahui apa yang disembunyikan
untuk mereka yaitu (bermacam-macam ni’mat) yang menyedapkan pandangan mata,
sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (QS 32:17)
AJARAN KEEMPATPULUH DUA
Ruh
manusia itu hanya ada dalam dua keadaan, tidak ada keadaan yang ketiga, yaitu keadaan
bahagia dan keadaan sengsara. Apabila ia berada dalam keadaan sengsara atau
menderita, maka muncullah perasaan-perasaan rendah, gelisah, gundah, muram,
tidak ridha, mengkritik dan menyalahkan Allah, tidak sabar dan tidak
bertawakal, sehingga lahirlah ahlak buruk, menyekutukan Allah dengan mahluk dan
akhirnya tidak percaya atau kufur. Dan apabila ia sedang merasa senang, maka ia
menjadi mangsa ketamakan dan kerakusan serta hawa nafsu kebinatangan dan
keiblisan. Nafsunya tidak pernah merasa puas. Ia menghendaki barang yang berada
di tangan orang lain atau yang ditentukan untuk orang lain. Sehingga ia tidak
pernah lepas dari kesusahan dan penderitaan, baik di dunia ini maupun di
akhirat kelak.
Sesungguhnya
hukuman yang paling menyiksa adalah mencari atau menuntut apa yang tidak
ditentukan untuk kita.
Jika
ketika ia berada dalam kesengsaraan, ia tidak mau yang lain, kecuali ia hanya
meminta agar kesengsaraan itu dihilangkan dan ia tidak mengingat serta
menghendaki kemewahan yang membuatnya senang; tetapi jika ia diberi kesenangan
dan kemewahan, ia menjadi tamak, dengki, ingkar dan melakukan perkara-perkara
dosa dan maksiat serta ia lupa kepada penderitaan yang pernah dialaminya; maka
ia akan dikembalikan kepada keadaannya semula, ia akan mengalami kesusahan dan
penderitaan yang pernah dialaminya, dan bahkan lebih berat daripada keadaannya
semula, karena ia telah berdosa dan perlu dihukum. Dengan cara ini, ia akan
menjadi sadar kembali dan pada masa berikutnya ia akan menjauhkan dirinya dari
perbuatan dosa dan noda. Sebab, kesenangan dan kebahagiaan itu tidak dapat
menyelamatkannya, sedangkan kesengsaraan dan penderitaan dapat
menyelamatkannya.
Sekiranya
ketika penderitaan kesusahan dihilangkan darinya ia berbuat baik, patuh,
bersyukur dan ridha kepada Allah, maka hal itu adalah lebih baik baginya di
dunia dan di akhirat, dan Allah akan menambahkan karunia, nikmat, kebahagiaan
dan keselamatan kepadanya.
Oleh
karena itu, barangsiapa menghendaki keselamatan hidup di dunia dan di akhirat,
maka hendaklah ia menanamkan sikap sabar, rela bertawakal kepada Allah,
menjauhkan sifat iri terhadap manusia dan meminta segala kebutuhan kepada Allah
Yang Maha Agung. Patuhlah kepada Allah dan hambakanlah diri hanya kepada-Nya
saja. Dia lebih baik dari apa saja selain Dia.
Segala
apa yang tidak disampaikan Allah kepada kita sebenarnya adalah merupakan satu
karunia atau hadiah. Hukuman-Nya adalah kebaikan. Penderitaan yang
ditimpakan-Nya adalah obat. Janji-Nya diibaratkan sebagai uang tunai,
kredit-Nya adalah keadaan pada masa ini dan firman-Nya itu pasti terjadi.
Apabila Allah hendak menjadikan sesuatu, maka Dia hanya berfirman, “Jadilah”,
maka jadilah ia. Oleh karena itu, semua perbuatan-Nya adalah baik dan
berdasarkan hikmah kebijaksanaan. Allah sajalah Yang Maha Tahu. Manusia tidak
akan dapat mengetahui ilmu Allah yang sedalam-dalamnya. Dengan demikian, adalah
lebih baik bagi si hamba untuk terus selalu bertawakal, berserah diri, kembali
kepada-Nya, melakukan apa saja yang diperintahkan-Nya dan meninggalkan apa saja
yang dilarang-Nya. Janganlah menyalahkan Allah, sinis dan mengatakan bahwa Dia
itu dholim, tidak tahu dan sebagainya. Perbuatan-Nya jangan disalahkan.
Ada
sebuah hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Atha bin Abbas yang diterimanya dari
Abdullah bin Abbas. Diceritakan bahwa Ibnu Abbas pernah berkata, “Ketika aku menunggang kuda di belakang Nabi Muhammad
SAW, beliau bersabda kepadaku, “Wahai anakku, jagalah atau peliharalah
kewajibanmu terhadap Allah, niscaya Allah akan memeliharamu dan peliharalah
kewajianmu terhadap Allah, niscaya kamu akan mendapatkan Allah berada di
hadapanmu.”
Oleh
karena itu, apabila kamu mau meminta, maka memintalah kepada Allah dan apabila
kamu mau memohon perlindungan, maka memohonlah kepada-Nya. Andaikan seluruh
hamba Allah hendak memberikan manfaat kepadamu, namun Allah tidak
mengijinkannya, maka akan sia-sialah perbuatan mereka itu. Jika seluruh hamba
Allah bermaksud hendak memberikan mudharat atau bahaya kepadamu, tetapi Allah
tidak mengijinkannnya, maka mudharat atau bahaya itupun tidak akan menimpamu.
Karenanya, jika kamu mampu melakukan seluruh perintah Allah dengan ikhlas, maka
lakukanlah semua itu. Tetapi, jika kamu tidak mampu melakukannya, maka lebih
baik kamu bersabar
terhadap
sesuatu yang tidak suka untuk kamu lihat, yang sebenarnya di situ terdapat
kebaikan. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya pertolongan Allah itu datang melalui
kesabaran. Dan ketahuilah, bahwa bersama kesusahan itu terdapat kesenangan.
Setiap orang yang beriman hendaklah menerapkan hadits Nabi ini, agar selalu
mendapatkan keselamatan di dunia dan di akhirat kelak serta menerima rahmat dan
kasih sayang Allah.
AJARAN KEEMPATPULUH TIGA
Jika
ada orang yang meminta sesuatu kepada manusia, maka yang demikian itu
dikarenakan ia jahil atau bodoh tentang Allah, lemah imannya, kurang
pengetahuannya tentang hakekat, kurang keyakinan dan kesabaran. Dan jika ada
orang yang meminta kepada Allah, maka hal itu adalah pertanda bahwa ia penuh
dengan ilmu Allah Yang Maha Agung dan Maha Kaya, pertanda bahwa ia memiliki
keimanan yang teguh dan keyakinan yang pasti, pertanda bahwa ilmu Allah selalu
bertambah setiap saat di dalam hatinya dan pertanda bahwa ia malu kepada Allah
Yang Maha Gagah Perkasa.
AJARAN KEEMPATPULUH EMPAT
Jika
permohonan dan doa seseorang untuk memiliki ilmu kerohanian dari Allah SWT
tidak dikabulkan dan setiap janji-Nya tidak dipenuhi-Nya untuk orang itu, maka
sesungguhnya hal itu adalah karena Allah tidak menghendaki orang itu terlalu
muluk harapannya (terlalu optimis). Sebab, kondisi dan posisi kerohanian itu
tidak akan didapatinya, kecuali jika ia memiliki takut dan harapan secara
bersamaan. Takut dan harapan ini ibarat dua kapak atau sayap burung.
Kedua-duanya perlu ada, dan satu saja tidak jadi. Takut dan harapan ini berada
dalam setiap kondisi dan posisi itu.
Dengan
demikian, orang yang memiliki ilmu kerohanian atau kebatinan bisa menjadi dekat
dengan Allah. Kondisi dan posisi kerohaniannya itu ialah bahwa ia tidak
menginginkan sesuatu selain Allah, ia tidak cenderung dan merasa ingin kepada
sesuatu selain Allah dan ia tidak merasa gembira dengan yang lain selain Allah.
Jadi, meminta supaya permohonannya diterima atau janji-Nya dipenuhi adalah
berlawanan dengan jalan-Nya dan tidak sesuai dengan posisinya.
Ada
dua sebab Allah selalu tidak memperkenankan permohonan si hamba. Pertama,
seseorang tidak mau dikuasai oleh terlalu mengharap atau mengangan-angankan apa
yang telah ditakdirkan Allah untuknya, ia tidak mau mendahului Allah di dalam
setiap tindakan dan ia tidak mengetahui bahwa takdir Allah itu mungkin ada yang
lebih baik daripada apa yang dimintanya. Kedua, hal ini dapat menimbulkan
syirik, yaitu menyekutukan sesuatu dengan Allah. Karena tidak ada manusia yang
tidak berdosa, kecuali para Nabi.
Karena
dua sebab inilah Allah selalu tidak memperkenankan permohonan hamba-hamba-Nya,
dikhawatirkan jika si hamba akan meminta menurut kehendak dirinya saja, tanpa
mengembalikan kepada aturan dan perintah Allah. Dan ada kemungkinan hal ini
akan membawanya kepada perbuatan syirik. Ada bermacam-macam sebab yang dapat
menjerumuskan seseorang ke lembah syirik pada setiap posisi, kondisi dan cara
menempuh jalan kerohanian ini. Tetapi, apabila suatu doa atau permintaan itu
sesuai dengan kehendak dan ketentuan Allah, maka hal ini akan menambah si hamba
lebih dekat lagi kepada Allah seperti dengan jalan shalat, puasa dan
menjalankan kewajiban-kewajiban lainnya, karena dengan mengikuti semua cara itu
berarti mematuhi perintah Allah.
AJARAN KEEMPATPULUH LIMA
Ketahuilah
bahwa manusia ini ada dua macam. Pertama, mereka yang dikarunia Allah perkara-perkara
yang baik di dunia ini. Kedua, mereka yang diuji oleh Allah dengan apa yang
telah ditakdirkan Allah untuk mereka. Mereka yang mendapatkan perkara-perkara
yang baik itu belum tentu terlepas dari dosa dan kekhilafan di dalam menikmati
karunia Allah tersebut. Orang-orang ini merasa bangga dengan karunia itu.
Tiba-tiba datanglah takdir Allah berupa kesulitan dan malapetaka yang menimpa
diri, keluarga atau harta benda mereka. Dengan demikian mereka merasa sedih dan
berputus asa. Mereka lupa kepada kebanggaan dan kebahagiaan yang mereka nikmati
dulu. Jika mereka diberi kekayaan, keselamatan dan kesentosaan, maka merekapun
lupa, seolah-olah mereka menduga bahwa keadaan itu akan kekal. Dan jika mereka
ditimpa malapetaka, maka mereka pun lupa kepada kebaikan yang pernah mereka
terima dulu, seakan-akan kebaikan itu tidak pernah ada pada mereka. Semua ini
menunjukkan kejahilannya atau kebodohannya tentang tuannya yang sebenarnya,
yaitu Allah SWT.
Andaikan
mereka mengetahui bahwa Allah berkuasa membuat apa saja yang dikehendaki-Nya,
baik berkuasa menjatuhkan dan menaikkan, membuat kaya dan membuat miskin,
menyenangkan dan menyusahkan, mengelokkan dan memburukkan, menghinakan dan
memburukkan, menghidupkan dan mematikan maupun apa saja, maka tentulah mereka
tidak akan menduga bahwa kebahagiaan dan kekayaan yang mereka nikmati itu akan
kekal dan tentulah mereka tidak akan merasa bangga dan sombong atau putus asa
dan kecewa, jika kekayaan dan kebahagiaan dihilangkan dari mereka.
Tindakan
mereka yang semacam ini disebabkan kebodohan mereka tentang dunia ini. Mereka
tidak mengetahui bahwa dunia ini adalah tempat ujian, tempat berusaha, tempat
bersakit-sakitan dan tempat bersusah payah. Dunia ini bagaikan dua lapisan
rasa, di luarnya adalah rasa pahit dan di dalamnya adalah rasa manis. Makanlah
dahulu yang pahit itu, barulah memakan yang manisnya. Seseorang hendaknya
merasakan yang pahit itu dahulu sebelum ia merasakan yang manis. Bersabarlah
kamu memakan yang pahit itu dahulu, agar kamu dapat memakan yang manisnya pula.
Oleh karena itu, barang siapa bersabar terhadap ujian-ujian di dunia ini, maka
ia berhak menerima hasil dan balasan yang baik dan bagus. Ibarat orang yang mau
memakan gaji. Bekerjalah dahulu, baru mendapatkan gaji. Lapisan yang pahit itu
harus dihabiskan lebih dahulu, baru lapisan yang manis akan didapatkan.
Oleh
karena itu, jika si hamba patuh kepada Allah, mengerjakan yang
diperintahkan-Nya dan meninggalkan yang dilarang-Nya, bertawakal bulat
kepada-Nya dan menuruti takdir-Nya serta bila ia telah memakan yang pahit,
iapun menghapuskan hawa nafsu keiblisannya dan menghancurkan tujuan kehendak
egonya, maka Allah akan memberinya kehidupan baru yang lebih baik, kebahagiaan,
keselamatan dan kemuliaan serta Allah akan memeliharanya dan memberikan
perlindungan kepadanya. Setelah itu, si hamba itupun menjadi seperti bayi yang
sedang disusui ibunya, yakni bayi itu tidak lagi perlu mencari makan, karena
ibunya telah memberinya makan. Allah akan memberinya rizki tanpa ia harus
bersusah payah atau berusaha keras di dunia ini dan juga di akhirat kelak.
Seorang
hamba janganlah menyangka bahwa ia tidak diuji dan bahwa karunia yang
diterimanya itu akan kekal. Ia harus bersyukur dan menyerahkan dirinya kepada
Allah semata-mata. Nabi Muhammad SAW pernah bersabda yang maksudnya lebih
kurang sebagai berikut, “Kemegahan dunia ini adalah perkara yang merusakkan.
Oleh karena itu, pertahankanlah diri kamu darinya dengan bersyukur.”
Mensyukuri
karunia kekayaan itu dilakukan dengan menyadarkan diri dan mengatakan kepadanya
bahwa karunia itu tidak lain hanyalah kepunyaan Allah yang dipinjamkan-Nya dan
diamanatkan-Nya kepada kita. Semuanya adalah milik Allah dan kita tidak
mempunyai apa-apa. Oleh karena itu, dalam masalah harta benda ini, kita tidak
boleh melanggar batas-batas yang telah ditentukan Allah dan gunakanlah harta
benda itu menurut kehendak-Nya. Keluarkanlah zakat dan sedekah. Tolonglah
orang-orang yang miskin papa. Orang-orang yang sedang berada dalam kesusahan
adalah menjadi tanggungan kita untuk memberikan nafkah kepadanya. Inilah arti
mensyukuri karunia kekayaan harta benda yang diberikan Allah kepada kita.
Sedangkan mensyukuri ni’mat anggota-anggota badan yang telah diberikan kepada
kita adalah dengan menggunakan badan itu untuk mematuhi perintah-perintah
Allah, meninggalkan larangan-Nya dan tidak berbuat dosa dan maksiat.
Inilah
cara-cara memelihara karunia Allah agar tidak terlepas dari kita. Siramlah
akarnya agar ia menjadi subur, daunnya rindang dan menghasilkan buah yang manis
yang menampakkan manfaat 64
kepada
badan, supaya badan itu dapat mematuhi Allah, dekat kepada-Nya dan selalu ingat
kepada-Nya serta supaya kita menerima rahmat dan kasih sayang Allah di akhirat
kelak dan dapat hidup kekal di surga bersama para Nabi, orang-orang yang benar,
para syuhada dan orang-orang saleh. Mereka ini adalah golongan orang-orang yang
dimuliakan.
Tetapi
jika seseorang itu terpengaruh dan tenggelam dalam kesenangan dan kemegahan
dunia ini saja, maka akan merugilah ia, di akhirat kelak ia akan menyesal
dengan tiada putus-putusnya dan nerakalah tempat tinggalnya.
Allah
menguji manusia dan ujian itu mempunyai bermacam-macam tujuan. Adakalanya
ditujukan untuk menghukum manusia akibat kesalahan dan dosa yang telah
dilakukannya. Adakalanya ditujukan untuk membuang dan membersihkan cacad orang
itu. Dan adakalanya pula ditujukan untuk meninggikan derajat orang itu agar ia
dapat bersama-sama dengan orang-orang yang memiliki ilmu kerohanian yang
mengalami berbagai kondisi dan posisi kerohanian. Mereka itu telah mengembara
di padang bencana dan kesusahan dengan menunggang kendaraan kasih sayang Allah
sambil ditiup oleh angin bayu penglihatan-Nya yang lemah lembut yang mengenai
gerak dan sikap mereka, karena ujian itu tidak bermaksud mencampakkan mereka ke
dalam neraka, tetapi sebaliknya. Dengan ujian itu, Allah menguji mereka untuk
memilih mereka, meneguhkan keimanan mereka dan membersihkan mereka, agar dapat
dibedakan antara iman dengan kufur dan antara tauhid dengan syirik, dan sebagai
balasannya orang itu diberi ilmu, rahasia dan cahaya.
Apabila
lahir dan batin orang-orang ini telah bersih dan hati mereka telah suci, maka
mereka ini akan menjadi orang-orang pilihan dan kekasih Allah serta mereka akan
mendapatkan rahmat di dunia dan di akhirat. Di dunia ini, rahmat itu melalui
hati mereka, sedangkan di akhirat nanti melalui jasmani mereka. Oleh karena
itu, bala bencana itu merupakan pencuci dan pembersih daki-daki syirik mereka
serta pemutus hubungan mereka dengan manusia, keduniaan dan hawa nafsu
kebinatangan dan keiblisan; di samping menjadi alat penghancur kebanggaan,
kesombongan dan ketamakan serta penghapus niat yang bukan karena Allah di dalam
beribadah seperti beribadah lantaran menghendaki surga dan sebagainya.
Tanda
bahwa ujian itu dimaksudkan sebagai hukuman adalah, seseorang bersabar apabila
datang ujian-ujian kepadanya lalu menangis dan mengeluh kepada orang lain.
Tanda bahwa ujian itu dimaksudkan sebagai pembersih dan pembuang kelemahan
ialah sabar dengan baik, tanpa mengeluh dan menunjukkan kesusahannya kepada
orang lain, dan tanpa berkeberatan untuk melaksanakan perintah Allah. Sedangkan
tanda bahwa ujian itu ditujukan untuk meninggikan derajat si hamba yang
menerima ujian itu adalah adanya kerelaan dan kesukaan hati serta kedamaian
terhadap perbuatan Allah, Tuhan Seru Sekalian Alam, dan dirinya sendiripun
hilang dalam ujian itu, sampai masa ujian itu berakhir.
AJARAN KEEMPATPULUH ENAM
Ada
sebuah hadits Nabi yang menyatakan bahwa Allah SWT berfirman, “Barangsiapa selalu mengingat Aku dan tidak ada waktu
baginya untuk meminta sesuatu kepada-Ku, maka Aku akan memberikan kepadanya
perkara yang lebih baik daripada apa yang Ku-berikan kepada orang yang meminta.”
Hal
ini dikarenakan apabila Allah hendak memilih seseorang yang beriman untuk
tujuan-Nya sendiri, maka orang itu akan dibawa-Nya melalui berbagai macam
kondisi dan posisi kerohanian dan mengujinya dengan bermacam-macam kesulitan
dan kesusahan. Allah menjadikannya miskin setelah kaya, bahkan sampai orang itu
hampir mengemis untuk mendapatkan rizkinya, namun Allah menolongnya dari menjadi
pengemis. Kemudian, orang itupun hampir meminjam kepada orang lain untuk
mencari rizkinya, namun Allah menyelamatkannya dari meminjam lalu memberinya
kerja. Setelah itu, orang itupun bekerja mencari nafkah hidupnya sebagaimana
yang telah dilakukan oleh Nabi.
Kemudian,
diberikan kesusahan kepada orang itu dalam mencari rizki dan, melalui ilham,
diperintahkan supaya ia mengemis. Sebenarnya, perintah semacam ini adalah
perintah rahasia yang hanya diketahui dan disadari oleh orang yang bersangkutan
itu saja. Allah menjadikan pekerjaan mengemis ini sebagai ibadah baginya dan
berdosalah jika ia tidak melakukannya. Pekerjaan ini dimaksudkan agar
kebanggaannya hilang dan egonya hancur. Ini merupakan latihan kerohanian.
Mengemis semacam ini adalah perintah dari Allah dan bukan jalan syirik.
Kemudian Allah melepaskan orang itu dari keadaannya tersebut lalu menyuruhnya
supaya meminjam. Perintah ini tidak boleh dibantah lagi, sebagaimana halnya
perintah untuk mengemis di atas.
Setelah
itu, Allah mengubah keadaan orang itu. Allah memutuskan hubungannya dengan
manusia dan menjadikannya hanya bergantung kepada Allah saja di dalam mencari
nafkah hidupnya. Apa saja yang ia kehendaki, hendaklah ia minta kepada Allah,
niscaya Allah akan mengabulkan permintaannya. Jika ia tidak meminta, maka Allah
tidak akan memberikan apa-apa kepadanya.
Kemudian,
keadaan itupun ditukar pula oleh Allah, yaitu dari meminta secara lisan kepada
meminta dengan hati saja. Maka, orang itupun meminta kepada Allah melalui
hatinya. Apa saja yang dimintanya akan diberikan oleh Allah kepadanya. Jika ia
meminta dengan lisan, maka Allah tidak akan memberinya. Demikian pula jika ia
meminta kepada manusia, maka ia tidak akan mendapatkan apa-apa dari manusia
itu.
Akhirnya,
keadaan inipun ditukar pula oleh Allah. Allah menghilangkan orang itu dari
dirinya sendiri, sehingga ia tidak lagi meminta-minta kepada-Nya, baik secara
rahasia maupun secara terbuka. Allah memberikan balasan kepada orang itu,
berupa apa saja yang membetulkan dirinya dan mengubah keadaan dirinya seperti
makanan, minuman, pakaian dan keperluan hidup apa saja, tanpa berusaha atau
terlintas dalam pikirannya. Allah akan menolongnya. Firman Allah, “Sesungguhnya pelindungku ialah Allah yang telah
menurunkan Al Kitab (Al Qur’an) dan Dia melindungi orang-orang yang saleh.” (QS 7:196)
Firman
Allah yang diterima Nabi itu benar-benar jelas, yaitu, “Yang tidak mempunyai kesempatan untuk meminta apa-apa
kepada-Ku, Aku akan memberinya lebih daripada apa yang Aku berikan kepada
mereka yang meminta.” Inilah peringkat ‘bersatu’ dengan Allah
dan inilah kedudukan wali-wali Allah biasa dan Abdal. Dalam peringkat ini, ia
diberi kekuasaan untuk menjadikan. Apa saja yang dikehendakinya, dengan ijin
Allah akan ia dapatkan. Allah berfirman, “Wahai
anak Adam, Aku-lah Tuhan. Tidak ada Tuhan kecuali Aku. Apabila aku katakan
kepada sesuatu, “Jadilah”, maka jadilah ia. Patuhlah kepada-Ku, sehingga jika
kamu katakan kepada sesuatu, “Jadilah”, maka jadilah ia.”
AJARAN KEEMPATPULUH TUJUH
Aku
bermimpi. Di dalam mimpiku itu datang seorang tua bertanya padaku, “Apa yang
membuat seorang hamba dekat kepada Allah ?” Aku menjawab, “Persis, ini ada awal
dan ada akhirnya. Awalnya ialah kuat beribadat dan ta’at. Akhirnya ialah ridha
dengan Allah, berserah diri kepada jalan-Nya dan bergantung penuh kepada-Nya.”
AJARAN KEEMPATPULUH DELAPAN
Hendaknya
orang yang beriman mengerjakan tugas yang wajib dahulu. Apabila tugas itu telah
dikerjakan dengan sempurna, barulah ia mengerjakan yang sunnat. Setelah
perkerjaan yang sunnat inipun dikerjakan dengan sempurna, maka ia boleh
mengerjakan yang lebih dari itu. Jika seseorang mengerjakan perkerjaan yang
sunnat, tetapi ia tidak mengerjakan pekerjaan yang wajib, maka orang ini adalah
orang yang bodoh. Jika ia mengerjakan pekerjaan yang sunnat sebelum mengerjakan
pekerjaan yang wajib, maka ibadatnya itu tidak akan diterima dan akan sia-sia
saja. Ibarat seorang raja yang menyuruh seorang rakyatnya untuk menjadi
hambanya, tetapi ia tidak pergi menjumpai raja, melainkan ia pergi menghambakan
dirinya kepada orang besar atau orang kenamaan bagi raja itu, padahal orang
besar atau orang kenamaan itupun adalah hamba raja itu juga.
Ali
bin Abi Thalib ra mengatakan bahwa Nabi SAW bersabda, “Perumpamaan orang yang melakukan shalat-shalat yang
bukan wajib, padahal shalat-shalat yang wajib itu banyak yang telah ia
tinggalkan, seperti seorang wanita hamil yang sebelum sampai masanya ia
melahirkan, ia telah keguguran. Dengan demikian, wanita itu tidak lagi hamil
dan tidak juga menjadi ibu.”
Orang
yang melakukan shalat-shalat yang bukan wajib dan meninggalkan shalat-shalat
yang wajib, maka shalatnya itu tidak akan diterima. Orang yang shalat ini juga
diumpamakan seperti orang yang berniaga, ia tidak akan mendapatkan keuntungan,
kecuali jika ia telah memegang modalnya dahulu. Orang yang mengerjakan shalat
yang bukan wajib, maka shalatnya itu tidak akan diterima, kecuali jika ia
mengerjakan shalat yang wajib dahulu. Orang yang mengerjakan shalat yang bukan
wajib dan bukan pula sunnat, dan ia meninggalkan keduanya, maka shalatnya itu
tidak akan diterima dan akan sia-sia saja. Oleh karena itu, di antara perkara
yang mesti kita hapuskan ialah perbuatan yang haram, menyekutukan Allah, tidak
ridha kepada hukum dan takdir Allah, menurut saja perkataan orang-orang dan
keinginan mereka serta tidak melakukan perintah Allah dan durhaka kepada-Nya.
Nabi Muhammad SAW bersabda, “Tidak
boleh menta’ati siapapun yang ia mendurhakai Allah.”
AJARAN KEEMPATPULUH SEMBILAN
Barangsiapa
memilih tidur daripada berjaga malam untuk shalat, maka pilihannya itu adalah
pilihan yang tidak baik dan akan mematikan hatinya, karena tidur itu sama saja
seperti mati. Tidur itu tidak sesuai dengan Allah, karena Dia tidak mempunyai
cacad dan cela atau kekurangan. Malaikat juga tidak tidur, karena mereka itu
dekat kepada Allah. Tidur juga tidak sesuai dengan orang-orang akhirat, karena
mereka itu adalah orang-orang yang suci dan mulia serta menurut mereka tidur
itu akan merusakkan keadaan kehidupan mereka. Oleh karena itu, semua kebaikan
itu terletak dalam berjaga malam dan semua kejahatan itu terletak dalam tidur
dan malas bekerja.
Orang
yang makan karena tamak, maka makannya akan banyak, tidurnya banyak, minumnya
banyak dan banyak pula kebaikan yang hilang darinya. Orang yang makan sedikit
perkara-perkara yang haram sama halnya dengan orang yang makan banyak perkara
yang halal dengan tamak dan rakus. Sebab, benda-benda yang haram itu melemahkan
dan menggelapkan iman. Apabila iman itu sudah gelap, maka tidak ada lagi
shalat, ibadah dan keikhlasan. Barangsiapa banyak memakan barang-barang halal
di luar perintah dan kehendak Allah, maka ia seperti orang yang makan sedikit
kenikmatan ibadah dan tidak mendatangkan kekuatan. Jadi, barang-barang yang
halal itu adalah cahaya yang ditambahkan kepada cahaya, sedangkan barang-barang
haram adalah kegelapan yang ditambahkan kepada kegelapan. Tentu saja tidak
baik. Oleh karena itu, memakan barang-barang yang halal dengan tamak dan tanpa
mengikuti kehendak dan perintah Allah bagaikan memakan barang-barang yang
haram, dan ini mengakibatkan tidur yang tidak mempunyai kebaikan.
AJARAN KELIMAPULUH
Mungkin
kamu berada dalam salah satu di antara dua keadaan ini :
1.
Jauh dari Allah SWT
2.
Dekat kepada Allah SWT
Sekiranya
kamu jauh dari Allah, maka janganlah kamu berdiam diri saja dan tidak mau
mengejar bagian kamu berupa karunia Allah, kebahagiaan, keselamatan dan
kemajuan dari hadirat Allah di dunia ini dan akhirat kelak. Mari ! Bangunlah
dan bersegeralah menuju Allah. Tinggalkan kemewahan dan foya-foya serta
barang-barang yang haram. Bersiap-siagalah dengan kesabaran untuk menghadapi
kesulitan dan kesusahan. Jauhkan dirimu dari manusia dan dari keinginanmu
terhadap dunia atau akhirat, agar kamu bisa ‘bersatu’ dengan Allah dan dekat
kepada-Nya. Setelah itu, barulah kamu akan mendapatkan apa yang kamu kehendaki.
Kamu akan diberi kemuliaan dan ketinggian derajat di sisi Allah. Jika kamu
telah masuk dalam golongan orang-orang yang diberi kehormatan, kasih sayang dan
rahmat oleh Allah, maka tunjukkanlah sopan santun dan ahlak yang baik serta janganlah
kamu merasa tinggi diri dengan karunia-Nya itu, agar kamu tidak lupa kepada
kewajibanmu terhadap Allah dan agar kamu tidak cenderung kembali kepada
kejahilan dan kegelapanmu semula. Firman Allah, “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit,
bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan
mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia.
Sesungguhnya manusia itu amat dholim dan amat bodoh.” (QS 33:72). Firman Allah pula, “Dan manusia mendoa untuk kejahatan sebagaimana ia
mendoa untuk kebaikan. Dan manusia adalah bersifat tergesa-gesa.” (QS 17:11)
Peliharalah
hati kamu dari kecenderungan kepada apa yang telah kamu tinggalkan berupa
manusia, hawa nafsu, keinginan, usaha dan kehilangan kesabaran, ridha dan
kebersesuaian dengan Allah semasa kamu ditimpa kemalangan dan kesusahan.
Sebaliknya, hendaklah kamu menyerahkan diri kamu kepada Allah seperti bola di
kaki pemainnya, atau seperti bayi di pangkuan ibunya, atau seperti mayat di
tangan orang-orang yang sedang memandikannya. Butakanlah mata hati kamu
terhadap apa saja selain Dia, supaya kamu tidak melihat sesuatu selain Allah,
tidak ada yang wujud, tidak ada yang memberikan mudharat, tidak ada yang
memberikan manfaat, tidak ada yang menolak pemberian dan tidak ada yang memberi
pemberian selain daripada Allah semata. Anggaplah mahluk itu, di masa kamu
susah dan menderita, sebagai cambuk Allah Yang Maha Agung yang dipukulkan
kepada kamu. Di masa kamu bahagia dan selamat, anggaplah mahluk itu sebagai
tangan Allah yang memberi rizki kepadamu.
AJARAN KELIMAPULUH SATU
Orang-orang
yang ta’at kepada Allah itu akan menerima balasannya dua kali. Pertama, ia
meninggalkan segala sesuatu dari dunia ini yang menuruti kehendak hawa nafsu
dan mengambil apa saja dari dunia ini yang manjadi ibadahnya kepada Allah.
Apabila ia telah memusuhi dirinya dan melawan hawa nafsunya serta keadaan ini
telah berdiri kokoh padanya, maka ia termasuk dalam golongan orang-orang yang
benar dan wali Allah. Kemudian, ia masuk ke dalam golongan Abdal dan ‘Arifin
(orang-orang yang mengetahui hakekat). Setelah itu, barulah ia diperintahkan
untuk mengambil dan berhubungan dengan keduniaan, karena di dalam dunia ini ada
bagian yang telah ditentukan untuknya yang tidak boleh ia buang. Apabila
perintah ini telah ia laksanakan, maka ia pun akan mengambil bagiannya di dunia
ini atau menerima penerangan tentang ilmu Allah. Dia berhubungan dengan dunia
dan berlaku sebagai kendaraan takdir yang telah dilantik oleh Allah.
Perbuatannya di dalam perbuatan itu, tanpa ia melibatkan dirinya di dalamnya,
tanpa ada keinginan, maksud atau usaha dari dirinya sendiri. Ia diberi pahala,
karena semua ini adalah balasannya yang kedua dan karena ia melakukan semua itu
dengan patuh kepada perintah Allah atau sesuai dengan perbuatan Allah di dalam
perkara itu.
Mungkin
ada pertanyaan, “Mengapa kamu mengatakan bahwa orang yang mencapai derajat itu
diberi ganjaran, sedangkan ia telah mencapai tingkat kerohanian yang tinggi,
telah termasuk ke dalam golongan Abdal dan Arifin, telah menjadi orang pilihan
Allah, orang yang dikasihi-Nya dan orang yang diridhai-Nya dan telah lenyap
dari manusia, dari dirinya sendiri, dari kemauan dan keinginannya sendiri serta
segala gerak dan diamnya, segala tutur kata dan perbuatannya adalah dari Allah
semata-mata, ia merasa dirinya tidak berharga apa-apa di hadapan kebesaran
Allah dan bahkan seluruh jiwa raga dan kepunyaannya telah ia serahkan kepada
Allah ?” Mungkin pula kamu bertanya, “Bagaimana orang seperti ini diberi
ganjaran, sedangkan ia tidak meminta apa-apa kepada Allah, ia menganggap
dirinya tidak berharga apa-apa lagi dan ia adalah hamba Allah semata-mata ?”
Jika kamu bertanya seperti itu, maka jawabannya adalah, “Memang, apa yang kamu
katakan itu adalah benar. Tetapi, Allah hendak melimpahkan berkat dan kasih
sayang-Nya kepada orang itu, dan Dia hendak memeliharanya dengan lemah lembut,
penuh kasih sayang dan keridhaan. Orang itu telah melepaskan tangannya dari
segala hal ihwal dirinya dan tidak mau meminta kesenangan di dunia ini, karena
kesenangannya telah disediakan untuknya di akhirat kelak. Ia tidak mau manfaat
yang ada pada dirinya itu dan juga tidak mau mengelakkan mudharat dari dirinya.
Sehingga ia menjadi seperti bayi yang berada di pangkuan ibunya, yang tidak
mengetahui apa-apa. Ia dipelihara dengan kasih sayang Allah dan diberi rizki
oleh-Nya.
Apabila
Allah telah melepaskan dari si hamba itu seluruh kecenderungannya terhadap
dirinya, maka Allah akan membuat hati manusia cenderung kepadanya dan memenuhi
hati mereka dengan kasih sayang untuk diberikan kepada si hamba itu, sehingga
semua orang akan mengasihi dan menyenanginya. Allah akan memelihara hamba itu
dengan sebaik-baiknya, sehingga tidak ada sesuatupun yang dapat mempengaruhinya
dan memberikan mudharat kepadanya. Oleh karena itu, Nabi Muhammad SAW bersabda
seperti yang difirmankan Allah di dalam Al Qur-an, “Sesungguhnya kawanku adalah Allah yang menurunkan Al
Qur’an dan Dia menolong orang-orang yang baik.”
AJARAN KELIMAPULUH DUA
Sesungguhnya
Allah akan menguji suatu golongan dari orang-orang yang beriman yang menjadi
wali-Nya, yang didekati-Nya dan yang diberi-Nya ilmu-ilmu kerohanian, supaya
mereka berdoa dan memohon kepada-Nya, dan Dia suka menerima doa dan permohonan
mereka. Apabila mereka berdoa dan memohon kepada Allah, maka Allah
memperkenankan doa dan permohonan mereka, agar Allah menampakkan kemurahan dan
keagungan-Nya kepada mereka. Kemurahan dan keagungan-Nya itu tampak ketika si
mu’min memohon ke hadirat Allah dan mengharapkan agar doanya itu diterima. Kadang-kadang,
doa dan permohonan itu diperkenankan-Nya tidak dengan segera, tetapi sesuai
dengan takdir dan hukum Allah dan bukannya tidak diterima. Oleh karena itu,
manakala si hamba ditimpa malapetaka, maka hendaklah ia bersabar dan memeriksa
dirinya sendiri, apakah ia melakukan dosa dan maksiat, tidak mematuhi Allah,
melakukan hal-hal yang haram dengan terang-terangan atau sembunyi-sembunyi
ataukah ia menyalahkan takdir. Sebab, ada kalanya ujian itu merupakan hukuman
akibat ia melakukan dosa. Jika malapetaka itu dihindarkan oleh Allah, maka akan
baiklah ia. Dan jika tidak, maka teruslah bersabar, memohon dan meratap kepada
Allah dengan penuh khidmat. Sebab, mungkin saja ujian itu sengaja ditimpakan
terus kepadanya, agar ia terus berdoa dan memohon kepada-Nya. Janganlah kamu
menyalahkan Allah lantaran Dia lambat mengabulkan doamu.
AJARAN KELIMAPULUH TIGA
Memohonlah
kepada Allah supaya kita bisa ridha kepada takdir-Nya dan bisa tenggelam di
dalam perbuatan Allah. Karena, di situlah terletak kedamaian dan surga dunia
ini dan itulah pintu gerbang Allah yang agung serta cara mencapai kasih sayang
Allah terhadap hamba-hamba-Nya yang beriman. Barangsiapa dikasihi oleh Allah,
maka orang itu tidak akan disiksa atau dihukum di dunia dan di akhirat. Dalam
merasa ridha kepada-Nya-lah dan dalam tenggelam di dalam perbuatan-Nya-lah
terletak hubungan dengan Allah dan kebersatuan serta keterpaduan dengan-Nya.
Janganlah
kamu terlena oleh kesenangan dan kemewahan dunia saja. Janganlah kamu hanya
mengharapkan dan mengingat apa yang telah ditentukan untukmu saja atau apa yang
tidak ditentukan untukmu saja. Jika kamu berusaha untuk mendapatkan apa yang
tidak ditentukan untukmu, maka itu adalah tanda kebodohan dan kejahilanmu, dan
itu merupakan hukuman berat yang ditimpakan kepadamu. Sebab, ‘diantara hukuman
yang paling berat ialah berusaha mendapatkan apa yang tidak ditakdirkan
untukmu’.
Jika
kamu diberi, maka itu tidak lain hanyalah ketamakanmu, menyekutukan
penyembahan-Nya, kasih sayang dan hakekat-Nya di dalam usaha mencarinya, karena
kamu terlena dalam hal yang selain Allah. Barangsiapa bersungguh-sungguh
mencari kesenangan dan kemewahan dunia, maka berarti ia tidak ikhlas dalam
mencintai Allah dan bersahabat dengan-Nya. Oleh karena itu, jika ada orang yang
mementingkan apa saja selain Allah, maka ia adalah seorang pembohong dan
pendusta.
Begitu
juga, jika ada orang yang menyembah Allah karena menghendaki sesuatu balasan
dari-Nya, maka ia adalah orang yang tidak ikhlas. Penyembahan yang ikhlas
adalah penyembahan karena Allah semata-mata dan mengakui ke-Tuhanan-Nya, yaitu
Rububiyyah-Nya (sifat-sifat Allah yang mengontrol dan memelihara alam semesta).
Orang yang ikhlas itu menyembah Allah karena ke-Tuhanan-Nya dan karena memang
Dia sajalah yang harus disembah. Sudah sepatutnya ia patuh dan mengabdikan
dirinya kepada Allah yang mengontrol segala-galanya, yang mengontrol dirinya,
gerak dan diamnya dan bahkan apa saja. Hamba itu dan segala apa saja yang
dimilikinya, sebenarnya, adalah kepunyaan Allah juga.Bagaimana tidak ? Seperti
telah aku katakan bahwa, semua perbuatan penyembahan adalah karunia Allah dan
limpahan kasih sayang-Nya kepada hamba-hamba-Nya, karena Dia-lah yang memberi
kekuatan kepada hamba-hamba itu untuk melakukan penyembahan tersebut dan Dia
jugalah yang memberikan kekuasaan kepada mereka untuk melakukannya.
Bersyukur
kepada-Nya adalah lebih baik daripada meminta balasan karena melakukan ibadah
atau penyembahan itu.
Mengapa
kamu ingin terlena dan bermati-matian memburu kesenangan dan kemewahan dunia
saja, padahal kamu telah melihat dan mengetahui bahwa kebanyakan manusia yang
mengejar kesenangan dan kemewahan dunia itu semakin bertambah ingkar, angkuh
dan lupa kepada Allah yang memberikan karunia itu kepada mereka, bahkan mereka
semakin bertambah loba dan tamak ? Mereka selalu memandang bahwa apa yang
mereka miliki itu masih terlalu kecil dan tidak baik, sedangkan apa yang
dimiliki oleh orang lain mereka anggap paling baik dan paling agung dan harus
mereka rebut. Dalam peristiwa rebut dan mengejar itu, umur semakin bertambah
tua, badan bertambah lemah, keringat menjadi kering, harta benda semakin
berkurang, hati bertambah gelap dan dosa semakin bertumpuk. Maka keadaan
hidupnya di dunia ini semakin bertambah hina dan buruk. Mereka lupa untuk
bersyukur kepada Allah yang memberikan karunia itu kepada mereka. Mereka
durhaka kepada Allah. Maka merugilah mereka di dunia dan di akhirat. Mereka
tidak bisa mendapatkan bagian orang lain yang mereka kejar itu. Umur mereka di
dunia ini sia-sia belaka dan di akhirat kelak lebih sia-sia lagi. Inilah
orang-orang yang paling hina, bodoh dan tidak mempergunakan akal dan pikiran
mereka.
Sekiranya
mereka bersyukur dan ridha dengan apa yang ada pada mereka serta patuh kepada
Allah, maka mereka tidak akan bersusah payah mengejar bagian mereka di dunia
ini, mereka akan menjadi orang-orang Allah dan mereka akan menerima apa mereka
minta dan mereka inginkan dari Allah. Semoga Allah menjadikan kita semua
orang-orang yang ridha dengan takdir-Nya. Semoga kita semua masuk dalam
majlis-Nya dan mendapatkan kesejahteraan, kekuatan dan kesehatan kerohanian.
Dan semoga Allah meridhai kita sekalian.
AJARAN KELIMAPULUH EMPAT
Barangsiapa
menghendaki akhirat, maka ia harus memalingkan dirinya dari dunia. Dan
barangsiapa mengendaki Allah, maka ia harus memalingkan dirinya dari akhirat
dan hendaklah ia membuang kehidupan keduniaannya karena Allah semat-mata.
Selagi masih ada kehendak kepada keduniaan sepeti kelezatan dan kemewahan
keduniaan, makan, minum, kawin, rumah, kendaraan, kekuasaan, pangkat,
sanjungan, memperdalam ilmu-ilmu selain rukun Islam yang lima itu beserta
hadits dan Al Qur’an, menginginkan kemiskinan dihilangkan darinya, ingin kaya,
ingin bahagia, tidak ingin terkena bencana, menginginkan faidah dan sebagainya;
terlintas dalam pikiran dan hati kamu, maka hal itu menunjukkan bahwa kamu
belum menjadi orang Allah, karena semua itu hanyalah untuk kepentingan diri
sendiri, kehendak jasmani dan kebahagiaan pikiran, serta semua itu adalah
keduniaan belaka.
Semua
itu harus dikikis habis dari hati. Pikiran harus dibersihkan dari
ingatan-ingatan kepadanya dan tanamkanlah perasaan suka dan senang untuk
mem-fana’-kan diri di dalam Allah, sekalipun tidak memiliki harta benda.
Biarkan hati itu bersih dari segala sesuatu selain Allah, agar hidup bersih di
dunia ini.
Apabila
orang itu telah melaksanakan semua ini dengan sempurna, maka seluruh keadaan
duka, sedih, resah dan gelisah akan hilang dari hati dan pikirannya. Kemudian,
ia akan hidup baik dan sentosa serta dekat kepada Allah. Nabi Muhammad SAW
pernah bersabda, “Tidak mempedulikan dunia itu akan
membawa kebahagiaan hati dan badan.”
Selagi
di dalam hati itu masih ada kecenderungan kepada keduniaan, maka selagi itu
pula masih ada kesedihan dan kedukaan. Hati itu akan merasa takut dan gelisah.
Hati semacam itu akan terhalang dari Allah. Semua keadaan seperti ini tidak
akan dapat dihilangkan, kecuali jika kecintaan terhadap dunia telah dikikis
habis dari hati itu.
Setelah
itu, janganlah mempedulikan kehidupan di akhirat seperti menghendaki surga,
bidadari, derajat yang tinggi di akhirat, tempat tinggal yang paling baik,
kendaraan surga, pakaian, minuman, makanan, hiasan dan keindahan di surga yang
telah disediakan oleh Allah untuk orang-orang yang beriman.
Oleh
karena itu, dengan beribadah, janganlah kita mengharapkan ganjaran di surga
kelak. Janganlah kita beribadah atau shalat karena kita mengharapkan ganjaran
di akhirat kelak atau di dunia ini. Hendaklah kita shalat dan beribadah karena
Allah semata-mata. Hanya dengan itu saja Allah akan memberikan ganjaran yang baik
kepada kita. Dengan itu Allah akan membawa kita dekat kepada-Nya dengan penuh
keridhaan dan kasih sayang-Nya. Allah telah menganugerahkan kebaikan dan ilmu
tentang Dzat-Nya kepada para Rasul, para Nabi, para Wali dan orang-orang yang
dikasihi-Nya. Dari hari ke hari, hamba itu akan bertambah maju. Kemudian, iapun
dimasukkan ke alam akhirat dan mengalami “apa yang tidak pernah dilihat oleh
mata kepala, apa yang tidak pernah didengar oleh telinga dan apa yang tidak
pernah terlintas dalam pikiran”, yang semua itu berada di luar pengetahuan dan
tidak dapat dibayangkan.
AJARAN KELIMAPULUH LIMA
Kesenangan
hidup ini dibuang sebanyak tiga kali. Pada mulanya, seorang hamba Allah berada
dalam kegelapan kejahilannya dan dalam keadaan yang yang tidak tentu arah, ia
bertindak sewenang-wenang dalam seluruh tindak-tanduk hidupnya dengan menuruti
hawa nafsu kebinatangannya semata-mata, tanpa mau mengabdikan dirinya kepada
Allah dan tanpa pegangan agama yang mengawal dirinya. Dalam keadaan seperti
ini, Allah melihatnya dengan penuh kasih sayang. Oleh karena itu, Allah
mengutus seorang penasehat kepadanya dari orang-orang yang termasuk dalam
golongannya yang juga seorang hamba Allah yang baik, dan satu penasehat lagi
yang terdapat dalam dirinya sendiri. Kemudian, kedua penasehat ini mempengaruhi
dirinya. Sehingga, hamba itu dapat melihat cacad yang ada pada dirinya seperti
mengikuti hawa nafsu saja dan tidak mengikuti yang haq (benar). Dengan
demikian, ia cenderung untuk mengikuti peraturan-peraturan atau hukum-hukum
Allah di dalam semua tindak-tanduknya.
Kemudian
hamba itu menjadi seorang Muslim yang berdiri tegak di dalam hukum-hukum Allah,
keluar dari keadaannya yang jahil dan meninggalkan hal-hal yang haram dan
meragukan. Hamba itu hanya mengambil perkara-perkara yang halal saja seperti
makan, minum, bepergian, kawin dan lain sebagainya yang kesemuanya diperlukan
untuk menjaga kesehatan dan kekuatan untuk patuh kepada Allah, asalkan ia
menerima sepenuhnya apa yang diberikan Allah kepadanya dan tidak boleh
melampaui batas serta tidak boleh keluar dari kehidupan dunia ini sebelum ia
pergi mendapatkannya dan menyempurnakannya.
Maka
berjalanlah ia di dalam hal-hal yang halal dalam seluruh keadaan hidupnya ini,
sehingga ia mencapai peringkat kewalian (wilayah) dan masuk ke dalam golongan
orang-orang yang membenarkan hakekat dan orang-orang pilihan Allah yang
menghendaki berdampingan dengan Allah SWT.
Setelah
itu, iapun hanya berjalan di dalam perintah Allah saja, dan di dalam dirinya ia
mendengar firman Allah yang maksudnya kurang lebih, “Buanglah dirimu sendiri dan marilah ke mari; buanglah
kelezatan dan kemewahan mahluk, jika kamu menghendaki Allah. Buanglah dunia dan
akhirat serta kosongkanlah diri dari segala-galanya. Merasa senanglah dengan
ke-Esa-an Allah. Buanglah syirik dan bersikap ikhlaslah. Kemudian, masuklah ke
dalam majlis ke-Tuhan-an dan mendekatlah kepada-Nya dengan bersujud dan
menghinakan diri serta tidak lagi mempedulikan hal-hal keduniaan dan
keakhiratan, atau mahluk atau kemewahan hidup.”
Apabila
ia telah sampai kepada peringkat ini dan telah teguh di dalamnya, maka ia akan
menerima pakaian kemuliaan dan kehormatan dari Allah, dan Allah akan
melimpahkan nur dan berbagai karunia. Lalu dikatakan kepadanya, “Pergunakanlah rahmat dan nikmat-Ku, dan janganlah
bersikap angkuh serta jangan pula membuang kehendak atau kemauan, karena
menolak pemberian-Ku itu bisa memberatkan Aku dan memperkecil kekuasaan-Ku”. Kemudian, iapun diberi pakaian yang mulia dan terhormat itu,
tanpa ia sendiri memainkan peranan di dalam perkara tersebut. Sebelum itu, ia
diselimuti oleh kemauan hawa nafsunya sendiri saja, lalu dikatakanlah
kepadanya, “Selimutilah dirimu dengan rahmat
dan karunia Allah.”
Jadi,
bagi dia, ada empat peringkat di dalam mencapai kebahagiaan dan bagiannya.
Peringkat pertama, ialah kehendak hawa nafsu kebinatangan semata dan ini adalah
diharamkan. Peringkat kedua, ialah menuruti hukum dan undang-undang Allah, dan
ini diperbolehkan. Peringkat ketiga adalah peringkat-peringkat batin, dan ini
adalah peringkat kewalian (wilayah) dan membuang hawa nafsu kebinatangan.
Peringkat keempat adalah peringkat keridhaan dan karunia Illahi, di sini
lenyaplah kehendak dan maksud diri. Inilah peringkat Badaliyyat. Hamba itu
masuk ke dalam majlis ke-Tuhan-an Yang Maha Tinggi, ia berserah bulat kepada
Allah dan menuruti perbuatan Allah semata-mata. Inilah peringkat di mana ia
terus mendapatkan ilmu Allah dan mempunyai sifat-sifat yang baik. Seorang hamba
tidak boleh dikatakan benar dan baik, jika ia belum mencapai peringkat ini.
Ini
sesuai dengan firman Allah yang maksudnya lebih kurang, “Sesungguhnya kawanku ialah Allah yang menurunkan Al
Qur’an dan Dia menolong orang-orang yang baik.”
Oleh
karena itu, hamba yang telah mencapai peringkat keempat ini tidak lagi
mempergunakan apa-apa yang memberikan manfaat kepada dirinya dan tidak pula
menghindarkan apa-apa yang
memberikan
mudharat kepada dirinya. Ia seperti bayi di pangkuan ibunya atau seperti mayat
di tagan orang-orang yang sedang memandikannya. Ia hanya bergantung kepada
qadha’ dan qadar Allah semata-mata, tanpa memilih dan tanpa berusaha apa-apa.
Ia kembali kepada Allah untuk melakukan apa saja karena-Nya. Ia tidak mempunyai
apa-apa lagi. Kadang-kadang Allah memberinya kesusahan dan kadang-kadang
memberinya kesenangan. Kadang-kadang ia kaya dan kadang-kadang ia miskin papa.
Ia tidak mau memilih atau menginginkan suatu posisi atau pertukaran posisi.
Sebaliknya, ia ridha dan senang hati kepada apa saja yang diperbuat Allah
terhadapnya. Inilah peringkat terakhir dalam pengembaraan kerohanian yang dicapai
oleh para Abdal dan Aulia.
AJARAN KELIMAPULUH ENAM
Apabila
seorang hamba Allah telah mengusir segala mahluk, dirinya sendiri, kehendak dan
keinginannya, baik mengenai keduniaan maupun keakhiratan dari dalam hatinya,
maka ia tidak akan menghendaki apa-apa lagi selain Allah. Hatinya kosong dari
apa saja selain Allah. Setelah itu, barulah ia sampai masuk ke dalam majlis
Tuhan Yang Maha Tinggi. Ia mencintai Allah dan Allah mencintainya. Allah
menjadikan seluruh mahluk mencintai hamba itu pula. Kecintaan hamba dalam
peringkat ini hanya ditujukan kepada Allah dan ia menginginkan kedekatan kepada
Allah. Allah akan membukakan pintu rahmat-Nya bagi hamba itu dan pintu itu
tidak lagi tertutup baginya. Dengan demikian, lelaplah hamba itu di dalam
Allah. Ia berniat karena Allah, ia bertindak karena Allah, dan ia diam serta
bergerak karena Allah. Ringkasnya, ia adalah alat bagi Allah Yang Maha Besar.
Hamba itu tidak melihat apa-apa lagi selain Allah. Kemudian, seakan-akan Allah
menjanjikan sesuatu kepada hamba itu, tetapi janji itu tidak ditunaikan-Nya dan
apa yang diharapkan oleh hamba itu dari janji tersebut tiada diperolehnya. Hal
ini, karena kehendak, kemauan dan pencarian kemewahan itu telah hilang.
Kemudian, seluruh diri hamba itu akan menjadi perbuatan dan objek Allah
semata-mata. Oleh karena itu, di sini tidak terdapat perkara ‘dipenuhinya
janji’ atau ‘tidak dipenuhinya janji’, karena perkara itu hanya terdapat pada
orang yang masih mempunyai kemauan atau kehendak sendiri. Dalam keadaan ini,
janji Allah bagi orang yang berada dalam peringkat ini bisa diibaratkan sebagai
orang yang telah berniat hendak melakukan sesuatu perkara, lalu niat itu
bertukar kepada yang lain, sehingga niat pertama tadi batal, sebagaimana Allah
menukar wahyu yang membatalkan wahyu yang terdahulu, seperti firman Allah, “Apa saja ayat yang Kami nasakhkan, atau Kami jadikan
(manusia) lupa kepadanya. Kami datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang
sebanding dengannya. Tiadakah kamu mengetahui bahwa sesungguhnya Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu ?” (QS 2:106)
Nabi
Muhammad SAW bersih dari kehendak dan kemauan sendiri, kecuali dalam
peristiwa-peristiwa tertentu yang Allah firmankan di dalam Al Qur’an. Misalnya,
dalam masalah tawanan perang ketika perang Badar, Allah berfirman, “Tidak patut bagi seorang Nabi mempunyai tawanan
sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi. Kamu menghendaki harta
benda duniawiyyah, sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu). Dan
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Kalau sekiranya tidak ada ketetapan
yang terdahulu dari Allah, niscaya kamu ditimpa siksaan yang besar karena
tebusan yang kamu ambil.” (QS 8:67-68)
Nabi
adalah objek (alat) Allah. Allah tidak membiarkan Nabi tetap tinggal dalam satu
keadaan, satu perkara dan satu janji saja, tetapi Allah menukarkan dan
memindahkan beliau ke dalam takdir-Nya dan membiarkan beliau memegang tali
takdir itu. Dengan demikian, Allah akan memindahkan beliau dari suatu keadaan
ke keadaan atau tempat dalam takdir-Nya dan mengawasi beliau dengan firman-Nya,
“Tiadakah kamu mengetahui bahwa
sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu ?” (QS 2:106)
Dengan
perkataan lain, kamu berada dalam takdir atau qadha’ dan qadar Allah semata.
Kamu berada di dalam lautan takdir Allah dan gelombang takdir itu menghempasmu
ke sana ke mari. Oleh karena itu, posisi akhir kewalian adalah posisi awal
ke-Nabi-an. Tidak ada lagi peringkat yang lebih tinggi daripada peringkat
wilayah (kewalian) dan badaliyyah, kecuali peringkat ke-Nabi-an.
AJARAN KELIMAPULUH TUJUH
Semua
keadaan pengalaman kerohanian itu adalah keadaan kontrol diri (self control)
atau kesabaran, karena wali diperintahkan untuk menjaganya. Apa saja yang
diperintahkan untuk dijaga itu memerlukan kesabaran. Menurut takdir Illahi, itu
adalah keadaan yang menyenangkan, karena seseorang tidak diperintahkan untuk
menjaga apa-apa kecuali dirinya sendiri yang berada di dalam takdir itu. Oleh
karena itu, hendaknya seorang wali tidak berselisih faham takdir Illahi.
Hendaklah ia tidak memusingkan apa saja yang ditimpakan atau ditakdirkan oleh
Allah kepadanya, baik itu berupa kebaikan maupun berupa kejahatan. Hendaklah ia
ridha dan senang hati terhadap apa saja yang diperbuat Allah. Keadaan
pengalaman itu mempunyai batas-batas. Maka ia diperintahkan untuk menjaga
batas-batas itu. Sedangkan perbuatan Allah, yaitu takdir atau qadha’ dan
qadar-Nya, tidak mempunyai batas-batas yang harus dijaga.
Tanda
yang menunjukkan bahwa hamba itu telah mencapai posisi takdir dan perbuatan
Allah serta kesenangan adalah bahwa ia diperintahkan supaya memohon kemewahan
setelah ia diperintahkan supaya membuang dan menjauhkannya. Karena apabila
hatinya telah kosong dari apa saja selain Allah, maka iapun akan diberi
kesenangan dan ia diperintahkan supaya memohon apa-apa yang telah ditetapkan
Allah untuknya. Permohonannya itu pasti dikabulkan oleh Allah, agar
kedudukannya, keridhaan Allah terhadapnya dan perkenan Allah terhadap doa dan
permohonannya menjadi nyata dan berdiri dengan sebenarnya. Menggunakan mulut
untuk meminta sesuatu kenikmatan dan karunia Allah itu menunjukkan
kesenangannya terhadap apa yang telah diterimanya, setelah bersabar beberapa
lama, setelah keluar dari semua keadaan pengalaman kerohanian dan
pengembaraannya dan setelah menahan diri berada di dalam batasan.
Jika
ada pertanyaan atau pembahasan yang menyatakan bahwa tidak
bersungguh-sungguhnya si hamba di dalam menjaga dan mengikuti hukum-hukum atau
syari’at itu akan membawa hamba itu ke lembah atsim (tidak percaya adanya
Allah) dan keluar dari Islam atau tidak mematuhi firman-Nya ini, “… dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang
diyakini (ajal).” (QS 15:99), maka aku menjawab bahwa ini
bukan berarti bahwa hamba itu tidak akan menjadi atsim (orang yang tidak
percaya kepada adanya Allah) atau keluar dari Islam atau tidak mematuhi
firman-Nya itu, dan ini juga bukan berarti membawa hamba tadi ke lembah yang
tidak diinginkan itu, karena Allah Maha Pemurah dan tidak akan membiarkan
Wali-Nya terjerumus ke dalam lembah yang hina itu. Hamba yang dekat kepada-Nya
itu sangat disayangi-Nya dan tidak akan dibiarkan jatuh cacad di dalam syari’at
dan agama-Nya, tetapi hamba itu tetap berada dalam pemeliharaan Allah. Allah
tidak akan membiarkannya ditimpa dosa, tetapi akan tetap memeliharanya berada
dalam batas hukum dan undang-undang yang dibuat-Nya, tanpa hamba itu bersusah
payah atau sadar melakukan semua itu, karena ia terlalu dekat kepada Allah Yang
Maha Agung. Allah berfirman yang maksudnya kurang lebih, “Demikianlah, Kami hindarkan ia dari dosa dan maksiat.
Sesungguhnya ia termasuk dalam hamba-hamba-Ku yang ikhlas.” “Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak
ada kekuasaan bagimu terhadap mereka, kecuali orang-orang yang mengikut kamu,
yaitu orang-orang yang sesat.” (QS
15:42) “… tetapi hamba-hamba Allah yang
dibersihkan (dari doa).” (QS 37:40)
Wahai
manusia, orang-orang seperti itu ditinggikan derajatnya oleh Allah dan mereka
adalah objek Allah. Mereka dekat kepada Allah dan berada dalam rahmat kasih
sayang pemeliharaan Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Bagaimana
bisa iblis akan mendekati mereka ? Bagaimana bisa perkara-perkara dosa dan
maksiat mencacadi mereka ? Mengapa kamu lari dari rahmat Allah dan mengabdikan
dirimu kepada kedudukan (derajat) ? Kamu telah mengatakan sesuatu yang tidak
baik.
Semoga
tuduhan yang tidak sopan itu dibinasakan oleh Allah dengan kekuasaan, rahmat
dan kasih sayang-Nya. Semoga Allah memelihara kita berada dalam kesempurnaan
serta memelihara kita dari dilanda dosa dan noda. Mudah-mudahan Allah
senantiasa memberkati kita dan memelihara kita dengan kasih sayang-Nya yang
tidak terhingga.
AJARAN KELIMAPULUH DELAPAN
Tutup
mata hatimu dari melihat segala sesuatu selain Allah. Selagi mata hatimu masih
melihat semua itu, maka karunia Allah dan kedekatan kepada-Nya tidak akan
terbuka bagimu. Oleh karena itu, tutuplah semua itu dengan kesadaran bertauhid
kepada Allah, mem-fana’-kan diri kamu dan dengan ilmu kamu. Setelah itu, akan
terbukalah mata hatimu untuk melihat Allah Yang Maha Besar. Kamu akan
melihat-Nya dengan mata hatimu, apabila Dia datang dengan pancaran cahaya
hatimu, dengan keimanan dan kepercayaanmu yang teguh. Ketika itu, tampaklah
satu nur dari hatimu lalu memancar keluar, ibarat cahaya lampu dari dalam rumah
yang memancar lewat sela-sela dan celah-celah dinding rumah itu lalu menerangi
malam yang gelap gulita. Maka, diri dan anggota badan kamu akan merasa senang
terhadap janji dan karunia-Nya, bukan terhadap janji dan hadiah yang datang
langsung dari selain Dia.
Oleh
karena itu, sayangilah dirimu dan janganlah engkau dholimi. Janganlah engkau
campakkan dirimu ke dalam kegelapan kebodohan dan kejahilanmu, agar engkau
tidak melihat segi-segi mahluk dan mengagumi kekuasaan dan kepintarannya,
sehingga terpedaya dan bergantung padanya. Jika kamu hanya melihat segi-segi
mahluk saja, maka semua segi itu akan tertutup bagimu dan segi karunia Allah
tidak akan terbuka untukmu, kemudian kamu akan mendapatkan hukuman, karena kamu
telah bersikap syirik.
Apabila
kamu menyadari ke-Esa-an Allah, melihat karunia-Nya, berharap kepada-Nya, tidak
berharap kepada yang lain dan menutup mata hatimu terhadap yang lain selain
Dia, maka Allah akan mendekatimu dan melimpahkan rahmat-Nya kepadamu. Kamu akan
diberi rizki, makan dan minum, layanan pengobatan, kebahagiaan, kesentosaan dan
pertolongan serta menjadikan kamu sebagai pemerintah. Kamu akan dihilangkan
dari mahluk dan dari diri kamu sendiri. Setelah itu, kamu tidak akan lagi
memandang kaya atau miskin.
AJARAN KELIMAPULUH SEMBILAN
Kamu
berada dalam salah satu di antara dua keadaan: menderita dan sentosa. Jika kamu
menderita, maka hendaklah kamu bersabar, walaupun dengan usahamu sendiri, ini
adalah peringkat yang paling tinggi. Kemudian hendaklah kamu memohon supaya
ridha dengan qadha’ dan qadar Allah serta lelap di dalam qadha’ dan qadar itu.
Ini sesuai dengan para Abdal, orang-orang yang memiliki ilmu kebatinan dan
orang-orang yang mengetahui Allah SWT.
Jika
kamu berada dalam kesentosaan, maka hendaklah kamu memohon supaya kamu dapat
bersyukur. Syukur ini dapat dilakukan dengan lidah, dengan hati atau dengan
anggota badan.
Bersyukur
dengan lidah adalah menyadarkan diri kita bahwa karunia itu datang dari Allah
dan tidak menyekutukan-Nya dengan manusia, diri kamu, usaha, kekuasaan, gerak
dan daya kamu atau orang lain, walaupun karunia itu sampai kepadamu melalui
diri kamu atau orang lain. Diri kamu dan orang lain itu hanyalah merupakan alat
Tuhan saja. Pada hakekatnya, yang memberi, yang menggerakkan, yang mencipta,
pelaku dan sumber karunia itu adalah Allah semata. Pemberi, pencipta dan pelaku
itu adalah Allah. Hal ini sama dengan orang yang memandang baik terhadap tuan
yang memberi hadiah dan bukan terhadap hamba pembawa hadiah tersebut. Firman
Allah, “Mereka hanya mengetahui yang
lahir saja dari kehidupan dunia, sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat
adalah lalai.” (QS 30:7)
Firman
ini ditujukan kepada orang-orang yang bersikap salah di dalam mensyukuri
karunia. Mereka hanya dapat melihat yang lahir saja dan tidak melihat apa yang
tersembunyi di balik itu. Inilah orang-orang yang jahil dan terbalik otaknya.
Lain halnya dengan orang-orang yang berakal sempurna, mereka dapat melihat
ujung setiap perkara.
Bersyukur
dengan hati adalah mempercayai dan meyakini dengan sesungguhnya bahwa kamu dan
apa saja yang kamu miliki seperti kebaikanmu dan kesenanganmu, lahir dan
batinmu serta gerak dan diammu ialah datang dari Allah Yang Maha Kaya dan Maha
Pemurah.
Syukur
kamu dengan lisan akan menyatakan apa yang tersembunyi di dalam hatimu,
sebagaimana firman Allah, “Dan
apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya). Dan bila
kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta
pertolongan.” (QS 16:53). Firman-Nya lagi, “Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah
menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan
menyempurnakan untukmu ni’mat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada
yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan
tanpa Kitab yang memberi penerangan.” (QS
31:20)
Dari
semua ayat tersebut di atas, dapatlah diketahui bahwa menurut pandangan seorang
Muslim tidak ada yang memberi sesuatu selain Allah.
Bersyukur
dengan menggunakan anggota badan ialah menggunakan anggota badan itu hanya
untuk beribadah kepada Allah dan mematuhi perintah-Nya. Kamu dilarang melakukan
perintah mahluk, jika perintah itu bertentangan dengan perintah Allah atau
penentang Allah. Termasuk ke dalam mahluk ini ialah diri kamu sendiri,
kehendakmu dan lain-lain. Ta’atlah kepada Allah yang semua mahluk takluk
kepada-Nya. Jadikanlah Dia pemimpinmu. Jadikanlah selain Allah sebagai perkara
sekunder atau perkara yang dikemudiankan setelah Allah. Jika kamu lebih
mementingkan atau mendahulukan yang lain selain Allah, maka kamu telah
menyeleweng dari jalan yang lurus dan benar, kamu men-dholim-i diri kamu
sendiri, kamu menjalankan perintah yang bukan didatangkan oleh Allah kepada
orang-orang yang beriman dan kamu menjadi pengikut jalan yang bukan jalan
orang-orang yang Allah beri nikmat.
Allah
berfirman, “Dan Kami telah tetapkan terhadap
mereka di dalamnya (At-Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata
dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi,
dan luka-luka (pun) ada kisasnya. Barangsiapa yang melepaskan (hak kisas)nya,
maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. Barangsiapa tidak
memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah
orang-orang yang dholim.” (QS 5:45). Dan
Allah berfirman pula, “Dan
hendaklah orang-orang pengikut Injil, memutuskan perkara
menurut apa yang diturunkan Allah di dalamnya.
Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka
mereka itu adalah orang-orang yang fasik.” (QS
5:47)
Mereka
yang dholim dan melanggar batas-batas Allah akan menempati neraka yang bahan
apinya terdiri atas manusia dan batu. Sekiranya kamu tidak tahan merasakan
demam walau sehari saja di dunia ini atau terkena panas api walau sedikit saja
di dunia ini, maka bagaimana mungkin kamu akan sanggup tinggal di dalam api
neraka ? Oleh karena itu, larilah segera dan mintalah perlindungan kepada
Allah.
Berhati-hatilah
terhadap perkara-perkara tersebut di atas, karena selama hidupmu kamu tidak
akan dapat bebas dari batas-batas Allah, baik kamu berada dalam dukacita maupun
dalam sukacita. Bersabarlah jika ditimpa dukacita dan bersyukurlah juka
menerima sukacita. Janganlah kamu marah kepada orang lain, apabila kamu ditimpa
musibah dan jangan pula kamu menyalahkan Allah serta meragukan kebijaksanaan
dan pilihan-Nya untuk kamu di dunia dan di akhirat. Janganlah kamu berharap
kepada orang lain untuk melepaskan kamu dari malapetaka, karena hal itu akan
menjerumuskan kamu ke lembah syirik.
Segala
sesuatu itu adalah milik Allah dan tidak ada yang turut memilikinya bersama
Dia. Tidak ada yang memberikan mudharat dan manfaat, menimbulkan bencana atau
kedamaian dan membuat sakit atau sehat, melainkan Allah jua. Allah menjadikan
segalanya. Oleh karena itu, janganlah kamu terpengaruh oleh mahluk, karena
mereka itu tidak mempunyai daya dan upaya. Hendaklah kamu selalu bersabar,
ridha, menyesuaikan dirimu dengan Allah dan tenggelamkan dirimu ke dalam lautan
perbuatan-Nya.
Jika
kamu tidak diberi seluruh berkat dan karunia ini, maka kamu perlu memohon
kepada Allah dengan merendahkan dirimu dan ikhlas. Akuilah dosa dan kesalahanmu
serta mintalah ampun kepada-Nya. Akuilah ke-tauhid-an dan karunia Allah.
Nyatakanlah bahwa kamu tidak menyekutukan apa-apa dengan Allah Yang Maha Esa
dan ridhalah dengan-Nya, sehingga suratan takdir dan malapetaka itu berlalu dan
dihindarkan dari kamu. Setelah tiba saat bencana itu habis, maka datanglah
kesenangan dan kesentosaanm sebagaimana terjadi kepada Nabi Ayyub as, seperti
hilangnya gelap malam dan terbitnya terang siang atau seperti berakhirnya musim
dingin dan bermulanya musim panas. Sebab, segala sesuatu itu mempunyai batas,
waktu dan matinya. Segala sesuatu itu mempunyai lawannya. Oleh karena itu,
kesabaran adalah merupakan kunci, awal dan akhir serta jaminan kebajikan. Nabi
Muhammad SAW pernah bersabda, “Pertalian
antara sabar dengan iman itu bagaikan kepala dengan badan.”. Dan beliau bersabda pula, “Sabar
itu adalah keseluruhan iman.”
Kadang-kadang
syukur itu datang melalui rasa senang menikmati karunia Illahi yang dilimpahkan
kepada kamu. Maka, syukur kamu itu adalah menikmati karunia-Nya di dalam
keadaan fana’-nya diri kamu dan hilangnya kemauan serta keinginan kamu untuk
menjaga dan memelihara batas-batas hukum. Inilah titik atau stasiun kemajuan
terjauh yang bisa dicapai. Ambillah contoh teladan dari apa yang telah
kukatakan kepadamu, niscaya jika Allah menghendaki, kamu akan mendapatkan
bimbingan Allah Yang Maha Mulia.
AJARAN KEENAMPULUH
Awal
kehidupan kerohanian (pengembaraan kerohanian) ialah keluar dari kehendak hawa
nafsu, memasuki jalan hukum (syari’at) lalu masuk ke dalam takdir, dan setelah
itu kembali masuk ke dalam kehendak nafsu, tetapi masih berada di dalam
lingkaran hukum. Dengan demikian, kamu dapat keluar untuk memenuhi nafsumu di
dalam hal makanan, minuman, pakaian, perkawinan, perumahan, kecenderungan dan
kebebasan serta masuk ke dalam hukum-hukum (syari’at) Allah. Hendaklah kamu
mengikuti Al Qur’an dan Al Hadits.
Allah
SWT berfirman, “Apa saja harta rampasan (fai-I)
yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya yang berasal dari penduduk kota-kota,
maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta-harta
itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa
yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya
bagimu, maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
sangat keras hukuman-Nya.” (QS 59:7). Allah
juga berfirman, “Katakanlah, “Jika kamu
(benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan
mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS 3:31)
Kemudian
kamu akan dikosongkan dari kehendak hawa nafsumu, dirimu dan ketidakpatuhanmu
serta lahir dan batinmu; tidak ada lagi yang tinggal di dalam dirimu selain
daripada keesaan Allah dan tidak ada yang tinggal di lahir kamu selain daripada
ketaatan kepada Allah di dalam melaksanakan perintah dan meninggalkan
larangan-Nya. Ini akan melekat pada kamu, sehingga menjadi pakaian kamu dan
kekal pada kamu. Kemudian, segala tindak-tanduk, perangai, tingkah-laku dan
bahkan diam dan gerak kamu di dalam seluruh keadaan, siang dan malam, baik di
dalam perjalanan maupun bukan, di dalam kesusahan maupun di dalam kesenangang,
di dalam keadaan sehat maupun di dalam keadaan sakit dan bahkan di dalam semua
keadaan dan waktu adalah di dalam kepatuhan dan ketaatan kepada Allah
semata-mata.
Setelah
itu, kamu akan dibawa menuju lautan takdir dan dikontrol oleh takdir itu. Kamu
akan terlepas dari usaha, daya dan upaya serta kekuasaan dan kekuatan. Kamu
akan mendapatkan bagian-bagianmu yang kalau dituliskan dengan tinta, maka tinta
itu akan kering dan penapun akan tumpul, yang tidak dapat diceritakan. Ilmu
tentang itu telah berlalu. Bagian-bagianmu akan diberikan kepadamu. Kamu akan
diberi perlindungan dan keselamatan di dalam batas-batas hukum Allah, dan kamu
akan dikekalkan di dalamnya. Kamu akan bersesuaian dengan Allah. Kamu akan
senantiasa berada dalam peraturan dan hukum-hukum Allah dan Dia akan
meringankan perasaan beratmu di dalam menjalankan perintah-perintah Allah.
Allah
berfirman, “Sebagaimana (Kami telah memberi
peringatan), Kami telah menurunkan (azab) kepada orang-orang yang membagi-bagi
(Kitab Allah).” (QS 15:90). Firman-Nya pula, “… demikianlah, agar Kami memalingkan daripadanya
kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang
terpilih.” (QS 12:24)
Perlindungan
Allah akan menemani kamu, sehingga kamu menemui Tuhanmu dengan rahmat-Nya.
Itulah bagian yang telah ditentukan untuk kamu, dan itu adalah bagian yang
ditahan untuk sampai kepadamu ketika kamu mengembara di padang pasir kehendak
hawa nafsumu, karena hal itu akan memberatkan kamu. Jadi, kamu tidak diberati
lagi. Jika tidak ditahan, tentulah kamu akan menanggung beban yang memberatkan
dan meletihkan kamu serta menyelewengkan kamu dari maksud dan tujuanmu. Dengan
ini, kamu akan sampai ke peringkat fana’. Inilah kedekatanmu dengan Allah dan
ilmu-Nya. Kamu mendapatkan limpahan rahasia dan berbagai ilmu. Dan kamu sampai
ke lautan nur (cahaya) dan bahaya tidak akan dapat membahayakan nur itu lagi.
Keadaan
kebiasaan manusia itu akan tetap ada sampai nyawa berpisah dengan badan. Hal
ini dimaksudkan agar ia dapat menikmati sepenuhnya bagian-bagian yang telah
ditentukan untuknya. Jika keadaan kebiasaan itu telah lenyap dari manusia, maka
manusia itu akan masuk dalam golongan para malaikat. Jika demikian keadaannya,
maka sistem yang telah ditentukan itu akan kacau dan kebijaksanaan Allah pun
akan tercacadi. Karenanya, keadaan kemanusiaan itu akan tetap tinggal pada
kamu, agar kamu dapat menikmati sepenuhnya apa yang telah ditetapkan dan
ditentukan untukmu.
Nabi
Muhammad SAW bersabda, “Ada
tiga perkara dari dunia ini yang aku sukai: wangi-wangian, wanita dan kesejukan
mataku di dalam shalat.”
Apabila
Nabi Muhammad SAW telah lenyap dari dunia dan seisinya ini serta bagian-bagian
yang ditahan untuk sampai kepadanya semasa beliau berada dalam pengembaraannya
menuju Allah dikembalikan kepadanya, maka semua itu akan diambil-Nya, agar
beliau bersesuaian dengan Allah, ridha terhadap perbuatan-Nya, taat kepada
perintah-Nya, sifat-sifatnya menjadi suci, rahmatnya menyeluruh dan
keberkatannya bersama dengan para Aulia dan para Nabi. Demikian pula para Wali
itu berada di dalam keadaan ini. Bagian dan kesenangan dikaruniakan kembali
kepadanya setelah ia fana’, dan semua ini masih berada dalam batas-batas hukum
Allah. Menurut istilah orang-orang sufi, ini adalah kembali dari suatu
destinasi (tempat yang dituju) menuju tempat semula.
AJARAN KEENAMPULUH SATU
Setiap
mu’min harus mengadakan pemeriksaan dan penelitian terlebih dahulu serta tidak
boleh tergesa-gesa ketika bagian-bagiannya sampai kepadanya dan ia terima,
sampai datang perintah hukum yang menyatakan bahwa bagian itu dibolehkan
untuknya dan ilmu Allah yang menghalalkan dan membenarkan bahwa bagian itu
adalah untuknya. Nabi bersabda, “Sesungguhnya
orang mu’min itu berwaspada, sedangkan orang munafik itu terus menerkam apa
saja yang datang kepadanya.” Beliau juga
bersabda, “Orang mu’min itu tidak
terburu-buru.” “Buanglah
segala sesuatu yang menimbukan keraguan di dalam hatimu dan terimalah segala
sesuatu yang tidak meragukan.”,
demikian sambung beliau.
Jadi,
orang mu’min itu selalu berhati-hati terhadap semua perkara seperti makanan,
minuman, pakaian, perkawinan dan apa saja yang sampai kepadanya. Ia tidak akan
asal menerima saja (nerimo), kecuali jika ia telah yakin bahwa perkara itu
halal. Ini di dalam peringkat mu’min biasa. Sedangkan dalam peringkat wilayah
(kewalian), maka terlebih dahulu ia mendengarkan perintah hatinya; jika hatinya
itu menghalalkan, maka barulah ia menerimanya. Jika dalam peringkat Abdal dan
Ghauts, maka ia menentukannya dengan ilmu Allah. Dan jika dalam peringkat
fana’, peringkat terakhir, maka ia mengikuti perbuatan Allah, dan ini adalah
takdir itu sendiri.
Masih
ada satu peringkat keadaan lagi, di mana seorang menerima apa saja yang datang
kepadanya selagi masih mengikuti hukum-hukum syari’at atau perintah hati atau
ilmu Allah. Tetapi, jika ketiga perkara tersebut melarangnya, maka apa yang
dilarangnya itu tidak akan diterima olehnya. Keadaan peringkat ini bertentangan
dengan keadaan peringkat pertama, di mana kewaspadaan dan kehati-hatian
diperlukan, sedangkan peringkat ini hanya memerlukan penerimaan saja.
Masih
ada peringkat lain lagi yang lebih atas daripada peringkat tadi. Dalam
peringkatini, seseorang hanya menerima saja dan mempergunakannya tanpa
mengikuti hukum syari’at, perintah hati atau ilmu Allah. Inilah hakekat fana’.
Dalam peringkat ini, si mu’min berada dalam pemeliharaan Allah semata-mata dan
ia tidak lagi dijamah oleh malapetaka, iblis, dosa dan noda, atau keluar dari
hukum-hukum syari’at. Firman Allah, “… demikianlah,
agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf
itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih.”
(QS 12:24)
Dengan
demikian, si hamba tadi terpelihara oleh Allah dari melanggar batas-batas
hukum. Segala hal ihwalnya dipelihara oleh Allah. Allah memberikan kekuasaan
kepadanya untuk mendapatkan segala kebaikan. Jadi, apa saja yang datang
kepadanya adalah terlepas dari kesusahan, bencana dan kesulitan di dunia dan di
akhirat serta ia benar-benar bersesuaian dengan keridhaan, tujuan dan perbuatan
Allah SWT. Tidak ada peringkat yang lebih tinggi lagi dari ini. Inilah tujuan.
Peringkat ini dimiliki oleh ketua para wali yang besar, yang mereka itu adalah
orang-orang suci dan memiliki rahasia-rahasia Allah, yaitu orang-orang yang
sampai ke gerbang keadaan yang dimiliki oleh para Nabi. Semoga kesejahteraan
dilimpahkan kepada mereka.
AJARAN KEENAMPULUH DUA
Alangkah
mengherankan bila kamu selalu mengatakan bahwa si Anu itu dekat kepada Allah,
tetapi si Anu itu jauh dari Allah; bahwa si Anu itu diberi karunia, sedangkan
si Anu itu tidak diberi; bahwa si Anu itu dikayakan, sedangkan si Anu itu
dimiskinkan; bahwa si Anu itu disehatkan, tetapi si Anu itu disakitkan; bahwa
si Anu itu dimuliakan, tetapi si Anu itu dihinakan; bahwa si Anu itu dipuji,
sedangkan si Anu itu dicaci; dan bahwa si Anu itu dibenarkan, sedangkan si Anu
itu disalahkan.
Tidakkah
kamu mengetahui bahwa Dia itu Satu dan bahwa Yang Satu itu menyukai kesatuan di
dalam perkara cinta dan menyayangi orang yang cintanya hanya satu, yaitu kepada
Dia ?
Jika
kamu dibawa untuk dekat kepada-Nya melalui selain Dia, maka cintamu kepada-Nya
itu akan ternoda dan tidak lagi satu. Sebab, kadangkala terlintas di dalam
pikiranmu bahwa kamu bisa mendapatkan karunia dan keberkatan itu lantaran
melalui selain Dia itu. Akhirnya, cintamu kepada Allah akan tercacad. Allah
Yang Maha Besar cemburu kepadamu, karena kamu telah menyekutukan cintamu
kepada-Nya dengan cintamu kepada yang selain Dia. Oleh karena itu, Dia menahan
tangan orang lain untuk menolongmu, menahan lidah mereka untuk memuji kamu dan
menahan kaki mereka untuk melangkah menuju kamu, agar dengan demikian mereka
tidak dapat memalingkan kamu dari Dia sendiri. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Hati itu telah dijadikan sedemikian rupa, sehingga
seseorang itu terpaksa mencintai orang yang memberi kebaikan dan membenci orang
yang memberi mudharat kepada dirinya.”
Jadi,
Allah menahan seseorang untuk berbuat baik terhadapmu sampai kamu menyadari
keesaan-Nya dan mencintai-Nya dengan sepenuh hati, tanpa membagi kecintaan,
baik secara lahir maupun batin dan baik ketika bergerak maupun ketika diam,
sehingga kamu menyadari bahwa tidak ada kebaikan yang datang, kecuali kebaikan
yang datang dari Allah, kamu menyadari bahwa segala kebaikan dan kejahatan itu
semuanya datang dari Allah SWT dan kamu terus hilang dari mahluk dan diri kamu
sendiri, dari kehendak dan keinginan kamu sendiri, dan apa saja selain Allah
Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi.
Setelah
itu, barulah tangan mereka akan dibukakan untuk kamu dengan kemurahan dan
pemberian mereka, dan lidah mereka akan memuji kamu. Kemudian, kamu akan
dipelihara dengan sebaik-baiknya di sepanjang masa, baik di dalam dunia ini
maupun di akhirat kelak.
Oleh
karena itu, janganlah kamu bersikap kurang sopan. Lihatlah orang melihat kamu.
Jagalah orang yang menjaga kamu. Cintailah orang yang mencintai kamu. Jawablah
orang yang memanggilmu. Peganglah tangan orang yang memegangmu dari jatuh tersungkur,
yang membawamu keluar dari gelapnya kejahilan, yang menyelamatkanmu dari
kebinasaan, yang membersihkan kotoran-kotoranmu, yang mengeluarkanmu dari
kehinaan, yang melepaskanmu dari cengkeraman hawa nafsu iblismu dan yang
mengasingkan dirimu dari teman-temanmu yang jahil dan menghalangimu untuk
menuju Allah.
Berapa
lamakah kamu akan tetap tinggal bersama hawa nafsu kebinatanganmu, bersama
mahluk, bersama kehendak dan keinginanmu, bersama keingkaranmu, bersama
kehidupan dunia dan akhiratmu serta bersama apa saja selain Allah ?
Mengapa
kamu menjauh dari Pencipta mahluk dan yang mewujudkan segalanya, Yang Awal dan
Yang Akhir, Yang Zhahir dan Yang Batin, tempat kembali dan tempat bermula
segala sesuatu, yang memiliki hati dan kedamaian jiwa, yang meringankan beban,
yang memberi karunia dan yang memberi rahmat dan ni’mat ?
AJARAN KEENAMPULUH TIGA
Pernah
di dalam mimpiku seakan-akan aku berkata, “Wahai kamu yang menyekutukan Tuhanmu
dengan dirimu sendiri di dalam pikiranmu, dengan mahluk-Nya di dalam perbuatan
lahirmu, dan dengan keinginanmu di dalam perbuatanmu.” Mendengar seruanku itu,
orang yang berada di sisiku bertanya, “Apa yang terjadi ?” Jawabku, “Ini adalah
sejenis ilmu kerohanian.”
AJARAN KEENAMPULUH EMPAT
Pada
suatu hari, suatu perkara telah mengacaukan pikiranku. Batinku terasa berat
menanggung beban itu. Kemudian aku memohon kesenangan dan kesentosaan serta
jalan jeluar. Aku ditanya tentang apa yang aku inginkan. Aku berkata, “Aku
menginginkan kematian yang tidak ada kehidupan di dalamnya dan suatu kehidupan
yang tidak ada kematian di dalamnya.”
Kemudian,
akupun ditanya lagi tentang jenis kematian yang tidak ada kehidupan di dalamnya
dan jenis kehidupan yang tidak ada kematian di dalamnya. Aku menjawab,
“Kematian yang tidak ada kehidupan di dalamnya ialah kematianku dari jenisku
sendiri supaya aku tidak melihatnya, baik ia memberikan manfaat maupun
memberikan mudharat, dan kematian dari diriku sendiri, dari keinginanku,
tujuanku dan harapanku dalam hal keduniaan dan keakhiratan, sehingga aku tidak
berada dalam semua ini. Sedangkan kehidupan yang tidak ada kematian di dalamnya
ialah kehidupanku dengan perbuatan Tuhanku di dalam keadaanku yang tidak ada
wujud di dalamnya, dan kematianku di dalamnya adalah wujudku dengannya. Oleh
karena aku telah mengetahui hal ini, maka ini menjadi tujuanku yang paling
berharga sekali.”
AJARAN KEENAMPULUH LIMA
Mengapa
kamu marah kepada Allah lantaran doamu lambat diterima-Nya ? Kamu mengatakan
bahwa kamu telah dilarang meminta kepada orang dan disuruh meminta kepada Allah
saja. Kamu memohon kepada-Nya, tetapi Dia tidak memperkenankan permohonanmu.
Inilah
jawabanku untukmu, “Apakah kamu seorang yang merdeka atau seorang budak ? Jika
kamu mengatakan bahwa kamu itu seorang yang merdeka, maka itu menandakan bahwa
kamu adalah seorang kafir. Tetapi, jika kamu mengatakan bahwa kamu adalah
budak, maka aku akan bertanya padamu, ‘Apakah kamu akan menyalahkan tuanmu
sendiri lantaran ia terlambat memenuhi permintaanmu, ragu tentang kebijaksanaan
dan rahmatnya kepadamu dan kepada seluruh mahluk dan ragu tentang ilmunya yang
mengetahui segala perkara ?
Atau,
apakah kamu tidak menyalahkan Allah ? Jika kamu tidak menyalahkan-Nya dan
mengakui kebijaksanaan-Nya di dalam melambatkan penerimaan doamu itu, maka
wajiblah kamu bersyukur kepada-Nya, karena Dia telah membuat peraturan yang
sebaik-baiknya untukmu, memberikan faidah kepadamu dan menjauhkanmu dari
mudharat. Jika kamu menyalahkan Tuhan dalam hal ini, maka kamu adalah seorang
yang kafir. Sebab, dengan menyalahkan-Nya itu berarti kamu menganggap Tuhan
tidak adil, padahal Dia Maha Adil dan sekali-kali tidak dholim terhadap
hamba-hamba-Nya. Mustahil jika Dia itu tidak adil. Maha Suci Dia dari
sifat-sifat yang tercela. Ketahuilah, bahwa Dia itu adalah Tuhanmu yang
memiliki segalanya. Dia mengawasi segalanya. Dia melakukan apa saja yang
dikehendaki-Nya. Oleh karena itu, istilah tidak adil dan dholim tidak berlaku
bagi Allah. Orang yang dholim itu adalah orang yang mengganggu kepunyaan orang
lain tanpa seijinnya. Mungkin kamu sendiri yang dholim, bukan Allah yang
dholim.
Maka,
janganlah kamu menyalahkan-Nya dalam perbuatan-Nya yang tampak melalui kamu,
walaupun itu tidak kamu sukai dan tidak sesuai dengan kehendakmu, dan meskipun
pada lahirnya membahayakan kamu. Kamu wajib bersyukur, bersabar dan ridha
dengan Allah. Janganlah kamu merasa kesal dan menyalahkan Dia, karena mungkin
hal itu akan memalingkan kamu dari jalan Allah. Kamu wajib selalu melakukan
shalat dengan ikhlas, berbaik sangka terhadap Allah, percaya kepada
janji-janji-Nya, men-tauhid-kan-Nya, menjauhi larangan-Nya, melaksanakan
perintah-Nya dan bersikap seperti orang mati ketika Dia memanifestasikan takdir
dan perbuatan-Nya terhadapmu.
Jika
hendak menyalahkan juga dan terpaksa berbuat demikian, maka salahkanlah dirimu
sendiri yang berisikan iblis dan ingkar kepada Allah Yang Maha Kuasa. Lebih
baik kamu mengatakan bahwa diri kamu yang dholim dan bukan Allah yang dholim.
Oleh karena itu, berhati-hatilah. Janganlah kamu benar-benar menuruti dirimu
sendiri dan ridha dengan perbuatan dan perkataannya dalam semua keadaan, karena
ia adalah musuh Allah dan musuh kamu. Ia adalah sahabat musuh Allah dan musuh
kamu, yaitu setan yang dilaknat.
Takutlah
kamu kepada Allah. Berwaspadalah dan berhati-hatilah. Larilah dari musuhmu !
Salahkanlah dirimu sendiri. Katakanlah bahwa dirimulah yang dholim itu. Dan
katakanlah kepadanya ayat Allah ini, “Mengapa
Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman ?” (QS 4:147) dan ayat ini, “(Akan
dikatakan kepadanya), “Yang demikian itu, adalah disebabkan perbuatan yang
dikerjakan oleh kedua tangan kamu dahulu dan sesungguhnya Allah sekali-kali
bukanlah penganiaya hamba-hamba-Nya.”” (QS
22:10) dan ayat ini lagi, “Sesungguhnya
Allah tidak berbuat dholim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia
itulah yang berbuat dholim kepada diri mereka sendiri.” (QS 10:44).
Bacakanlah
kepada dirimu ayat-ayat ini dan ayat-ayat lainnya yang berkenaan dengan hal
ini, dan juga hadits Nabi SAW. Perangilah dirimu sendiri karena Allah. Lawanlah
dan bunuhlah dirimu itu. Jadilah tentara Allah dan panglima perang-Nya. Karena
diri itu adalah musuh Allah yang paling besar di antara musuh-musuh-Nya.
Allah
berfirman kepada Daud yang kurang lebih maksudnya ialah, “Hai Daud, buanglah hawa nafsumu, karena tidak ada yang
melawan-Ku dalam kepunyaan-Ku, melainkan hawa nafsu manusia.”
AJARAN KEENAMPULUH ENAM
Janganlah
berkata, “Aku tidak meminta apa-apa kepada Allah. Sebab, jika perkara yang aku
minta itu telah ditentukan untukku, maka ia pasti datang kepadaku, baik aku
memintanya maupun tidak. Jika perkara itu tidak ditetapkan untukku, maka
perkara itu tidak akan aku dapatkan, sekalipun aku meminta kepada-Nya.”
Jangan
! Jangan berkata demikian. Hendaklah kamu berdoa dan memohon kepada Allah apa
saja yang kamu kehendaki dan kamu perlukan, berupa perkara-perkara yang baik di
dunia ini dan di akhirat kelak. Tetapi, janganlah kamu meminta perkara yang
haram dan membahayakan kamu. Hal ini karena Allah telah menyuruh kita untuk
memohon kepada-Nya.
Allah
berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku
akan memperkenankan doamu.” (QS 40:60). Dan
firman-Nya, “… dan mohonlah kepada Allah
sebagian dari karunia-Nya …” (QS 4:32).
Nabi
Muhammad SAW, pernah bersabda, “Mohonlah
kepada Allah dengan sepenuh keyakinanmu bahwa permohonanmu itu akan diterima
oleh Allah.” Beliau juga bersabda, “Berdoalah kepada Allah dengan menengadahkan telapak
tanganmu.” Masih banyak lagi sabda-sabda beliau
yang senada dengan itu.
Janganlah
kamu berkata, “Sesungguhnya aku telah memohon kepada Allah, namun Dia tidak
memperkenankan permohonanku. Maka, sekarang aku tidak mau lagi memohon
kepada-Nya.”
Janganlah
berkata demikian. Teruslah berdoa kepada Allah. Jika suatu perkara itu telah
ditetapkan untukmu, maka perkara itu akan kamu terima setelah kamu meminta
kepada-Nya. Ini akan memperkokoh keimananmu dan keyakinanmu kepada Allah serta
kesadaranmu akan keesaan-Nya. Ini juga akan melatih kamu untuk senantiasa
memohon kepada Allah dan bukannya kepada selain Dia di dalam setiap waktu dan
keadaan, serta memperkuat kepercayaanmu bahwa permohonanmu itu akan dikabulkan
oleh Allah Yang Maha Pemurah.
Jika
suatu perkara itu tidak diperuntukkan kepadamu, maka Allah akan memberikan
perasaan cukup (Self-sufficiency) kepadamu di dalam perkara itu dan memberikan
rasa gembira berada di sisi Allah Yang Maha Gagah lagi Maha Perkasa, meskipun
kamu miskin. Jika kamu berada dalam keadaan kemiskinan dan sakit, maka Allah
akan membuatmu gembira dengan keadaan itu. Jika kamu berhutang, maka Allah akan
melunakkan hati orang yang memberikan hutang kepadamu itu, sehingga ia tidak
mengerasimu supaya membayar dengan segera, bahkan orang itu akan memberi tempo
yang lama, atau mengurungkan pembayarannya, dan atau menghapus hutang itu. Jika
pembayaran itu tidak dikurangi atau tidak dihapuskannya di dunia ini, maka Allah
akan memberikan ganjaran kepadamu di akhirat kelak sebagai ganti apa yang tidak
diberikan-Nya kepadamu saat kamu memohon kepada-Nya di dunia, karena Allah itu
Maha Pemurah dan tidak menghendaki balasan apa-apa.
Oleh
karena itu, Allah tidak akan menyia-nyiakan permohonan orang yang memohon
kepada-Nya di dunia ini dan di akhirat kelak. Walau bagaimanapun, ia akan tetap
mendapatkan apa yang dimohonnya. Jika tidak di dunia ini, maka di akhirat kelak
ia akan mendapatkannya jua. Nabi SAW pernah mengatakan bahwa di hari
perhitungan kelak, si mu’min akan melihat di dalam catatan-catatan perbuatannya
beberapa perbuatan baik yang tidak ia laksanakan dan ia sendiri tidak
menyadarinya. Ia akan ditanya, “Kenalkah
kamu kepada perbuatan itu ?” ia menjawab, “Aku tidak tahu dari mana datangnya ini ?” Maka dikatakan kepadanya, “Sesungguhnya
ini adalah balasan doamu yang kamu lakukan di dunia dahulu, dan ini karena di
dalam kamu berdoa kepada Allah itu kamu ingat kepada-Nya dan mengakui
keesaan-Nya, meletakkan sesuatu pada tempat yang semestinya, memberi seseorang
apa yang pantas diberikan kepadanya, tidak mengatakan bahwa daya dan upaya itu
datang dari dirimu sendiri dan membuang kebanggaan dan kesombongan. Semua itu
adalah perbuatan yang baik dan semua itu memiliki balasannya di sisi Allah Yang
Maha Gagah lagi Maha Agung.”
AJARAN KEENAMPULUH TUJUH
Apabila
kamu telah dapat membunuh dan mematikan dirimu, maka Allah akan menghidupkannya
kembali, ia akan melawan lagi dan minta dipuaskan hawa nafsunya serta menikmati
perkara-perkara yang haram dan yang diperbolehkan. Oleh karena itu, kamu masih
perlu berjuang lagi dan mengawasi diri kamu itu. Dengan demikian, balasan akan
dituliskan untukmu dalam setiap kali kamu berjuang. Inilah yang disabdakan oleh
Nabi SAW, “Kita baru saja kembali dari jihad
yang kecil (perang melawan orang-orang kafir) dan masuk kepada jihad yang besar
(melawan hawa nafsu).”
Jihad
besar ini ialah berjuang melawan hawa nafsu diri sendiri yang tiada
putus-putusnya, berjuang melawan kehendak dan keinginan untuk melakukan dosa
dan maksiat. Inilah yang dimaksudkan oleh Allah di dalam firman-Nya, “… dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang
diyakini (ajal)” (QS 15:99)
Allah
memerintahkan kepada Rasul-Nya supaya menyembah Dia saja. Ini memerlukan
perlawanan terhadap ego atau diri beserta kehendak dan kemauannya yang selalu
bertentangan dengan kehendak Allah. Demikianlah, perjuangan itu selalu ada
sampai datang ajal.
Jika
ada pertanyaan, “Bagaimana Nabi bisa kurang berkhidmat kepada Allah, sedangkan
ia tidak mempunyai keinginan dan melulu hawa nafsu badaniah ? dan Allah
berfirman, “Dan tiadalah yang diucapkannya
itu (Al Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain
hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).”
(QS 53:3-4)”
Jawabannya
ialah bahwa Allah menyatakan ini kepada Rasul-Nya dimaksudkan untuk mengiyakan
atau menekankan perkara ini, agar menjadi ikutan bagi seluruh umatnya di
sepanjang masa. Allah Yang Maha Agung memberikan kekuasaan kepada Rasul-Nya
untuk mengontrol dirinya dan tidak bersusah payah lagi beliau melawan diri atau
egonya sendiri, dan ini membedakan beliau dari para pengikutnya. Apabila si
mu’min terus berjuang melawan dirinya sampai akhir hayatnya, maka Allah akan
memberinya surga, sebagaimana firman-Nya ini, “Maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya.” (QS 79:41)
Apabila
Allah telah memasukkan dia ke dalam surga itu, maka jadilah surga itu sebagai
tempat beristirahatnya yang kekal dan abadi. Ia tidak akan dipindahkan ke
tempat lain atau ke dunia lagi. Dari masa ke masa, semakin bertambah banyak dan
baiklah karunia Allah yang diterimanya, ini juga kekal dan tidak ada
putus-putusnya, sebagaimana ia berjuang melawan hawa nafsunya di dunia ini
dengan tiada henti-hentinya.
Tetapi,
orang-orang yang kafir dan munafik serta orang-orang yang berbuat dosa dan
maksiat, bila mereka berhenti melawan diri mereka sendiri dan keinginan mereka
terhadap dunia ini, mereka mengikuti iblis dan setan, bercampur baur dengan
berbagaik ekufuran dan syirik, dan bergelimang disa dan noda sampai nyawa mereka
bercerai dengan badan mereka, tanpa masuk Islam dan bertobat, maka Allah akan
memasukkan mereka ke dalam neraka yang penuh dengan azab dan siksa, sebagaimana
firman Allah, “Maka jika kamu tidak dapat
membuatnya, peliharalah dirimu dari api neraka yang bahan bakarnya manusia dan
batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.”
(QS 2:24)
Allah
menjadikan neraka sebagai tempat tinggal mereka. Di situ, kulit, tulang dan
daging mereka akan dibakar hangus oleh api neraka. Kemudian, kulit, tulang dan
daging mereka itu akan diganti dengan yang baru, yang akan dibakar lagi.
Allah
SWT berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang
kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka.
Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang
lainnya, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana.” (QS 4:56)
Allah
berbuat demikian itu lantaran mereka telah bersatu dengan diri mereka sendiri
dan dengan keinginan mereka terhadap dunia di dalam perkara berbuat dosa. Oleh
karena itu, kulit dan daging mereka terus-menerus hangus terbakar, kemudian
diganti dengan yang baru, setelah itu dibakar lagi dan diganti lagi dengan yang
baru. Demikianlah, dengan tidak ada putus-putusnya. Mereka senantiasa berada dalam
azab dan siksa yang pedih.
Sebaliknya,
para penghuni surga senantiasa menikmati karunia Allah yang baru, terus
berganti baru dan bertambah-tambah dengan tidak ada putus-putusnya. Dengan
demikian, merekapun selalu bertambah syukur atas karunia Allah itu. Inilah
balasan yang mereka dapati dari hasil perjuangannya yang tiada henti-hentinya
di dunia dahulu, ketika mereka melawan kehendak dan keinginan hawa nafsu
angkara murka mereka agar bersesuaian dengan kehendak Allah. Inilah apa yang
disabdakan oleh Nabi besar Muhammad SAW yang maksudnya kurang lebih, “Dunia ini ialah ladang akhirat.”
AJARAN KEENAMPULUH DELAPAN
Apabila
Allah memperkenankan permohonan dan doa seorang hamba, maka ini tidak berarti
bahwa simpanan Allah itu akan berkurang, karena Allah itu Maha Kaya; dan juga
tidak semestinya Allah merasa terpaksa menerima permohonan hamba itu,
seakan-akan Dia takluk kepada permohonan hamba itu. Sebenarnya, permohonan atau
doa hamba itu sesuai dengan kehendak Allah dan juga sesuai dengan masanya.
Sebenarnya, penerimaan doa itu telah tertulis dalam azalinya, dan hanya tinggal
menunggu masa dikabulkan doa itu oleh Allah. Inilah apa yang dikatakan oleh
orang-orang ‘arif di dalam menerangkan kalam Allah, “Setiap saat Dia dalam keadaan baru.”
Ini
berarti bahwa Allah menerima permohonan hamba itu pada masa yang telah
ditentukan-Nya. Allah telah menentukan masa dikabulkannya doa itu. Allah tidak
akan memberi sesuatu kepada seseorang dalam dunia ini, kecuali dengan doa yang
datang dari diri hamba itu sendiri. Begitu juga Allah tidak akan menolak
sesuatu dari hamba itu, kecuali dengan doanya. Ada sabda Nabi yang menyatakan
bahwa ketentuan takdir Illahi itu tidak akan terelakkan, kecuali dengan doa
yang ditakdirkan Allah dapat menolak ketentuan takdir itu. Begitu juga, tidak
ada orang yang akan masuk ke dalam surga hanya melalui perbuatan baiknya saja,
melainkan dengan rahmat Allah juga. Walaupun demikian, hamba-hamba Allah itu
akan diberi derajat di surga sesuai dengan amal perbuatannya.
Diriwayatkan
bahwa Aisyah pernah bertanya kepada Nabi, “Dapatkah seseorang itu memasuki
surga hanya dengan melalui perbuatan baiknya saja ?” Nabi menjawab, “Tidak,
kecuali dengan rahmat Allah.” Aisyah bertanya lagi, “Sekalipun engkau sendiri
?” Beliau menjawab, “Ya, sekalipun aku, kecuali jika Allah meliputi aku dengan
rahmat-Nya.” Setelah bersabda demikian, beliau meletakkan tangannya di atas
kepalanya.
Beliau
berbuat demikian untuk menunjukkan bahwa tidak ada seorangpun yang berhak untuk
melanggar ketentuan takdir Illahi, dan Allah itu tidak harus memperkenankan
doa-doa hamba-hamba-Nya. Dia berbuat apa yang di kehendakinya. Dia mengampuni
siapa saja yang dikehendaki-Nya. Dia menghukum siapa saja yang dikehendaki-Nya.
Dia memiliki kekuasaan yang mutlak. Segala ketentuan kembali kepada-Nya. Allah
tidak boleh ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya, tetapi hamba itulah yang
ditanya. Allah memberikan karunia-Nya kepada orang yang dikehendaki-Nya dan
tidak memberikannya kepada orang yang tidak dikehendaki-Nya juga. Segala apa
yang berada di langit dan di bumi serta di antara keduanya adalah kepunyaan
Allah belaka dan berada dalam kontrol-Nya. Tidak ada tuan-tuan yang memiliki
semua itu, melainkan Allah saja. Dan tidak ada pencipta, melainkan Dia juga.
Firman Allah, “Hai manusia, ingatlah akan nikmat
Allah kepadamu. Adakah sesuatu pencipta selain Allah yang dapat memberikan
rizki kepada kamu dari langit dan bumi ? Tidak ada Tuhan selain Dia; maka
mengapakah kamu berpaling (dari ketauhidan)?”
(QS 35:3). Firman-Nya lagi, “Atau
siapakah yang memimpin kamu dalam kegelapan di daratan dan lautan dan siapa
(pula)kah yang mendatangkan angin sebagai kabar gembira sebelum (kedatangan)
rahmat-Nya ? Apakah di samping Allah ada Tuhan (yang lain) ? Maha Tinggi Allah
terhadap apa yang mereka persekutukan (dengan-Nya).” (QS 27:63). Firman-Nya lagi, “Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa
yang ada di antara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam
beribadat kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia
(yang patut disembah)?” (QS 19:65).
Selanjutnya Allah berfirman, “Kerajaan
yang haq pada hari itu adalah kepunyaan Tuhan Yang Maha Pemurah. Dan adalah
(hari itu), satu hari yang penuh kesukaran bagi orang-orang kafir.” (QS 25:26)
AJARAN KEENAMPULUH SEMBILAN
Janganlah
meminta kepada Allah SWT selain ampunan atas segala dosa yang telah lalu,
perlindungan dari segala dosa yang sekarang dan dosa yang akan datang, kekuatan
untuk ta’at kepada Allah, kekuatan untuk dapat melakukan perintah-Nya dan
meninggalkan larangan-Nya, dapat rela dengan senang terhadap kesusahan dan
ketentuan takdir-Nya, dapat sabar di dalam menghadapi malapetaka, dapat
mensyukuri karunia-Nya, dapat mati di dalam keadaan iman dan baik serta dapat
bersatu dengan golongan para Nabi, orang-orang besar, para syuhada dan
orang-orang yang diridhai, karena inilah sebaik-baiknya rekan dan teman.
Janganlah
kamu meminta kepada Allah perkara-perkara seperti dihindarkan dari kemiskinan
dan kesusahan serta diberi kekayaan dan kesenangan. Tetapi, hendaklah kamu
meminta rasa senang dengan apa yang telah ditentukan-Nya dan meminta
perlindungan yang kekal untuk berada di dalam suasana dan keadaan yang telah
ditentukan-Nya untukmu sampai kamu dipindahkan ke lain suasana dan keadaan atau
ke lain keadaan yang berlawanan. Sebab, kamu tidak mengetahui letak kebaikan.
Di dalam kayakah atau miskinkah ? Di dalam kesusahankah atau di dalam
kesenangankah ? Allah merahasiakan pengetahuan tentang itu kepada kamu. Dia
saja yang mengetahui baik buruknya sesuatu perkara.
Diriwayatkan
bahwa Umar bin Khattab berkata, “Keadaan
yang aku lihat di pagi hari, tidak menjadi permasalahan bagiku, baik ia membawa
apa yang aku sukai maupun tidak aku sukai, karena aku tidak tahu di mana letak
kebaikan itu.”
Ia
mengatakan itu, karena ia ridha dengan apa saja yang diperbuat Allah dan
berpuas hati dengan ketentuan dan pilihan Allah untuknya. Allah berfirman, “Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu
adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia
amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat
buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS 2:216). Allah mengetahui mana yang baik dan mana yang
tidak baik, sedangkan kamu tidak mengetahuinya.
Tetaplah
tinggal dalam keadaan ini sampai keinginan hawa nafsumu musnah dan dirimu
hancur, hina, dapat dikuasai dan ditaklukkan. Setelah itu, tujuan, keinginanmu
dan semua yang wujud akan keluar dari dalam hatimu dan tidak ada yang tinggal
lagi di dalamnya, kecuali Allah saja. Ketika itu, hatimu akan dipenuhi dengan
kecintaan kepada Allah, dan niatmu untuk mencapai-Nya akan menjadi ikhlas.
Setelah itu, dengan perintah-Nya, maka tujuan dan kehendakmu akan dikembalikan
lagi kepadamu untuk menikmati dunia ini dan akhirat. Kemudian, semua ini akan
kamu pinta dari Allah, dan kamu akan mencarinya di dalam kepatuhan kepada Allah
dan bersesuaian dengan Allah SWT. Jika Dia memberikan karunia kepadamu, maka
kamu bersyukur dan jika Dia menarik kembali karunia itu, maka kamu pun tidak
berkecil hati dan tidak pula menyalahkan Allah. Jiwa dan pikiranmu akan tenang
dan damai, karena kamu mencarinya bukan dengan keinginan dan hawa nafsumu,
lantaran hati kamu telah kosong dari keinginan dan hawa nafsumu itu, dan kamu
tidak melayani hasratmu terhadap perkara-perkara ini, tetapi kamu semata-mata
hanya mengikuti perintah Allah saja melalui doamu kepada-Nya. Semoga
ketentraman dan kedamaian dilimpahkan kepadamu.
AJARAN KETUJUHPULUH
Mengapa
kamu merasa sombong dengan perbuatanmu sendiri, bangga dengan dirimu sendiri
dan mengharapkan ganjaran sambil mengatakan bahwa semua ini adalah karena
kekuatan yang dikaruniakan Allah kepadamu, pertolongan-Nya dan idzin-Nya ?
Jika
kamu bisa mengelakkan dosa dan noda, maka hal itu adalah karena pertolongan dan
perlindungan Allah. Mengapa pula kamu tidak bersyukur kepada Allah atas
pertolongan dan perlindungan-Nya ? Dan mengapa pula kamu tidak menyadari bahwa
kebiasaanmu menghindarkan dosa itu adalah karena karunia dan rahmat Allah ?
Mengapa kamu bangga dengan sesuatu yang bukan kepunyaanmu sendiri ?
Apabila
kamu tidak mampu membunuh musuhmu tanpa pertolongan orang yang lebih gagah
daripada kamu yang dapat membunuh musuhmu itu, yang kamu hanya menyelesaikan
pembunuhan itu saja dan yang jika tanpa pertolongan orang yang gagah itu kamu
pasti kalah, maka mengapa kamu merasa sombong dengan perbuatanmu itu ?
Apabila
kamu tidak dapat membelanjakan uangmu sendiri, kecuali jika ada seseorang yang
pemurah, yang benar dan bisa diharapkan dapat menjaminmu dengan mengatakan
bahwa seluruh uang yang kamu belanjakan itu akan digantinya, kamu baru berani
membelanjakan uangmu itu, maka mengapa kamu merasa sombong dengan perbuatanmu
itu ?
Cara
yang baik bagimu ialah bersyukur dan memuji penolongmu itu, yaitu Allah SWT.
Pujilah selalu Allah. Segala kejayaanmu itu adalah dari Allah jua. Janganlah
kamu mengatakan bahwa kejayaan itu dari dirimu sendiri, kecuali perkara dosa
dan maksiat. Perkara dosa dan maksiat ini hendaklah kamu katakan datang dari
dirimu sendiri. Diri itulah yang patut kamu salahkan, karena di situlah
terletak kesalahan dan kejahatan. Allah-lah yang menciptakan perbuatan dan
tingkah lakumu itu, sedangkan kamu hanya tinggal menjalankan saja. Itulah
sebabnya, ada orang-orang yang bijak di dalam ilmu ketuhanan berkata,
“Perbuatan itu akan datang dan kamu tidak akan dapat lari darinya.”
Nabi
Muhammad SAW bersabda tentang hal ini, “Perbuatlah
perbuatan yang baik, dekatilah Allah dan perbaikilah dirimu. Sebab, setiap
orang itu dimudahkan untuk mendapatkan apa yang telah diciptakan untuknya.”
AJARAN KETUJUHPULUH SATU
Kamu
termasuk dalam salah satu dari dua perkara ini, pencari atau yang dicari.
Jika
kamu menjadi murid, maka kamu adalah pencari. Tetapi, jika kamu seorang guru,
maka kamu adalah orang yang dicari.
Jika
kamu menjadi pencari, yaitu murid, maka kamu akan menanggung beban yang berat
dan memayahkan. Kamu akan terpaksa bekerja keras untuk mencapai tujuan yang
kamu idamkan itu. Tidak pantas kamu lari dari kesusahan yang menimpa dirimu,
yang berupa kesusahan hidup, harta benda, keluarga dan sanak saudaramu. Pada
akhirnya, beban yang kamu tanggung itupun akan diringankan juga dan diambil
dari kamu serta kesusahan itu akan dibuang dari kamu. Kemudian, kamu akan
diberi keselamatan dan kesentosaan serta akan dilepaskan dari dosa dan maksiat
dan dari kebergantungan kepada mahluk. Kamu akan masuk ke dalam golongan
hamba-hamba Allah yang dikasihi dan dipelihara-Nya.
Sedangkan
jika kamu menjadi seorang yang dicari, yaitu guru, maka janganlah kamu
menyalahkan Allah manakala Allah menimpakan kesusahan kepadamu, dan jangan pula
kamu meragukan kedudukanmu di sisi Allah, karena Allah hendak mengujimu supaya
kedudukanmu ditinggikan di sisi-Nya. Allah hendak menaikkan kedudukanmu ke
tingkat yang mulia dan tingkat Abdal.
Apakah
kamu ingin kedudukanmu direndahkan dari tingkat yang mulia dan tingkat Abdal ?
Ataukah kamu ingin memakai pakaian yang lain selain pakaian mereka ?
Sekalipun
kamu rela dengan kedudukanmu yang rendah itu, tetapi Allah tidak rela. Allah
berfirman, “Apabila kamu mentalak
istri-istrimu, lalu habis iddahnya, maka janganlah kamu (para wali) menghalangi
mereka kawin lagi dengan bakal suaminya, apabila telah terdapat kerelaan di
antara mereka dengan cara yang ma’ruf. Itulah yang dinasehatkan kepada
orang-orang yang beriman di antara kamu kepada Allah dan hari kemudian. Itu
lebih baik bagimu dan lebih suci, Allah mengetahui, sedang kamu tidak
mengetahui.” (QS 2:232)
Allah
hendak meninggikan, memuliakan dan membaikkan kamu, tetapi mengapa kamu tidak
mau menerimanya ?
Mungkin
kamu bertanya, mengapa hamba yang sempurna itu diuji, padahal menurut
sepengetahuan kamu bahwa ujian itu ialah untuk orang yang mencintai Allah,
yaitu orang yang dikasihi oleh Allah dan dicintai-Nya ?
Jawaban
kami: Dahulu, kami telah mengatakan aturannya dan kemudian kemungkinan
perkecualiannya. Nabi besar Muhammad SAW adalah orang yang paling dicintai
Allah, tetapi beliaupun mendapat ujian yang paling berat. Beliau pernah
bersabda, “Aku adalah orang yang paling
takut kepada Allah, sehingga tidak ada orang yang lebih takut kepada Allah
daripada aku. Aku mendapatkan penderitaan yang paling hebat, sehingga tidak ada
orang yang penderitaannya sama dengan penderitaanku. Pernah selama tigapuluh
hari tigapuluh malam aku tidak mendapatkan makanan walau hanya sebesar yang
dapat disembunyikan di bawah ketiak bilal.”
Sabda
Nabi lagi, “Sesungguhnya kami dari golongan
para Nabi adalah orang-orang yang paling berat diuji, kemudian orang-orang yang
berada di bawah peringkat kami, kemudian orang-orang yang berada di bawah itu,
dan begitulah seterusnya.”
Sabdanya
lagi, “Akulah orang yang paling baik di
sisi Allah dan paling takut kepada-Nya daripada kamu sekalian.”
Bagaimana
bisa terjadi orang yang dicintai Allah itu diuji dan ditakutkan, padahal ia
adalah hamba yang dicintai dan sempurna ? Sebenarnya ujian itu bertujuan
meninggikan derajat mereka di akhirat kelak, karena derajat kehidupan akhirat
itu tidak akan ditinggikan kecuali melalui amal saleh di dalam kehidupan dunia
ini.
Dunia
ini adalah ladang akhirat. Amal saleh para Nabi dan wali, setelah melakukan
perintah dan meninggalkan larangan, adalah terdiri atas kesabaran, rela dengan
suka hati dan menyesuaikan diri dengan ujian. Setelah itu, ujian itu akan
dihindarkan dari mereka, dan mereka akan mendapatkan karunia, keridhaan dan
kasih sayang Allah sampai mereka menemui Allah SWT.
AJARAN KETUJUHPULUH DUA
Orang-orang
yang beragama Islam yang pergi ke pasar dengan mematuhi kehendak agama,
melakukan perintah Allah seperti pergi melakukan shalat Jum’at atau
upacara-upacara keagamaan lainnya atau untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
mereka, terdiri atas pelbagai jenis.
Ada
sebagian mereka yang apabila pergi ke pasar itu melihat barang-barang yang
dijual di situ untuk mengisi perut dan memuaskan seleranya, terpengaruh oleh
barang-barang itu dan hati mereka terikat dengannya, sehingga mereka masuk ke
dalam suatu ujian. Hal ini mungkin dapat menjatuhkan dirinya dan merobohkan
agamanya, lalu ia dipengaruhi oleh hawa nafsu kebinatangan, kecuali jika Allah
memelihara mereka dengan rahmat-Nya dan perlindungan-Nya serta memberi mereka
kesabaran dan kekuatan untuk menghadapi tarikan hawa nafsu itu. Hanya dengan
pertolongan Allah sajalah mereka dapat selamat.
Ada
pula sebagian mereka yang apabila telah menyadari bahwa mereka itu hampir
tergelincir masuk ke lembah kemurkaan Allah, mereka lekas kembali masuk ke
pangkuan agama dan mengontrol diri mereka agar tidak terjerumus. Mereka ini
ibarat pahlawan yang menegakkan agama dan ditolong oleh Allah untuk mengontrol
diri mereka agar tidak dijajah oleh hawa nafsu yang rendah itu. Allah akan
memberikan ganjaran kepada mereka di akhirat kelak.
Nabi
pernah bersabda, “Tujuhpuluh perbuatan baik akan
dicatatkan untuk orang mu’min, apabila ia membuang kehendak hawa nafsunya
ketika ia dikuasai oleh hawa nafsu itu atau apabila ia dapat menguasainya.”
Beliau
bersabda pula, “Dan sebagian dari mereka ada yang
mendapatkan kenikmatan ini, yang berupa kekayaan harta benda dunia, dan
menggunakannya dengan karunia dan kehendak Allah, dan mereka bersyukur kepada
Allah karena mendapatkan karunia itu.”
Ada
pula di antara mereka yang tidak melihat atau tidak menyadari kenikmatan yang
ada di pasar. Mereka buta terhadap selain Allah. Mereka hanya mengetahui Allah
saja. Mata mereka buta terhadap yang lain dan telinga mereka pun tuli terhadap
yang lain. Mereka sibuk dengan Allah, sehingga mereka lupa kepada yang lain.
Mereka ini jauh dari dunia dan kesibukannya. Apabila kamu bertanya kepada orang
semacam ini di pasar tentang apa yang mereka lihat, maka orang ini akan
menjawab, “Kami tidak melihat apa-apa.” Memang mereka melihat barang-barang di
pasar dengan mata kepala mereka, tetapi mereka tidak melihatnya dengan mata
batin mereka. Mereka hanya melulu melihat, mereka tidak melihatnya dengan
keinginan hawa nafsu yang rendah. Pandangan itu jatuh kepada rupa lahirnya saja
dan bukan pada hakekatnya. Pandangan itu adalah lahiriah dan bukan batiniah.
Pada lahirnya, memang mereka melihat barang-barang dan benda-benda itu di
pasar, tetapi di dalam mata hati mereka, apa yang mereka lihat hanyalah Allah.
Kadang-kadang tampak dengan sifat keagungan-Nya (Jalal) dan kadang-kadang pula
tampak dengan sifat kelemah-lembutan-Nya dan keindahan-Nya (Jamal).
Ada
pula di antara mereka yang apabila masuk ke pasar, hati mereka penuh dengan
Allah Yang Maha Agung lagi Maha Indah, mereka mengasihi orang-orang yang ada di
situ. Oleh karena perasaan kasih sayang mereka ini, maka pandangan mereka tidak
langsung tertumpu kepada barang-barang milik orang-orang pasar dan
barang-barang yang ada di hadapan mereka. Sejak memasuki pasar sampai keluar
lagi darinya, orang-orang ini tetap berada di dalam shalat atau hubungan dengan
Allah, mereka memohon perlindungan Allah dan mendoakan penghuni pasar dengan
rasa kasih sayang. Hati mereka memohon kepada Allah supaya penghuni pasar itu
diberi kebajikan dan dijauhkan dari kedurjanaan. Mereka tiada henti-hentinya
memuji Allah atas karunia dan nikmat yang dilimpahkan kepada mereka.
Orang-orang semacam ini dijuluki pengawal kerohanian untuk suatu pasar, bandar
dan hamba-hamba Allah. Bisa juga kamu menjuluki mereka sebagai orang-orang yang
memiliki ilmu ma’rifat, para Abdal, orang-orang wara’, orang-orang yang
mengetahui perkara nyata dan perkara ghaib, orang-orang yang dicintai Allah,
tujuan terakhir dari Allah, khalifah Allah di atas muka bumi, duta Allah,
orang-orang yang menjalankan kebaikan dan kenyataan yang manis, orang-orang
yang mendapatkan bimbingan ke jalan yang lurus dan benar, dan pembimbing
rohani. Inilah kekasih Allah. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan hikmat-Nya
kepada orang-orang semacam ini dan siapa saja yang menghadapkan wajahnya kepada
Allah serta kepada mereka yang mencapai puncak ketinggian kerohanian.
AJARAN KETUJUHPULUH TIGA
Kadang-kadang
Allah memberitahukan kepada wali-Nya tentang kesalahan orang lain, baik berupa
perkataan, maupun perbuatan, ataupun pikiran dan sekalipun niat orang itu. Oleh
karena itu, Allah memasukkan ke dalam hati wali-Nya itu perasaan ingin
mempertahankan keagungan dan kedaulatan Tuhan, Nabi dan agamanya. Api amarah
lahir dan batin mereka semakin membara dengan perasaan ingin membela Tuhan,
Nabi dan agamanya.
Bagaimana
kesenangan akan dapat dirasakan, jika penyakit masih berada di dalam zhahir dan
batin ? Bagaimana tauhid akan dapat dicapai, jika masih terdapat kecenderungan
untuk mempersekutukan Allah yang dapat membawa seseorang kepada kekufuran dan
menjauhkannya dari Allah ? Bukankah ini adalah sikap yang dimiliki oleh musuh,
yaitu iblis yang dilaknat oleh Allah dan sikap yang dimiliki oleh orang-orang
munafik yang akan dicampakkan ke dalam api neraka yang paling bawah dan kekal
di dalamnya ?
Oleh
karena itu, Allah memberikan penerangan melalui lisan para wali-Nya tentang
kepalsuan mereka dan tentang kejahatan perbuatan mereka serta betapa bohongnya
kata-kata mereka yang menyatakan bahwa mereka mempunyai peringkat kerohanian
orang-orang yang benar (shiddiqin), bahwa mereka hendak melawan orang-orang
yang fana’ dalam takdir Allah dan bahwa mereka adalah objek terakhir bagi
Allah.
Para
wali Allah ini melakukan yang demikian itu adalah karena ingin memelihara
keagungan Allah Yang Maha Besar, ingin menyalahkan orang-orang yang berbuat
bohong itu sebagai nasehat bagi mereka, ingin menunjukkan kekuasaan Allah Yang
Maha Gagah dan ingin menunjukkan kemurkaan Allah kepada mereka yang mendustakan
kebenaran para wali Allah itu. Dengan demikian, wali itu dituduh memfitnah
orang yang bersangkutan. Wali itu ditanya, “Adakah wali itu dibenarkan
memfitnah seseorang, padahal ia dilarang berbuat demikian ? Bolehkah ia
berbicara tentang seseorang, baik yang hadir maupun yang ghaib, dan tentang
sesuatu yang tidak diketahui oleh orang banyak ?” Sebenarnya, perlakuan para
wali yang demikian itu termasuk dalam maksud firman Allah, “Mereka bertanya kepadamu tentang khamr dan judi.
Katakanlah, “Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi
manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya.” Dan mereka bertanya
kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah, “Yang lebih dari keperluan.”
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berpikir.” (QS 2:219)
Pada
lahirnya, kritik terhadap wali itu menunjukkan ketidakpatuhan seseorang, tetapi
pada hakekatnya menimbulkan kemurkaan Allah. Orang yang membantah kebenaran
para wali itu ialah orang yang bingung dan susah. Karenanya, mereka itu tidak boleh
dibantah, tetapi sebaliknya hendaklah mereka itu didiamkan dahulu, pikirkan
dahulu dan cari kebenarannya di dalam syari’at. Perbuatan Allah dan wali-Nya
yang mengeluarkan kata-kata tajam yang mengungkap kepalsuan orang-orang yang
berbohong itu jangan dibantah. Jika seseorang tidak membantah mereka, maka hal
itu adalah lebih baik baginya, tidak akan timbul kejahatan di dalam hatinya dan
itu dipandang sebagai tobatnya dan kembalinya dari lembah kejahilan dan
kesesatan.
Kata-kata
wali Allah itu merupakan suatu serangan terhadap orang-orang yang berbuat
bohong dan juga merupakan suatu kebaikan atau faidah bagi orang-orang yang
sombong, yang hampir binasa akibat kesombongan dan keingkarannya kepada Allah.
Sesungguhnya Allah membimbing siapa saja yang dikehendaki-Nya ke jalan yang
lurus dan benar.
AJARAN KETUJUHPULUH EMPAT
Masalah
pertama yang patut diperhatikan oleh orang yang berakal ialah keadaan dan
suasana dirinya sendiri, setelah itu barulah ia melihat atau memperhatikan
seluruh mahluk dan ciptaan. Dari semua itu, dapatlah diketahui di mana sumber
semua itu dan siapa yang mencipta semua itu. Sebab, mahluk itu adalah tanda Al
Khaliq (yang mencipta), tanda yang menunjukkan kekuasaan Yang Maha Gagah dan
menunjukkan bahwa yang menciptakan itu tentu Maha Bijaksana. Adanya mahluk
menunjukkan adanya Al Khaliq, karena semua mahluk itu ada lantaran Dia
menciptakannya. Inilah yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ra dalam ulasannya
tentang firman Allah, “Dan Dia jadikan untukmu segala yang di langit dan di
bumi.”
Diriwayatkan
bahwa ulasan ayat tersebut ialah sebagai berikut :
Dalam
setiap sesuatu itu ada satu sifat di antara sifat-sifat Allah dan dalam setiap
nama itu terdapat satu tanda untuk salah satu diantara nama-nama-Nya. Dengan
demikian, kamu pasti berada dalam salah satu di antara nama-nama, sifat-sifat
dan perbuatan-perbuatan-Nya. Batin-Nya melalui kuasa-Nya dan zhahir-Nya melalui
kebijaksanaan-Nya. Dia tampak di dalam sifat-sifat-Nya dan terpelihara
diri-Nya. Diri-Nya terpelihara di dalam sifat-sifat-Nya dan sifat-sifat-Nya
terpelihara di dalam perbuatan-perbuatan-Nya. Dia menampakkan ilmu-Nya melalui
iradat-Nya dan Dia menyatakan iradat-Nya di dalam gerak-Nya. Dia menyembunyikan
kemahiran dan kebijaksanaan-Nya, dan menyatakan kemahiran dan kebijaksanaan-Nya
melalui iradat-Nya. Maka, Dia bersembunyi di dalam ghaib-Nya dan tampak di
dalam kebijaksanaan dan kekuasaan-Nya. Firman Allah, “… tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan
Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
(QS 42:11)
Sesungguhnya
banyak rahasia-rahasia ilmu kerohanian di dalam kenyataan ini yang tidak
diketahui oleh orang-orang yang hatinya tidak mempunyai sinar kerohanian. Ibnu
Abbas mendapatkan ilmu itu karena doa Nabi Muhammad SAW untuknya. Nabi
mendoakannya, “Ya Allah, berilah ia pengetahuan
tentang agama dan ajarlah ia pengertian tentang Al Qur’an.”
Semoga
Allah melimpahkan karunia seperti ini kepada kita semua dan memasukkan kita ke
dalam golongan orang-orang yang diberi rahmat oleh Allah di hari pembangkitan
kelak.
AJARAN KETUJUHPULUH LIMA
Aku
memberi nasehat kepada kamu agar kamu takut dan patuh kepada Allah. Turutilah
hukum-hukum Allah dan bersihkanlah hatimu. Kontrollah dirimu, relalah dengan
Tuhanmu, tolonglah orang miskin dan orang yang sedang dalam kesusahan, jagalah
kesucian orang-orang kerohanian, berbuat baiklah kepada seluruh anggota
masyarakat, nasehatilah para kaula muda, hindarilah permusuhan dengan rekan dan
teman, janganlah suka menimbun harta benda, hindarkanlah dirimu dari berkawan
dengan orang-orang yang bukan golongan yang menuju jalan kerohanian dan dari
menolong mereka di dalam perkara dunia dan agama. Menurut agama, hakekat
kemiskinan itu ialah kamu tidak lagi memerlukan apa-apa dari orang lain yang
seperti kamu juga, sedangkan kekayaan ialah kamu berada melampaui garis
keperluan mahluk seperti kamu juga. Tasauf bisa didapati bukan melalui
permbicaraan atau percakapan, melainkan melalui lapar dahaga dan menjauhkan
diri dari apa yang kamu sukai. Janganlah kamu menonjolkan kepandaianmu di
hadapan darwisy, tapi hendaklah kamu bersikap lemah lembut. Karena, jika kamu
menonjolkan kepandaianmu, maka dia tidak akan merasa senang. Dia akan senang
jika kamu bersikap lemah lembut.
Tasauf
itu berdasarkan delapan sifat (kualitas) :
1.
Bermurah hati seperti Nabi Ibrahim
2.
Menyerah dengan suka rela seperti Nabi Ishak
3.
Bersabar seperti Nabi Ya’qub
4.
Shalat seperti Nabi Zakaria
5.
Miskin seperti Nabi Yahya
6.
Memakai pakaian bulu seperti Nabi Musa
7.
Mengembara seperti Nabi Isa
8.
Beragama seperti Nabi Muhammad SAW
AJARAN KETUJUHPULUH ENAM
Aku
nasehatkan kepadamu supaya kamu bergaul dengan orang kaya dengan sikap mulia
dan bergaul dengan orang miskin dengan sikap sopan santun. Hendaklah kamu
bersikap sopan santun dan ikhlas. Keikhlasan itu membawa kepada pandangan yang
kekal terhadap Allah. Janganlah kamu menyalahkan Allah di dalam masalah
keduniaan. Rendahkanlah diri di hadapan-Nya. Janganlah kamu merusak hak
saudaramu. Bergaullah dengan darwisy dengan sopan santun dan berakhlak baik
serta ‘bunuh’-lah diri kamu, sehingga kamu hidup kembali di dalam alam
kerohanian. Orang-orang yang dekat kepada Allah itulah yang baik kelakuannya.
Yang penting ialah kamu harus menjauhkan diri dari mempersekutukan sesuatu
dengan Allah Yang Maha Esa. Teruslah bergaul bersama manusia dengan berpegang
kepada kebenaran dan kesabaran. Dan cukuplah kamu bergaul dengan darwisy dan
berkhidmat kepada para wali.
Darwisy
ialah orang yang tidak mempedulikan apa-apa selain Allah. Kamu menyerang orang
yang lebih lemah daripada kamu menunjukkan bahwa kamu adalah orang pengecut.
Sedangkan kamu menyerang orang yang lebih kuat daripada kamu itu menunjukkan
bahwa kamu adalah orang yang tidak tahu malu. Dan adapun jika kamu menyerang
orang yang kekuatannya sepadan dengan kamu, maka itu menunjukkan bahwa kamu
tidak berkelakuan baik. Untuk mengikuti kehidupan orang darwisy dan sufi,
diperlukan suatu upaya. Semoga Allah memberikan kekuatan kepada kita.
Wahai
wali Allah, kamu selalu mengikuti Allah di dalam semua keadaan, karena dengan
itu kamu mendapatkan segala kebaikan, dan kamu juga terus melaksanakan perintah
Allah, karena dengan demikian kamu terhindar dari perkara-perkara yang
merusakkan diri kamu. Adalah juga termasuk tugas kamu untuk senantiasa bersedia
menghadapi takdir Allah, karena ketentuan Allah itu pasti akan datang.
Ketahuilah,
bahwa kamu akan ditanya tentang gerak dan diam kamu. Oleh karena itu, hendaklah
kamu senantiasa berada dalam keadaan yang sesuai untuk sesuatu masa, dan
janganlah kamu melakukan apa yang tidak memberi faidah kepada kamu. Patuhilah
Allah, Rasul-Nya dan mereka yang memerintah sebagai ganti para Nabi. Hendaklah
kamu memberi kepada mereka, jangan hanya meminta kepada mereka, dan doakanlah
mereka. Ingatlah kepada saudara-saudaramu seagama (Islam), berniat baiklah dan
berbuat baiklah kepada mereka. Janganlah memusuhi kaum muslimin dan muslimat,
dan jangan pula hatimu dengki kepada mereka.
Kamu
perlu mendoakan mereka yang berbuat dholim kepada kamu, dan takutlah kepada
Allah. Adalah tugas kamu untuk hanya memakan barang-barang yang halal saja. Bertanyalah
kepada orang-orang yang mengetahui ilmu Allah tentang apa yang tidak kamu
ketahui. Tanamkanlah rasa sopan santun terhadap Allah dan senantiasalah
berdampingan dengan-Nya. Dampingilah selain Allah sekedarnya saja, dan itupun
ditujukan untuk berdampingan dengan Allah.
Sedekahkanlah
uangmu setiap pagi. Lakukanlah shalat mayat pada malam hari untuk orang-orang
islam yang meninggal dunia pada hari itu. Setelah selesai shalat Maghrib,
lakukanlah shalat istikharah. Bacalah ayat di bawah ini setiap pagi dan petang
sebanyak tujuh kali : “Allaahumma
anjirnaa minannaar (Ya Allah, lindungilah kami dari api neraka)”. Bacalah selalu: “A’uu
dzubillaahissamii’ul ‘aliimi minasysyaythoonirojiim (Aku berlindung kepada
Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari setan yang terkutuk”
Kemudian
senantiasalah membaca Takbir dan akhirnya ditutup dengan ayat yang terdapat
dalam surat Al Hasyr ayat 22 sampai 24, yang artinya “Dia-lah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Yang Maha
Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah Yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang. Dia-lah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha Suci.
Yang Maha Sejahtera, Yang Mengkaruniakan keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang
Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala keagungan, Maha Suci Allah
dari apa yang mereka persekutukan. Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang
Mengadakan, Yang membentuk Rupa. Yang mempunyai nama-nama yang paling baik. Apa
saja yang ada di langit dan di bumi bertasbih kepada-Nya. Dan Dia-lah Yang Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS 59:22-24)
Allah
sajalah yang memberi kekuatan dan pertolongan, karena tidak ada kekuatan dan
kekuasaan melainkan dengan Allah Yang Maha Besar lagi Maha Mulia.
AJARAN KETUJUHPULUH TUJUH
Berdampinganlah
dengan Allah, seolah-olah tidak ada yang lain lagi selain Dia. Berdampinganlah
dengan mahluk, seakan-akan diri kamu itu tidak ada. Apabila kamu berada di sisi
Allah, tanpa mahluk, maka kamu hanya mendapatkan Allah, sedangkan yang lain
tidak ada. Apabila kamu berada beserta mahluk, tanpa diri kamu sendiri, maka
hendaklah kamu menjadi orang yang adil dan menolong orang yang menuju jalan
yang lurus dan menuju keselamatan dari kesusahan kehidupan.
Tinggalkanlah
segala apa yang berada di luar pintu kamar tempatmu menyendiri, dan masuklah ke
dalamnya seorang diri. Apabila kamu berada seorang diri di dalam kamar itu,
maka kamu akan melihat temanmu di dalam batinmu, kamu akan mengalami sesuatu
yang bukan mahluk, dan diri kamu akan lenyap dan sebagai gantinya datanglah
perintah Allah dan kedekatan kepada-Nya. Di dalam peringkat ini, kejahilanmu
akan menjadi pengetahuanmu, kejauhanmu akan menjadi kedekatanmu, diam kamu akan
menjadi dzikir kepada Allah dan keadaanmu yang heran itu akan membuktikan
persahabatan dengan Allah. Wahai saudaraku, pada peringkat ini tidak ada yang
wujud kecuali Allah saja dan yang dijadikan-Nya. Jadi, jika kamu memaki Al
Khaliq, maka katakanlah kepada yang lain, “Sesungguhnya mereka itu adalah
musuhku, sedangkan Tuhan sekalian alam adalah sahabatku.”
Barangsiapa
telah mengalami peringkat ini, maka ia akan mengetahui.
Beliau
ditanya, “Bagaimana orang yang telah dikuasai oleh pahit empedu akan bisa
merasakan rasa manis ?”
Beliau
menjawab, “Ia harus berusaha menjauhkan
kehendak dan keinginan hawa nafsunya. Wahai manusia, jika seorang mu’min
membuat kebaikan, maka diri kebinatangannya itu akan berganti menjadi hatinya
(ia akan menuruti perintah hatinya). Diri itupun mencapai kesadaran hati.
Kemudian, hatinya bertukar menjadi rahasia. Rahasia itu juga berganti menjadi
fana’. Keadaan fana’ itupun bertukar lalu menjadi suatu wujud yang lain.” Kemudian diperintahkannya agar kawan-kawan itu pergi melalui
tiap-tiap pintu.
Wahai
manusia, ketahuilah bahwa fana’ itu ialah mengesampingkan semua mahluk dan
menukar keadaanmu menjadi keadaan malaikat, kemudian kembali kepada keadaan
semula dan setelah itu Tuhanmu akan memelihara kamu sebagaimana yang
dikehendaki-Nya.
Jika
kamu menginginkan peringkat ini, maka gunakanlah Islam dan kemudian menyerahlah
selalu kepada takdir Allah. Setelah itu, perolehlah ilmu Allah. Kemudian,
sadarkanlah diri kamu sepenuhnya akan Allah dan berada dalam Allah. Jika kamu
berada dalam wujud yang sedemikian itu, maka kamu akan menjadi kepunyaan Allah
sepenuhnya. Bersikap wara’ itu ibarat kerja satu jam, bersikap sederhana di
dalam segala hal itu ibarat kerja dua jam, sedangkan ma’rifat Allah itu ibarat
kerja yang terus menerus.
AJARAN KETUJUHPULUH DELAPAN
Sekurang-kurangnya
ada sepuluh sifat yang harus dimiliki oleh orang-orang yang berada dalam
perjuangan kerohanian, yang sedang memeriksa diri sendiri dan yang berusaha
mencapai tujuan kerohanian serta yang menginginkan kekal berada dalam keadaan
itu. Apabila Allah telah mengizinkan mereka untuk tetap berada dalam keadaan
itu dan berdiri teguh di dalamnya, maka mereka akan mendapatkan kedudukan yang
tinggi.
Sifat pertama, hendaklah seorang hamba
tidak bersumpah dengan menggunakan nama Allah, baik di dalam perkara yang benar
maupun di dalam perkara yang salah, dan baik secara disengaja maupun tidak.
Jika ia telah menyadari hal itu, yakni ia tidak bersumpah dengan menggunakan
nama Allah, baik secara disengaja maupun tidak, maka Allah akan membukakan
pintu cahaya-Nya baginya, ia akan menyadari faidahnya di dalam hatinya,
pangkatnya di sisi Allah akan ditinggikan, kekuatan dan kesabarannya akan
bertambah, sanak saudaranya akan memujinya dan tetangga-tetangganya akan
memuliakan. Kemudian, orang yang kenal kepadanya akan menghormatinya dan orang
yang melihatnya akan merasa gentar memandangnya.
Sifat kedua, hendaknya tidak berbuat
bohong, baik berbohong yang sesungguhnya maupun hanya sekedar lelucon saja.
Jika ia telah dapat membuang perbuatan yang tidak diinginkan itu dan telah
menjadi satu dengan dirinya, maka Allah akan membukakan hatinya dan
membersihkan ilmunya, sehingga seakan-akan ia tidak pernah berbohong dan
apabila ia mendengar orang lain berbohong, maka hatinya akan merasa benci dan
malu. Jika ia berdoa kepada Allah supaya Dia menghilangkan perbuatan bohong itu
dari dirinya, maka Allah pun akan memperkenankan doanya itu.
Sifat ketiga, apabila berjanji, hendaklah
tidak mengingkari janji itu, atau jangan berjanji sama sekali. Dengan tidak
mengingkari janji atau tidak berjanji sama sekali itu, ia akan mendapatkan
sumber kekuatan dirinya, dan inilah tindakan yang seimbang untuk diikuti.
Sebab, pengingkaran janji itu termasuk ke dalam perbuatan bohong. Jika ia
berbuat demikian, maka pintu kemuliaan akan dibukakan baginya, derajat ahlak
yang tinggi akan diberikan kepadanya, orang-orang yang benar akan cinta
kepadanya dan pangkatnya di sisi Allah akan ditinggikan.
Sifat keempat, hendaklah tidak mengutuk
mahluk atau menyakiti mereka, walau ia sendiri disakiti. Karena sifat ini
termasuk salah satu sifat yang baik dan termasuk kebajikan. Ini adalah suatu
sifat yang benar. Jika seorang hamba bertindak berlandaskan pada sifat ini,
maka ia akan berakhir dengan kehidupan yang baik di bawah lindungan Illahi,
Allah akan menyediakan pangkat kerohanian yang tinggi untuknya, ia akan
dipelihara dari jatuh ke lembah kebinasaan dan dari kejahatan manusia, dan
Allah akan mengkaruniakan rahmat dan kedekatan kepada-Nya.
Sifat kelima, hendaknya tidak berdoa agar
orang lain mendapatkan bahaya, walaupun orang itu memperlakukan dirinya dengan
cara yang tidak baik. Janganlah membalas baik dengan lisan maupun dengan
perbuatan. Bersabarlah dan serahkanlah kepada Allah. Janganlah menuntut bela,
baik dengan perbuatan maupun dengan lisan. Orang yang dapat melakukan semua ini
akan diberi kedudukan yang tinggi di sisi Allah. Orang yang terlatih dengan
cara seperti ini dan tetap menjalankan sifat ini akan mendapatkan kemuliaan di dunia
ini dan di akhirat kelak, dan ia akan dicintai oleh orang-orang yang benar,
baik yang dekat maupun yang jauh. Permohonannya akan diterima dan ia akan
mendapatkan kemuliaan di hati orang-orang yang beriman.
Sifat keenam, janganlah seorang hamba itu
mengatakan bahwa orang yang mengikuti kiblat yang sama, yaitu orang yang
beragama Islam itu adalah musyrik, munafik atau kafir. Jika kamu tidak
mengkafirkan, memunafikkan atau memusyrikkan seseorang, maka itu menunjukkan
bahwa kamu mengikuti sunnah Nabi besar Muhammad SAW, menjauhkan diri kamu dari
berbuat kekacauan dalam perkara yang hanya diketahui oleh Allah saja dan
menjauhkan diri dari siksaan-Nya, serta Allah akan mendekatkan kamu kepada
rahmat dan keridhaan-Nya. Oleh karena itu, ini adalah pintu yang mulia untuk
menuju Allah SWT. Yang mengkaruniakan sifat ini kepada hamba-hamba-Nya yang
beriman sebagai balasan atas kasih sayangnya kepada semua orang.
Sifat ketujuh, hendaklah seorang hamba itu
menghindarkan dirinya dari perkara dosa, baik secara lahir maupun secara batin,
dan juga menjauhkan anggota badannya dari melakukan perbuatan
dosa.
Dengan demikian, hatinya dan juga seluruh anggota tubuhnya akan mendapatkan
karunia Allah di dalam dunia ini dan karunia yang disediakan untuknya di
akhirat kelak. Kita berharap semoga Allah memberikan sifat ini kepada kita dan
membuang segala hawa nafsu keduniaan dari hati kita.
Sifat kedelapan, hendaklah seorang hamba
itu tidak membebani seseorang, baik beban itu berat maupun ringan. Sebaliknya ,
hendaklah ia membuang beban yang ditanggung oleh seorang, baik itu meminta
maupun tidak. Sebenarnya, sifat ini adalah sutau kemuliaan yang diberikan Allah
kepada hamba itu dan sifat ini juga memberikan kekuatan kepadanya untuk
menasehati orang lain supaya melakukan perbuatan baik dan meninggalkan
perbuatan jahat. Ini adalah suatu kemuliaan bagi seorang hamba Allah. Hamba
yang berada dalam peringkat ini akan memandang seluruh mahluk itu sama. Hati
hamba yang berada dalam peringkat ini akan dijadikan oleh Allah tidak
memerlukan apa-apa lagi. Hamba ini akan berpegang teguh dan menyerahkan kepada
Allah saja. Allah tidak akan menaikkan derajat seseorang di sisi-Nya, jika ia masih
terikat erat kepada kehendak hawa nafsunya. Menurut pandangan orang yang berada
dalam peringkat ini, semua mahluk itu adalah sama dan mempunyai hak yang sama.
Inilah pintu kemuliaan bagi orang mu’min dan orang-orang yang saleh, dan inilah
pintu yang sangat dekat kepada keikhlasan.
Sifat kesembilan, hendaknya seorang hamba
itu tidak mengharapkan pertolongan manusia dan juga hatinya tidak menginginkan
mulia. Hamba ini tidak memerlukan apa-apa lagi. Inilah kebaikan yang besar
keyakinan dan kebergantungan yang erat kepada Allah. Inilah salah satu di
antara pintu-pintu tawakal kepada Allah yang menghantarkan seseorang untuk
takut kepada-Nya. Ini menunjukkan kesempurnaan amal agamanya. Dan ini adalah
tanda yang menunjukkan hubungannya yang langsung dengan Allah SWT.
Sifat kesepuluh, ialah merendahkan diri,
yaitu tidak merasa bangga dan membesarkan diri. Dengan sifat ini, kedudukan
seseorang akan ditinggikan dan dimuliakan oleh Allah, ia akan disempurnakan di
sisi Allah dan juga di sisi manusia. Ia diberi kekuasaan untuk mendapatkan
kehendaknya dalam urusan keduniaan dan keakhiratan. Sifat ini merupakan akar
dan ranting bagi batang kesempurnaan ketaatan kepada Allah dan ini juga
merupakan penolong yang menaikkan seorang hamba ke posisi orang-orang saleh
yang ridha dengan Allah di dalam kesusahan dan kesenangan. Dan inilah
kesempurnaan wara’. Di dalam merendahkan diri itu, seorang hamba hanya melihat
kelebihan orang lain dan ia berkata, “Barangkali, menurut pandangan Allah,
orang itu lebih baik dan lebih kedudukannya daripada aku”. Jika orang itu
adalah orang kecil, maka hamba itu berkata, “Orang ini tidak bersalah kepada
Allah, sedangkan aku bersalah kepada-Nya. Oleh karena itu, sudah barang tentu
ia lebih baik daripada aku”. Jika orang itu orang besar, maka ia berkata,
“Orang ini telah menghambakan dirinya kepada Allah, sebelum aku berbuat
demikian”. Jika hamba itu melihat seorang yang ‘alim, maka ia berkata, “Orang
ini telah diberi apa yang tidak diberikan kepadaku, ia telah mendapatkan apa
yang tidak aku dapatkan, ia mengetahui apa yang tidak aku ketahui dan ia
bertindak menurut ilmu pengetahuan”. Jika orang itu orang jahil, maka hamba itu
berkata, “Orang ini ingkar kepada Allah, karena ia jahil, sedangkan aku ingkar
kepada-Nya, padahal aku berilmu. Aku tidak mengetahui bagaimana akhirnya aku
dan bagaimana akhirnya orang itu”. Jika ia melihat orang kafir, maka ia
berkata, “Aku tidak tahu, mungkin ia akan menjadi seorang muslim dan pada akhir
hayatnya ia berada dalam kebaikan, sedangkan aku mungkin menjadi orang kafir dan
berakhir di dalam kejahatan”.
Inilah
pintu kasih sayang, pintu takut kepada Allah dan yang perlu kekal pada
hamba-hamba Allah.
Oleh
karena itu, apabila hamba Allah telah menjadi orang seperti digambarkan di
atas, maka Allah akan memeliharanya dari marabahaya, derajatnya akan dinaikkan
sebagai orang yang berdampingan dengan Allah SWT dan ia akan menjadi orang
pilihan-Nya. Ia akan menjadi teman Allah dan musuh iblis. Di sinilah terdapat
pintu rahmat. Di sinilah kebanggaan dan kesombongan diri akan hancur lebur.
Rasa ketinggian diri di dalam hal keagamaan, keduniaan dan kerohanian akan
hilang musnah. Inilah intisari penghambaan dan penyembahan kepada Allah. Tidak
ada yang lebih baik daripada ini. Dengan tercapainya peringkat ini, maka
lidahnya akan berhenti membicarakan hal-hal ahli dunia dan hal-hal yang
sia-sia. Tidak ada kerjanya yang sempurna tanpa tangga ini. Rasa sombong,
dengki dan melampaui batas akan hilang dari hatinya dalam semua keadaan.
Perkataan dan tujuannya sesuai dengan apa yang terdapat dalam hatinya.
Pendeknya, lahirnya sesuai dengan batinnya.
Menurut
pandangannya di dalam hal nasehat-menasehati, manusia ini semua manusia ini
sama. Di dalam memberikan nasehatnya, ia tidak pernah membuat perumpamaan
tentang kejahatan dengan diri seseorang dan tentang tindakan baik dengan
dirinya sendiri atau ia membicarakan kejahatan orang lain, dan ia tidak suka
mendengar kejahatan orang lain dijadikan perumpamaan, karena hal itu akan
membahayakan hamba-hamba Allah, menyusahkan mereka dan membawa kerusakan kepada
sifatnya, kecuali mereka yang ditolong Allah dengan rahmat-Nya untuk memelihara
lidah dan hatinya agar selamat.
AJARAN KETUJUHPULUH SEMBILAN
Ketika
wali Allah ini (Syaikh Abdul Qadir Jailani) sakit yang membawa kematiannya,
putranya yang bernama Syaikh Abdul Wahhab berkata kepadanya, “Berikanlah satu
nasehat kepadaku sebelum ayah meninggal dunia untuk kujadikan pegangan.” Ia
berkata kepada putranya, “Takutlah kamu kepada Allah dan janganlah kamu takut
kepada selain Dia. Janganlah kamu berharap kepada siapapun selain kepada Dia
saja, dan mintalah segala kebutuhanmu kepada-Nya. Janganlah kamu bergantung
kepada siapaun selain kepada Dia saja dan tumpukanlah kepercayaanmu kepada-Nya
saja. Bertauhidlah kepada-Nya. Semua orang setuju tentang hal ini”.
Lalu
katanya lagi, “Apabila hati itu telah benar-benar bersatu dengan Allah, maka
tidak ada lagi yang dirasakan tinggal di dalamnya kecuali Allah dan tidak ada
yang datang kepadanya dari diri manusia”.
Sambungnya
lagi, “Aku ini ibarat isi tanpa kulit”.
Selanjutnya
ia berkata, “Orang lain datang berkunjung kepadaku. Berilah mereka ruang untuk
duduk dan hormatilah mereka. Di sini ada manfaat yang besar. Janganlah kamu
sesakkan tempat mereka itu”.
Terdengar
juga ia berkata, “Selamatlah dan sejahteralah kamu berada di dalam rahmat dan
kasih sayang-Nya. Semoga Allah melindungi aku dan kamu serta melimpahkan
rahmat-Nya kepada aku dan kamu. Aku memulai sesuatu dengan nama Allah dengan
tiada henti-hentinya”.
Sehari
semalam, ia terus berkata, “Celakalah kamu ! Aku tidak takut kepada siapapun,
sekalipun kepada malaikat maut. Wahai malaikat maut, bukanlah kamu yang aku
takuti, melainkan Dia Yang menolongku dan Yang memberi karunia kepadaku”.
Kemudian,
iapun diam. Ini terjadi pada malam hari kembalinya Syaikh ke rahmatullah. Aku
diberi tahu oleh putra-putranya, Abdul Razaq dan Musa bahwa syaikh telah
mengangkatkan tangannya lalu meluruskannya dan terdengar perkataannya,
“Selamatlah dan sejahteralah kamu berada di dalam rahmat Allah. Bertobatlah dan
masuklah ke dalam barisan-Nya. Tidak lama lagi aku akan datang kepada-Mu”.
Syaikh
berkata, “Tunggu !”. Kemudian, iapun kembali ke rahmatullah.
AJARAN KEDELAPANPULUH
Antara
diriku dengan dirimu dan mahluk, hanya ada Dia saja, seperti antara langit dan
bumi. Oleh karena itu, janganlah kamu samakan aku dengan sesuatu dari mereka
dan janganlah kamu menyamakan sesuatu dari mereka dengan aku.
Kemudian,
Abdul Aziz, putranya, bertanya kepadanya tentang sakit dan keadaannya. Ia
berkata, “Janganlah ada seorangpun yang bertanya kepadaku. Aku sedang
dibalik-balikkan di dalam ma’rifat Allah”.
Juga
diriwayatkan bahwa Abdul Aziz bertanya kepada ayahnya tentang sakitnya.
Berkenaan dengan hal ini, ayahnya menjawab, “Sesungguhnya tidak ada seorangpun,
baik manusia maupun jin sekalipun malaikat, yang mengetahui penyakitku. Ilmu
Allah tidak akan hilang dengan perintah Allah. Perintah itu akan
berganti-ganti, sedangkan ilmu tidak akan pernah berganti. Perintah itu bisa
dibatalkan, sedangkan ilmu tidak bisa. Allah menghilangkan dan mendatangkan apa
yang dikehendaki-Nya, dan kepunyaan-Nya adalah Al Qur’an. “Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya. Dan
merekalah yang akan ditanya.” (QS 21:23)
Sifat-sifat
itu, sebagaimana telah dikatakan, terus bergerak.
Kemudian
tibalah masanya ia menghembuskan nafasnya yang terakhir. Ketika itu ia berkata,
“Aku berlindung kepada Allah dengan membaca: Tidak ada yang disembah kecuali
Allah. Dia Maha Agung lagi Maha Tinggi, Yang Kekal Abadi selamanya, Yang tidak
takut kepada kebinasaan. Segala puji bagi Allah Yang Menegakkan kekuasaan-Nya
dengan kekuatan-Nya dan menguasai hamba-hamba-Nya dengan kematian. Tidak ada
yang disembah kecuali Allah dan Muhammad itu adalah Rasulullah.”
Aku diberitahu oleh
putranya yang bernama Musa bahwa ayahnya mengucapkan kata-kata ‘Ta’azzuz’
sambil lidahnya tidak dapat berkata dengan baik. Oleh karena itu, kata-katanya
itu diucapkannya terus sampai ia bisa berkata dengan baik. Kemudian ia
mengucapkan, “Allah, Allah, Allah”. Semakin lama suaranya semakin perlahan dan
lidahnya melekat pada langit-langit mulutnya. Setelah itu, jiwanya yang mulia
itupun berpisah dari badannya. Semoga Allah meridhainya. Semoga Allah
mengkaruniakan kasih sayang-Nya kepada kita sekalian dan seluruh kaum Muslimin
dan Muslimat. Dan semoga di akhir hayat nanti kita berada dalam keadaan iman,
tanpa kita dihinakan-Nya dan diletakkan-Nya di dalam ujian. Semoga Allah
memasukkan kita ke dalam golongan orang-orang yang saleh. Amin,
sayang orangnya
ReplyDelete